Oct 13th 2024, 05:24, by Andreas Ricky Febrian, kumparanNEWS
Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) menerima sejumlah serangan dalam beberapa hari terakhir. Bahkan, beberapa personel mereka mengalami luka-luka, akibat kontak senjata antara Israel dan Hizbullah di selatan Lebanon.
Diinisiasi Polandia, mereka mengecam segala bentuk serangan yang terjadi.
"Aksi-aksi tersebut harus dihentikan, dan harus diinvestigasi secara mendalam," berikut bunyi statement gabungan UNIFIL, yang diinisiasi Polandia lewat akun X mereka @PLinUN, dilihat Minggu (13/10).
Statement itu ditandatangani oleh 34 negara anggota UNIFIL, termasuk Indonesia, Italia dan India yang jadi kontributor terbesar UNIFIL.
Beberapa penandatangan termasuk Ghana, Nepal, Malaysia, Spanyol, Prancis, dan China.
Setidaknya, sudah ada 5 personel penjaga perdamaian yang luka-luka atas aksi militer Israel yang menyasar Hizbullah di selatan Lebanon. Dari 5 personel, 2 adalah prajurit TNI dan 2 lainnya anggota UNIFIL dari Sri Lanka.
Dikutip dari AFP, Pada beberapa serangan terakhir, UNIFIL menuduh militer Israel secara sengaja menembak posisi mereka.
Seperti serangan pada sebuah pos observasi yang melukai 2 anggota TNI. Serangan itu dilepaskan oleh Tank Israel, di Naqoura.
"Kami mendesak para pihak yang terlibat konflik, untuk menghormati posisi UNIFIL, termasuk kewajiban untuk menjamin keselamatan dan keamanan personel," kata statement itu.
Hingga saat ini, UNIFIL sendiri beranggotakan 9,500 pasukan dari 50 negara. Mereka bertugas untuk mengawasi gencatan senjata usai perang 33 hari yang terjadi pada 2006, antara Israel dan Hizbullah.
UNIFIL juga bertindak atas resolusi PBB 1701, pada 2006. Resolusi itu berbunyi, hanya Angkatan Bersenjata Lebanon dan UNIFIL yang bisa ditempatkan di selatan Lebanon.
Pada pertemuan Jumat (10/10), pemimpin Prancis, Italia, dan Spanyol mengatakan, segala bentuk tindakan kepada UNIFIL dan pelanggaran resolusi 1701 mesti dihentikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar