Mar 17th 2024, 11:19, by Regina Pasys, kumparanWOMAN
Koleksi siap pakai wanita musim gugur/dingin 2024-2025 Louis Vuitton bicara tentang estetika retro-futuristik. Peragaan busananya digelar di Cour Carrée, Louvre, Paris, tempat di mana desainer Nicolas Ghesquière menampilkan koleksi perdananya untuk Louis Vuitton, tepat sepuluh tahun yang lalu, pada 5 Maret 2014.
Di hadapan 4.000 undangan, termasuk ibu negara Prancis Brigitte Macron, aktris Hollywood Emma Stone, Lashana Lynch, Lea Seydoux, dan sahabat karib sang desainer, Jennifer Connelly, sekali lagi Ghesquière menampilkan karya yang spektakuler.
Peragaan ini merupakan peristiwa besar dalam fashion. Di zaman silih bergantinya desainer rumah mode internasional, menjadi direktur kreatif sebuah label selama sepuluh tahun adalah prestasi yang patut dirayakan. Terlebih Ghesquière, yang dalam satu dekade ini mampu menghantarkan koleksi yang cerdas musim demi musim.
Pada show kali ini, tempat ikonik Cour Carrée disulap menjadi rumah kaca futuristik oleh seniman Philippe Parreno yang mendesain 13 lampu gantung raksasa yang benderang. Tiap undangan mendapat catatan dari Ghesquière yang melukiskan hari-hari awalnya berkarya di Louis Vuitton dan ucapan terima kasih kepada semua yang berkontribusi pada kesuksesan selama satu dekade.
Nicolas Ghesquière pandai mengemas masa lalu, masa kini, dan masa depan ke dalam suguhan yang ultra modern. Itulah keunggulannya. Retrospeksi karyanya tidak terjebak dalam nostalgia.
Bintang utama Squid Game Hoyeon Jung membuka peragaan dengan anorak atau jaket tahan air warna putih bersih berpadu sepatu boot putih era 1960-an.
Tangannya, bersarung penuh rumbai, menenteng tas Alma ukuran besar bercorak koper ikonik LV. Seperti datang dari galaksi, model-model berjalan dengan paparan warna putih, abu-abu, dan emas-perak penuh kilau.
Sebagai perancang, Ghesquière memiliki bahasa estetikanya sendiri. Bagi mereka yang mengamati garis rancangannya sejak desainer ini bekerja untuk rumah mode Balenciaga, lalu awal-awal koleksinya untuk Louis Vuitton, maka akan terlihat jelas kemahiran Ghesquière dalam memainkan imajinasi masa lalu dan science fiction.
Penonton telah tahu jalan ceritanya, tapi alurnya tetap membawa sensasi. Seperti bagaimana ia mengawinkan siluet gaun mini yang menjadi ciri khasnya di masa lalu, kerah kaku, dada lurus, dan rok yang menggelembung, ditabrakkan dengan corak abstrak dari koper yang menjadi urat nadi Louis Vuitton - rumah mode yang mengawali bisnisnya sebagai pembuat koper sejak 1854.
Koleksi-koleksi selanjutnya menjadi sarat detail. Rok menggelembung penuh rumbai yang esktra feminin dipadankan dengan rompi atau jaket bergaris tegas.
Sulaman-sulaman rumit penuh dengan dekorasi gemerlap hadir lewat bolero dan mantel. Ada gaun-gaun ringan melayang yang kadang dibubuhi manik, dipadu dengan mantel panjang yang kokoh. Ornamen yang menyerupai bulu-bulu unggas lalu menjadi suguhan utama lewat gaun-gaun berekor melambai.
Tas dan aksesori tentu saja menjadi pusat perhatian. Pussyhat, topi rajut bertelinga kucing yang awalnya didesain sebagai simbol perlawanan perempuan Amerika Serikat pada Women's March 2017 tampil di panggung runway.
Tas Petite Malle yang setiap detailnya terinspirasi dari sejarah koper LV hadir dalam berbagai ukuran dan warna. Tas monogram yang klasik kali ini tampil di luar dugaan dalam bentuknya seperti telur.
Sebanyak 63 tampilan di peragaan busana Louis Vuitton ini tidak saja memaparkan arsip desain Ghesquière, tapi juga sebuah ramalan tentang gaya di musim-musim depan. Bahkan mungkin sepuluh tahun ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar