Search This Blog

Bencana dan Penyandang Disabilitas

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Bencana dan Penyandang Disabilitas
Oct 20th 2023, 18:01, by Gunawan Wicaksono, Gunawan Wicaksono

Siswa penyandang disabilitas merapikan batik hasil karyanya di Pusat Pelayanan Sosial, Griya Harapan Difabel Dinas Sosial Jabar di Cimahi, Jawa Barat, Jumat (18/8/2023). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
Siswa penyandang disabilitas merapikan batik hasil karyanya di Pusat Pelayanan Sosial, Griya Harapan Difabel Dinas Sosial Jabar di Cimahi, Jawa Barat, Jumat (18/8/2023). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO

Secara geografis Indonesia berada di wilayah cincin api (ring of fire) yang berdampak pada kondisi wilayah Indonesia yang rawan bencana khususnya gempa bumi. Bencana tidak hanya terjadi disebabkan oleh alam seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, gunung meletus, tsunami, tanah longsor dan sebagainya, namun ada juga bencana non alam seperti epidemik atau wabah penyakit, bencana akibat perbuatan manusia seperti kecelakaan, kebakaran rumah, bencana industri. Selain itu juga ada bencana sosial yang disebabkan adanya konflik di masyarakat

Bencana merupakan hasil interaksi dua variabel, yaitu kejadian alam yang dapat mengakibatkan kerugian fisik, kematian orang, dan hilangnya harta benda, dan kerentanan manusia dan pemukiman (Kawasaki et al., 2023). Bencana dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, oleh karena itu perlu upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dan juga mengatasi setelah terjadinya bencana.

Upaya kesiapsiagaan bencana telah di nyatakan dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals (SDGs)) di nomor 11, yaitu kota dan pemukiman yang berkelanjutan dengan menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan.

Dalam hal ini dapat dipahami bahwa upaya pengurangan risiko bencana erat kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan suatu negara. Pembangunan sosial dan ekonomi salah satunya adalah upaya pengurangan risiko terhadap bencana untuk pembangunan berkelanjutan di kemudian hari. Tulisan ini akan melihat apakah selama ini upaya pengurangan risiko bencana sudah menyentuh penyandang disabilitas?

Pengurangan Risiko Bencana dan Pembangunan Berkelanjutan

Seperti yang sudah diuraikan di atas, bahwa pengurangan risiko terhadap bencana terkait dengan upaya pembangunan yang berkelanjutan. Beberapa dokumen internasional terkait dengan hubungan antara pengurangan risiko bencana dan pembangunan berkelanjutan, seperti The Yokohama Strategy and Plan of Action for a Safer World di tahun 1994, the Johannesburg Plan of Implementation pada September 2002, Hyogo Framework for Action (2005-2015), the "Future We Want" di Rio pada Juni 2012, Sendai Framework pada Maret 2016 dan the 2030 Agenda for Sustainable Development di New York pada September 2015. Dari banyaknya dokumen internasional tersebut, maka upaya pengurangan risiko bencana sangat penting dan mempengaruhi pembangunan berkelanjutan suatu negara.

Pembangunan berkelanjutan dan pengurangan risiko bencana merupakan gagasan terkait yang berpusat pada penciptaan ekosistem dan komunitas yang aman, berketahanan, dan berkelanjutan. Keduanya berupaya meningkatkan kesejahteraan penduduk secara umum dan mengurangi dampak buruk bencana. Bencana dapat mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya sumber pangan dan energi, seperti bencana banjir, tanah longsor, oleh karena itu diperlukan upaya yang serius untuk mengurangi risiko bencana sebagai upaya mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Bencana tidak dapat diketahui kapan dan di mana akan terjadi, namun bisa dikurangi risiko nya dengan mitigasi bencana, yaitu rangkaian upaya untuk mengurangi bencana seperti identifikasi wilayah yang rawan atau berpotensi terjadinya bencana seperti tanah longsor, banjir dan gempa atau dengan menghindari pembangunan di wilayah tersebut.

Selain itu upaya mitigasi bencana dapat melalui pembangunan fisik, seperti bangunan yang masuk dalam zona terjadinya gempa bumi di buat lebih kokoh atau dengan desain untuk mengurangi kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi. Upaya mitigasi bencana lainnya dengan cara memberikan edukasi mengenai bagaimana menghadapi bencana, seperti upaya berlindung dan menyelamatkan diri saat terjadi gempa, kebakaran, banjir dan lainnya.

Bencana dan Penyandang Disabilitas

Dalam terjadinya bencana, manusia akan mengalami dampaknya, seperti kehilangan tempat tinggal, kehilangan pekerjaan dan juga kehilangan anggota keluarga. Dampak dari terjadinya bencana bagi manusia tidak mengenal usia, jenis kelamin serta kondisi fisiknya. anak anak termasuk dalam kelompok rentan saat terjadinya bencana.

Penyandang disabilitas sering luput dari perhatian saat bencana terjadi, penyandang disabilitas khususnya anak dengan berkebutuhan khusus merupakan kelompok yang lebih rentan, karena perlu upaya khusus dalam evakuasi saat terjadinya bencana. Seperti penyandang gangguan pendengaran yang akan sulit mendengarkan bunyi sirine peringatan atau instruksi dari petugas untuk evakuasi, perilaku negatif yang mungkin timbul saat bencana terjadi seperti terlalu panik dan lain sebagainya.

Tingkat kesiapsiagaan bencana yang tinggi sangat penting untuk melakukan mitigasi, respons, dan pemulihan terhadap bencana (Kyne, 2023). Pendekatan inklusif terhadap kesiapsiagaan bencana dapat meningkatkan kemampuan suatu negara untuk menghadapi dan mengatasi hambatan saat bencana terjadi (Kyne, 2023).

Belajar dari negara Jepang yang wilayahnya juga sering terjadinya bencana, perhatian terhadap penyandang disabilitas khususnya anak anak cukup besar. Perhatian tersebut dimulai dari regulasi yang menetapkan standar bangunan yang kokoh ketika gempa besar terjadi, selain itu izin mendirikan bangunan sekolah haruslah di wilayah yang minim risiko terjadinya bencana, seperti banjir dan tanah longsor.

Selain itu bangunan sekolah di desain menjadi tempat penampungan sementara jika bencana terjadi, sehingga segala kebutuhan untuk menunjang hidup seperti akses air bersih, minuman, selimut, listrik serta alat komunikasi selama kondisi darurat sudah dipersiapkan dengan baik.

Sudah saatnya Indonesia belajar dari Jepang yang mempunyai pengalaman panjang dan cara berdampingan dengan bencana. Upaya upaya yang dapat dilakukan seperti identifikasi risiko bencana yang mungkin terjadi di sekitar lingkungan penyandang disabilitas, memberikan edukasi secara khusus bagaimana menghadapi saat bencana terjadi, membuat tanda peringatan khusus dan shelter yang aman dan nyaman bagi penyandang disabilitas

Media files:
01h83v2f5pytgb2bsknwaqvptz.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar