Oct 6th 2024, 14:30, by Nicha Muslimawati, kumparanBISNIS
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) buka suara soal deflasi lima bulan berturut-turut yang melanda Indonesia sejak Mei hingga September 2024.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif menuturkan, Indonesia bisa mengatasi fenomena deflasi ini jika bersungguh-sungguh menjegal banjirnya impor produk jadi ke dalam negeri.
"Kuncinya adalah untuk mengatasi deflasi itu harus diperhatikan peredaran atau masuk barang-barang impor produk jadi," tutur Febri di sela-sela gelaran Fun Run and Walk Hari Batik Nasional 2024, di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (6/10).
Hal ini dikarenakan menurut Febri, kondisi deflasi lima bulan berturut-turut ini tidak bisa dilepaskan dari fenomena melemahnya daya beli masyarakat. Sementara menurut dia, penyebab pelemahan daya beli masyarakat ini adalah kinerja industri yang tidak optimal, akibat banjirnya impor produk jadi di dalam negeri.
Dia kemudian menyoroti kinerja industri dalam Purchasing Manager's Index (PMI) dari S&P Global yang berada dalam level kontraksi sejak Juli hingga September 2024. Selain itu, dia juga melihat angka Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Kemenperin yang terpantau stagnan.
"Pelemahan daya beli disebabkan juga karena industri manufaktur kan berdasarkan IKI industri manufaktur kinerjanya stagnan, kalau PMI di bawah 50 kontraksi. Itu menyebabkan pengurangan produksi, berarti pendapatan pekerjanya bisa lebih rendah lagi," terang Febri.
Sementara menurut dia, ketika pemerintah memperketat masuknya produk jadi dari luar negeri, maka produksi industri dalam negeri bisa lebih tinggi dan menyerap banyak tenaga kerja. Akhirnya, peningkatan daya beli terjadi.
"Pengetatan barang impor jadi, kalau itu dilakukan, (impor) tidak masuk pasar domestik (maka) industri bisa mengisi, produksi berjalan lebih banyak dan tenaga kerja terserap, rumah tangga pendapatan lebih, baru itu akan meningkatkan daya beli masyarakat," jelas Febri.
Berdasarkan data BPS tren deflasi telah terjadi sejak Mei 2024, deflasi 0,03 persen pada Mei, 0,08 persen pada Juni, 0,18 persen pada Juli, 0,03 persen pada Agustus. Terakhir 0,12 persen pada September.
Kinerja industri nasional pada Juli 2024, penurunan terjadi cukup dalam, kinerja manufaktur di bawah ambang batas ekspansi 50 menjadi 49,3 dan kontraksi dilanjutkan Agustus jadi 48,9.
Lalu dari sisi IKI, pada Juli 2024 skor IKI mencapai 52,4 turun dari Juni 52,5. Kemudian kembali turun pada Agustus tetap pada 52,4 dan September masih 52,48.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar