Dec 10th 2022, 20:23, by Akbar Maulana, kumparanBISNIS
India kini tengah mengembangkan teknologi pertanian mereka untuk bisa lepas dari ketergantungan impor minyak nabati. Reuters melaporkan, pada Oktober lalu Kementerian Lingkungan India telah mengeluarkan izin untuk budidaya benih transgenik tanaman mustard (sesawi).
Izin tersebut akan membuka jalan bagi pelepasan komersial tanaman transgenik pangan pertama di negara tersebut. Saat ini, kapas adalah satu-satunya tanaman transgenik yang diizinkan untuk dibudidayakan di India.
"India mengatakan pada hari Kamis (8/12) penting baginya untuk mengadopsi teknologi pertanian seperti tanaman hasil rekayasa genetika untuk memastikan keamanan pangan dan mengurangi ketergantungan pada impor, karena mencoba untuk meningkatkan produksi minyak yang dapat dimakan untuk populasinya yang besar," tulis laporan Reuters, dikutip Sabtu (10/12).
India sendiri memenuhi lebih dari 70 persen kebutuhan minyak nabatinya melalui impor dari Malaysia, Indonesia, Brasil, Argentina, Rusia, dan Ukraina. Minyak sawit merupakan hampir dua pertiga dari impor minyak nabati India.
"Penguatan program pemuliaan tanaman termasuk penggunaan teknologi genetik baru seperti teknologi GE (genetically engineered) penting untuk memenuhi tantangan yang muncul di pertanian India dan memastikan ketahanan pangan sambil mengurangi ketergantungan asing," kata Menteri Negara di Kementerian Lingkungan Hidup, Ashwini Kumar Choubey.
India menghabiskan USD 19 miliar untuk mengimpor minyak nabati tahun fiskal terakhir yang berakhir pada 31 Maret.
Khusus dari Indonesia, BPS mencatat pada periode Januari-Mei 2022 Indonesia telah mengekspor CPO terbesar ke India senilai USD 1,3 miliar. Sementara pada 2021, ekpor CPO Indonesia ke India sebesar 3 juta ton atau senilai USD 3,28 miliar.
Bersiap Naikkan Pajak Ekspor
Sebelumnya Reuters juga melaporkan, India sedang menghitung untuk menaikkan pajak impor CPO mereka. Pertimbangan tersebut sebagai bagian dari upaya negara importir minyak nabati terbesar dunia ini untuk membantu jutaan petaninya yang kesulitan akibat harga biji minyak yang lebih rendah.
"Kami sedang melalui proposal untuk mengembalikan bea masuk kelapa sawit mentah dan menaikkan bea RBD. Kami akan tetap memperhatikan kepentingan petani dan konsumen," kata sumber pemerintah yang tidak ingin disebutkan namanya, dikutip dari Reuters, Sabtu (12/11).
Pemerintah India telah menerima petisi dari industri untuk menaikkan pajak impor untuk membantu menopang penurunan harga minyak dai biji-bijian atau oilseed.
Direktur eksekutif Asosiasi Ekstraktor Pelarut, B.V. Mehta mengatakan, pemerintah India harus menaikkan pajak impor CPO dan RBD setidaknya 10 persen untuk mendukung penurunan harga oilseed, dan perbedaan bea antara CPO dan RBD setidaknya harus 12-13 persen untuk mendorong penyulingan lokal.
Kementerian Perdagangan Indonesia mencatat, India merupakan salah satu pasar terbesar CPO Indonesia. Bahkan BPS mencatat, pada 2017 India menjadi importir CPO Indonesia terbesar dengan volume 7,32 juta ton, lebih tinggi dari negara importir terbesar kedua yaitu China yang hanya 3,6 juta ton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar