Search This Blog

Pentingnya Membudayakan '3 Kata Ajaib': Sebuah Refleksi

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Pentingnya Membudayakan '3 Kata Ajaib': Sebuah Refleksi
Dec 21st 2025, 07:00 by Silma Awalia

Ilustrasi minta maaf. Foto: SrideeStudio/Shutterstock
Ilustrasi minta maaf. Foto: SrideeStudio/Shutterstock

Sudah lama tak bercerita, sibuk dengan sedu sedan dunia. Terakhir mengambil pena karena gelisah; informasi pada label makanan ringan anak terlalu kecil untuk dibaca. Padahal, itu seperti peringatan untuk saya, untuk kamu, untuk semua para ibu: lebih peduli apa yang dikonsumsi anakmu.

Sore ini sendu. Teringat minggu lalu, suamiku mengirimkan gambar sulungku dengan luka karbon pensil di lengannya. Di kantor dengan hiruk pikuknya, saya, ibu baru ini, mencoba tenang. Saya mengirimkan pesan suara bertanya kepada sulungku tentang kronologis ceritanya. Ia bercerita dengan riang: habis bermain bersama temannya, ia memulai menusuk pensil tumpul ke lengan temannya, dan temannya membalas dengan pensil tajam ke lengan sulungku. Mendengar keceriaannya bercerita, dan tidak ada laporan lagi dari ayahnya, saya tenang kembali berkutat dengan setumpuk laporan.

Melepas penat sehabis pulang dengan kemacetan, ditambah rintik hujan sepanjang jalan, inginnya bermain bersama si kecil. Kulihat lengan sulungku; radang, bengkak, karbon menusuk dalam di lengannya. Sulit dikeluarkan dan ia meringis sakit. "Potek hati Amma, Nak." Dengan beberapa cara, akhirnya sebagian besar karbon dapat dikeluarkan.

Menahan rasa yang campur aduk, kunasihati kembali sulungku agar bermain yang tidak membahayakan, jangan menyakiti orang lain, tak lupa mengingatkan untuk meminta maaf pada temannya. Sulungku denial, "Tapi 'kan temanku sudah balas, Ma, kenapa harus meminta maaf?" Kesabaranku yang setipis tisu ini berbicara dengan naik turun nada, agar ia mengerti: meminta maaf itu menurunkan ego, tak masalah meminta maaf, akan ada banyak kebaikan di sana. Hari itu, kupeluk sulungku dengan erat, kurapal doa dengan cinta agar Allah terus menjaganya karena hadirku tak selalu ada.

Pagi itu, cerah sang mentari tak malu untuk berkelakar. Laptopku menyala, sarapanku masih ada. Tring! Guru sulungku mengirimkan foto. Sulungku menangis, jidatnya benjol sebesar bola tenis. Beliau menjelaskan panjang lebar: ia terpental menghantam tiang bendera, tertubruk temannya yang berlari kencang. Hatiku remuk. Kuhubungi orang tuaku untuk menjemput sulungku saat itu juga ke sekolah. Tak perlu sedu sedan mencari tahu, sulungku nomor satu. Kuingin pastikan ia mendapat penanganan tepat.

Dua hari setelahnya sulungku tidak masuk sekolah. Sakit, katanya. Pereda nyeri masih belum mampu menahan sakit kepalanya. Bahkan hingga hari ini sudut matanya membiru. Tangisku di sudut malam meminta Sang Penyembuh memberikan kesembuhan.

Berkali setelah itu kutanyakan pada sulungku, adakah temannya meminta maaf? "Tidak," jawabnya. Kecewa? Ya, saya kecewa. Hanya permintaan maaf pun tidak ada. Bukan masalah anak kecilnya, tetapi pembiasaan itu ternyata tak hadir di lingkungan terdekat anakku.

Saya percaya bahwa tiga kata ajaib bisa menjadi awal kehidupan yang baik. Bagaimana kita membiasakan meminta tolong, berterima kasih, dan meminta maaf pada keseharian kita.

Tiga kata ajaib ini juga yang coba terus saya tanamkan pada sulungku. Mudah? Tentu tidak. Penolakan darinya, apalagi di umurnya yang masih balita. Egonya akan keakuan masih tinggi.

Atas kejadian anakku dan kekecewaan aku karena sekolah tidak menanamkan itu atau memfasilitasi teman anakku untuk meminta maaf, maka aku menulis, menerjemahkan gundahku. Semoga anakku tumbuh menjadi sosok yang welas asih, pandai bersyukur, dan mau belajar mengakui kesalahan.

Semoga di luar sana, di negaraku tercinta, masih ada kata maaf dari yang berkuasa jika memang ada kesalahan, bukan karena dimaki rakyat, didesak warganya, tetapi kesadaran dari diri mereka. Agar sulungku tetap berada di lingkungan terbaik dengan tiga kata ajaib pada keseharian bermasyarakat.

Media files:
01ghnm0cdn6t2xx6hjabq64d2y.jpg image/jpeg,
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar