Apr 17th 2025, 15:24, by Pandangan Jogja Com, Pandangan Jogja
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, ditemui awak media, Kamis (17/4). Foto: Dok. Resti Damayanti/Pandangan Jogja
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, menanggapi penetapan Lurah Trihanggo, Sleman, PFY, sebagai tersangka suap perizinan usaha kelab malam di tanah kalurahan.
Sultan menyebut, pihaknya memang tak pernah menerima permohonan izin pembangunan kelab malam di kawasan tersebut. Hal itu jelas menyalahi aturan, sebab setiap pemanfaatan tanah kalurahan mesti mendapat izin dari Keraton Yogyakarta dan Gubernur DIY.
"Nggak ada permintaan ke saya, nggak ada surat, kalau dibangun berarti dia nggak izin Gubernur. Biarkan itu berproses (soal penetapan tersangka)," ujar Sultan kepada awak media di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Kamis (17/4).
"Ya sudah tau lurah itu, SK Gubernur aja sudah saya ubah harus ditandatangani Gubernur. Sebelum tandatangan Gubernur, harus izin Keraton terlebih dahulu. Kalau nggak, proses ini ya jelas bertentangan," tegasnya.
Sebagai informasi, Pergub DIY Nomor 24 Tahun 2024 Pasal 9 ayat (3) melarang penggunaan Tanah Kalurahan untuk tempat tinggal pribadi, hotel, bangunan bawah tanah (kecuali struktur dan utilitas), dan pertambangan.
Kepala Kejari Sleman, Bambang Yunianto, menyebut PFY menerima suap Rp 316 juta dari ASA, pihak swasta yang ingin mendirikan usaha di lahan tersebut. ASA juga ditetapkan sebagai tersangka.
"Barang bukti sudah ada yang kami sita dalam bentuk uang dan barang perhiasan. Dari hasil suap tersebut ada yang diserahkan (uang suap), terus dibelikan dalam bentuk emas," kata Bambang, Rabu (16/4).
Keduanya kini ditahan di lokasi berbeda: PFY di Rutan Jogja dan ASA di Rutan Cebongan. Penyidikan masih berlangsung.
Apr 17th 2025, 15:49, by Fadjar Hadi, kumparanNEWS
Layar yang menampilkan para pemain sirkus OCI. Foto: Jonathan Devin/kumparan
Pendiri Oriental Circus Indonesia (OCI), Tony Sumampau, mengakui pihaknya memang tak memberi gaji ke para pemain sirkus. Meski tidak ada gaji, mereka memberikan jaminan kesehatan dan uang saku.
"Ya, kalau sudah di OCI kan sudah kayak keluarga besar. Kalau sakit pasti berobat, enggak pernah bilang enggak ada uang. Semua itu sudah terjamin. Pakaian, terus uang saku," kata Tony kepada wartawan, Kamis (17/4).
Tony menyebut, memang tidak ada sistem gaji di OCI. Namun, pemenuhan kebutuhan dasar seperti pakaian dan makanan tetap dilakukan.
"Tiap minggu juga dikasih (uang saku). Memang itu tidak diberi gaji, ya. Kita kan dulu juga enggak terima gaji, sama. Masih anak-anak masa terima gaji gitu ya. Tapi uang saku untuk belanja, untuk segala macam, itu selalu ada, enggak mungkin gak ada," ucap dia.
Pendiri Oriental Circus Indonesia (OCI), Tony Sumampau (tengah) Foto: Jonathan Devin/kumparan
Dia juga menepis anggapan para pemain sirkus itu mengalami penyiksa atau bahkan tak diurus. Pasalnya, setiap para pemain sirkus ulang tahun juga akan dirayakan.
"Kalau lihat wajahnya aja bisa keliatan kok, gitu ya. Jadi enggk kurus-kurus, ceking, gitu kan enggak. Semua sehat-sehat," bebernya.
"Jadi uang belanja ada, pakaian lengkap, kalau hari raya pasti dapet hadiah, dapet apa. Biasa lah kita. Ulang tahun dirayain ramai-ramai. Itu biasa. Itu kehidupan keluarga besar," tambah Tony.
Layar yang menampilkan para pemain sirkus OCI. Foto: Jonathan Devin/kumparan
Sebelumnya, para mantan pemain sirkus menceritakan kisah yang mereka alami saat beraudiensi dengan Wakil Menteri HAM Mugiyanto, di Kantor Kementerian HAM, Jakarta, Selasa (15/4).
Eks pemain sirkus itu mengadukan terkait dugaan tindakan kekerasan yang mereka alami sejak tahun 1970-an silam. Seusai audiensi, cerita itu kemudian diunggah oleh Mugiyanto di akun Instagram pribadinya, @mugiyanto.official, pada Rabu (16/4).
Wakil Menteri HAM Mugiyanto menerima audiensi korban kekerasan, pelecehan dan dugaan perbudakan. Foto: Instagram/@mugiyanto.official
Salah satu pemain sirkus, Butet, bercerita pernah mendapatkan perlakuan kasar selama menjadi pemain sirkus. Bahkan, ia mengaku pernah dijejali kotoran gajah.
"Sempat saya sampai dirantai kaki pakai rantai gajah yang besar itu. Pernah juga di dalam situ dijulurin kotoran gajah," kata Butet dikutip dari tayangan video yang diunggah Mugiyanto.
Kekerasan juga sempat dirasakan oleh Fifi. Fifi ternyata diambil dan dipekerjakan salah satu bos OCI saat masih kecil.
Selama bekerja di lingkungan sirkus, Fifi bercerita justru mengalami kekerasan. Di hadapan Mugiyanto, cerita itu disampaikan sambil menitikkan air mata.