Jun 30th 2024, 17:59, by Tiara Hasna R, kumparanNEWS
Korea Utara mengecam latihan militer gabungan yang dilakukan Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat pekan lalu. Korut menyebutnya sebagai "NATO versi Asia" dan memperingatkan konsekuensi fatal atas langkah koalisi tersebut.
Penyataan itu disampaikan sehari setelah sekutu menyelesaikan latihan gabungan yang berlangsung pada Kamis-Sabtu (27-29 Juni).
Pelatihan yang disebut "Freedom Edge" itu meliputi bidang rudal balistik dan pertahanan udara, perang anti-kapal selam, hingga pelatihan siber defensif.
Tahun lalu, para pemimpin ketiga negara sepakat untuk melakukan latihan tahunan sebagai tanda persatuan menghadapi ancaman nuklir Korut dan meningkatnya pengaruh regional China.
"Kami mengecam keras tindakan militer yang provokatif terhadap DPRK," kata Kementerian Luar Negeri Pyongyang dalam siaran kantor berita pemerintah KCNA, Minggu (30/6), seperti dikutip dari AFP.
"Hubungan AS-Jepang-Korsel telah terlihat seperti NATO versi Asia," katanya sambil memperingatkan konsekuensi fatal.
"DPRK tidak akan pernah mengabaikan langkah AS dan para pengikutnya untuk memperkuat blok militer," tambahnya.
Latihan gabungan terbaru ini melibatkan kapal induk bertenaga nuklir USS Theodore Roosevelt milik Washington, kapal perusak berpeluru kendali milik Tokyo JS Atago, hingga jet tempur KF-16 milik Seoul.
Sebelumnya, Pyongyang juga selalu mengecam latihan gabungan serupa dan menyebutnya sebagai latihan invasi.
Seoul membantah tuduhan tersebut. Mereka menyatakan bahwa latihan gabungan itu adalah kelanjutan dari latihan pertahanan rutin yang telah berjalan selama bertahun-tahun.
"Tidak masuk akal jika Korut, sumber utama ketegangan di Semenanjung Korea, mengkritik latihan Freedom Edge dengan menjulukinya sebagai 'NATO Asia'," kata Kementerian Pertahanan Korsel dalam sebuah pernyataan.
Sementara kedua Korea sempat terjebak aksi saling serang kiriman balon selama beberapa pekan terakhir.
Pyongyang mengirimkan balon-balon berisi sampah ke arah selatan sebagai balasan atas kiriman propaganda pro-Seoul.
Korsel juga mengkhawatirkan hubungan Korut yang semakin dekat dengan Rusia.
Korut dituduh melanggar langkah-langkah pengendalian senjata dengan memasok senjata ke Rusia untuk perang di Ukraina.
Bulan ini, pertemuan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan pemimpin Kim Jong-un di Pyongyang juga mencerminkan persatuan antar-kedua negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar