Jun 30th 2024, 07:03, by Sena Pratama, kumparanOTO
Sebagai besar masyarakat dunia yang telah terpapar mobil listrik di negaranya ternyata memiliki keinginan untuk beralih ke mobil konvensional. Demikian hasil studi dari lembaga survei asal Amerika Serikat (AS), McKinsey & Co.
Dilansir Teslarati, dari 30 ribu sampel berupa individu yang sering melakukan mobilitas menggunakan mobil, didapati 29 persen di antaranya mengungkapkan ingin kembali memakai mobil bermesin bakar internal (ICE).
Di Negeri Paman Sam angkanya lebih besar lagi yakni 46 persen. Lembaga konsultan itu membeberkan alasan di balik hasil riset yang cukup mengejutkan tersebut, utamanya soal infrastruktur pengisian daya yang belum cukup memadai hingga kini.
Kemudian total biaya kepemilikan kendaraan listrik yang terlalu tinggi dan pola mengemudi di jalan raya, serta perjalanan jarak jauh yang harus ditempuh oleh pengemudi. Sebenarnya, masalah tempat pengisian daya mulai bisa di atasi dengan menambahnya di beberapa lokasi secara luas.
Tesla misalnya, di AS sudah sangat banyak stasiun pengisian daya listrik umum yang dibangun oleh perusahaan pimpinan Elon Musk tersebut, ini di luar dari perusahaan pihak ketiga yang membangun fasilitas serupa yang tentu jumlahnya lebih banyak lagi.
Menyoal masalah pada infrastuktur, para pendukung mobil listrik merasa skeptis dengan hasil survei tersebut. Menurut para pengguna mobil listrik ini, mereka sama sekali tidak memiliki kendala sehari-hari seperti yang disebutkan oleh McKinsey & Co.
Salah satu poin paling penting seputar kendaraan listrik adalah gagasan bahwa pengemudi yang menggunakan kendaraan listrik biasanya tidak kembali ke mobil konvensional atau ICE. Bahkan, pemimpin Pusat Mobilitas Masa Depan McKinsey, Philipp Kampshoff juga cukup terkejut dengan hasil survei tersebut.
"Saya tidak mengharapkan (hasil survei) itu. Saya berpikir, 'Sekali menjadi pembeli kendaraan listrik, tetap menjadi pembeli kendaraan listrik,'" kata Kampshoff kepada publikasi tersebut.
Ketersediaan jaringan pengisian daya ulang listrik umum di Amerika Serikat sebenarnya tidak bisa dibilang sedikit. Pada Mei 2024, negara adidaya itu memiliki 183 ribu titik stasiun pengisian daya listrik umum.
Pemerintah AS bahkan telah mengalokasikan dana USD 5 miliar dalam bentuk hibah untuk menambah stasiun pengisian daya ulang listrik super cepat. Namun, realisasinya tidak selalu berjalan mulus karena terbentur banyaknya peraturan lokal.
Temuan penting lainnya dari survei McKinsey menunjukkan bahwa pembeli mobil cukup tertarik pada kendaraan listrik, dengan 38 persen responden global yang saat ini tidak mengendarai kendaraan listrik menyatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan kendaraan listrik bertenaga baterai (BEV) atau hibrida plug-in (PHEV) sebagai kendaraan pengganti.
Lebih lanjut, bila dirinci dari 46 persen responden di Amerika Serikat soal mobil listrik, ada beberapa faktor lainnya yang membuat konsumen ingin beralih ke mobil ICE selain daripada ketersediaan infrastuktur pengisian daya tadi. Berikut detailnya.
35 persen mengatakan kurangnya fasilitas pengisian daya listrik umum
34 persen mengatakan biaya kepemilikan cukup tinggi
32 persen mengatakan perencanaan untuk perjalanan jauh semakin susah
24 persen mengatakan tidak memiliki kemampuan untuk mengisi daya ulang listrik di rumah masing-masing
21 persen mengatakan kekhawatirannya menjaga mobil listrik mereka agar tetap terisi
13 persen mengatakan tidak merasa nyaman ketika berkendara mobil listrik.
McKinsey & Co. rupanya juga mensurvei para pemilik mobil ICE yang sedang mempertimbangkan untuk membeli mobil listrik atau BEV. Tetapi, mereka tidak memberikan alasannya secara detail.
45 persen mengatakan mobil listrik masih terlalu mahal
33 persen mengatakan masih menaruh rasa enggan untuk diharuskan mengisi daya listrik ke mobilnya
29 persen mengatakan keraguan soal daya tempuh mobil listrik sampai harus dicas ulang kembali.
Survei juga menunjukkan, melambatnya ekonomi turut mempengaruhi keputusan konsumen. Seperti, 44 persen di antaranya menunda membeli mobil listrik atau 58 persen menyatakan belum bersedia untuk menjual mobil yang sedang dimiliki.
Ada juga 53 persen responden yang ingin membeli mobil baru dengan skema tukar tambah agar mendapatkan harga lebih rendah dan 18 persen mengatakan mereka hanya benar-benar menikmati mobil konvensional atau ICE.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar