Jun 17th 2023, 09:31, by Waode Nurmuhaemin, Waode Nurmuhaemin
Tahun 2024, Indonesia akan memiliki kurikulum nasional. Ya, Kurikulum Merdeka. Saat ini, masih ada kurikulum yang lain yang dipakai di sekolah-sekolah yaitu Kurikulum 2013 atau K13.
Saat ini, Juni sebentar lagi memasuki tahun ajaran baru. Idealnya semua sekolah sudah harus memakai Kurikulum Merdeka agar di 2024 berjalan dengan lancar.
Masih ada ratusan ribu sekolah yang memakai K13. Apakah kelak di 2024 semua sekolah sudah memahami Kurikulum Merdeka? Hendaknya demikian. Karena mau tidak mau, suka tidak suka, Kurikulum Merdeka akan jadi kurikulum nasional.
Tapi, tunggu dulu! Keputusan Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional, hanya ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri. Yang artinya gampang-gampang saja dianulir oleh menteri selanjutnya sebagaimana juga K13.
Tentu saja, kita semua berharap hal itu tidak terjadi dalam waktu singkat. Agar terlihat hasilnya, satu kurikulum perlu diterapkan selama satu dekade atau 10 tahun. Bahkan lebih.
Karena kurikulum adalah menyangkut dua komponen utama pendidikan yaitu guru dan peserta didik. Keduanya adalah manusia yang memiliki hati, rasa dan juga kemampuan beradaptasi yang tidak bisa instan.
Kita semua berharap tahun 2024 nanti Kurikulum Merdeka masih akan menjadi program unggulan Kemdikbudristek. Tidak banyak negara yang mengganti kurikulum lima tahun sekali. Indonesia adalah salah satunya. Sehingga guru dan siswa sibuk beradaptasi dengan slogan dam model pembelajaran setiap lima tahun sekali.
Tapi begitu mereka nyaman, dan mulai memahami kurikulum baru serta sudah bisa menerapkan, tiba-tiba ada lagi pergantian kurikulum sehingga yang terjadi adalah kelelahan batin dan fisik dalam beradaptasi dengan model kurikulum baru.
Pada tahun 2015, skor PISA siswa Indonesia lebih tinggi dibanding tahun 2018. Padahal saat itu, masih memakai model UAN. Apakah model pengajaran UAN mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyelesaiakan soal-soal PISA?
Yang jelas, di UAN model pemahaman bacaan, yang menanyakan ide pokok, atau pikiran utama, sangat banyak pada pelajaran bahasa. Soal-soal seperti itulah yang banyak muncul di PISA yaitu memahami literasi secara mendalam.
Saya tidak sedang memuji model UAN, namun sekadar membandingkan bahwa tidak ada satu pun kurikulum yang betul-betul unggul jika saja tidak dimulai dari peningkatan kualitas guru.
Guru adalah ujung tombak dan pengawal mutu pendidikan di sekolah. Coba lihat saja cara mengajar guru profesional dan yang tidak akan sangat besar perbedaannya.
Saat ini guru-guru di Indonesia tolok ukur sebagai guru unggulan adalah yang lengkap administrasinya di kelas bukan guru yang begitu memesona siswa ketika mengajar. Guru yang bisa menyampaikan ilmu hingga meresap ke dalam sanubari siswa.
Guru yang dipuji adalah guru yang bisa menghadirkan administrasi yang tebalnnya satu rim ketika disupervisi oleh kepala sekolah atau pengawas. Di zaman serba-canggih ini, bukankah untuk melengkapi administrasi tinggal di-copy paste? Apa hebatnya guru yang hanya lengkap di administrasi, namun keok dan tidak punya kompetensi mengajar?
Sehingga mungkin di tahun 2024 dan seterusnya sudah saatnya pemerintah baru memikirkan cetak biru peningkatan kualitas 3 juta guru ASN dan non ASN, bukan lagi sibuk merancang dan mengganti kurikulum.
Guru-guru dan siswa sudah kenyang dijejali pergantian kurikulum dalam waktu singkat. Kita percaya pada kualitas Kurikulum Merdeka akan membawa kemajuan untuk pendidikan Indonesia.
Jangan ada lagi pergantian kurikulum apapun namanya itu, mau Kurikulum 4.0, Kurikulum 2030, Kurikulum Abad 21, atau bahkan Kurikulum Indonesia Hebat sekalipun tidak akan mengubah wajah pendidikan kita secara sim salabim jika faktor kompetensi guru tidak diperhatikan dengan sungguh-sungguh.
Kalaupun kurikulumnya tidak hebat—dan misalnya kita balik lagi memakai Kurikulum KTSP—pendidikan Indonesia akan tetap maju di tangan guru-guru yang hebat. Sehingga bisa disimpulkan jika mau kurikulum bersinar dan cemerlang, maka hebatkan dulu guru-gurunya.
Tahun 2024, kita akan mengalami pergantian pemerintahan. Hal itu sudah pasti. Wajah-wajah baru akan mengisi kabinet Indonesia. Visi dan misi baru juga akan dibuat dan dijadikan slogan di mana-mana.
Hal ini akan sangat mencemaskan jika juga melanda dunia pendidikan. Mungkin para elite politik bisa bersepakat untuk tidak ikut menarik-narik pendidikan ke arah perpolitikan. Insan pendidikan sudah demikian kelelahan menghadapi perubahan kurikulum yang tidak henti-hentinya.
Kurikulum Merdeka diklaim memiliki segudang keunggulan yang akan mengantarkan pendidikan Indonesia ke arah kemajuan yang berarti. Perlu diberi kesempatan untuk perbaikan pendidikan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar