Jun 29th 2024, 06:53, by Eka Febriani, Lampung Geh
Lampung Geh, Bandar Lampung - Penggiat kebudayaan Lampung kembali menggelar majelis 27-an Ngobrol Budaya di Gedung Graha Mahasiswa, Universitas Lampung, pada Kamis (27/6) malam.
Acara ini dibuka dengan penampilan grup musik Orkes Ba'da Isya dan mengangkat tema "Masa Depan Kebudayaan Lampung?"
Diskusi ini menghadirkan Budayawan Lampung, Iswadi Pratama, sebagai pembicara dan dimoderatori oleh Ari Pahala Hutabarat.
Ari Pahala Hutabarat mengungkapkan kebudayaan Lampung seringkali diabaikan oleh pemerintah daerah, sehingga sulit untuk berkembang.
"Kita belum melihat perhatian pemerintah yang serius terhadap pengembangan kebudayaan di Lampung. Oleh sebab itu, kita berharap pertemuan seperti malam ini bisa menjadi harapan," ujarnya.
Sementara, Iswadi Pratama menyoroti masyarakat sering terjebak dalam rutinitas sehari-hari tanpa melakukan refleksi historis dan kultural, sehingga nilai-nilai budaya hanya diukur berdasarkan aspek ekonomi.
"Kita hanyut dalam keseharian sehingga kita tidak melakukan refleksi lagi, tidak ada kesadaran historikal dalam diri kita, tidak ada kesadaran kultural. Hari ini kita terjebak dalam hal profan dan kehilangan kesakralan. Semua semacam rutinitas belaka," kata Iswadi.
Iswadi juga menyampaikan, bahwa komunitas seni memiliki tugas penting untuk menjaga akal sehat dan sikap kritis individu di tengah bencana peradaban saat ini.
"Tugas komunitas-komunitas seni seperti ini adalah mengevakuasi setiap individu, supaya mereka bisa diselamatkan akal sehatnya kesadaran kritisnya dan diselamatkan kewarasannya, karena ini sudah bencana besar atau mungkin udah hancur lebur, wajah dan kenyataan kebudayaan kita," pungkasnya.
Kepala Kantor DPD RI Provinsi Lampung, Gino Vanollie, yang dimintai tanggapan terkait masa depan kebudayaan Lampung, menyoroti lemahnya struktur kebudayaan saat ini.
"Hampir semua yang kita lakukan hari ini adalah hal yang remeh temeh, kita tidak pernah berpikir sampai batas kemampuan kita, bahkan kita tidak bangga dengan profesi kita. Lalu bagaimana mungkin kita berbicara tentang masa depan kebudayaan kita," ujarnya.
Selain itu, Muhammad Yunus, alumni UKMBS Unila, menyampaikan pandangan berbeda dengan menekankan pentingnya fokus pada tindakan hari ini tanpa terlalu memikirkan masa lalu atau masa depan.
"Kalau saya santai saja. Saya bahkan tidak perlu masa lalu dan tak ingin punya masa depan. Saya hanya berpikir apa yang mesti saya lakukan hari ini. Itu saja," tandasnya.
Sebagai penutup, Ari Pahala Hutabarat menegaskan pentingnya menjaga benih kesadaran agar teprus tumbuh dan berkembang melalui kegiatan diskusi.
"Benih kesadaran itu penting, kegiatan-kegiatan diskusi seperti ini menjadi hal penting untuk menjaga supaya kesadaran itu terus berkembang biak dalam pikiran kita," tegasnya. (Cha/Put)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar