Nov 25th 2023, 20:58, by Sinta Yuliana, Lampung Geh
Lampung Geh, Bandar Lampung - Lampung Geh Academy kembali digelar. Kali ini, kegiatan itu dilaksanakan di Gedung Kuliah Umum 2, Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Jumat (24/11) kemarin.
Dengan mengusung tema 'Mengabadikan peristiwa lewat bidikan kamera', kegiatan Lampung Geh Academy itu menghadirkan narasumber dari Pewarta Foto Indonesia yakni Tama Yudha Wiguna dan Dian Hadiyatna Tama sapaan akrabnya menjelaskan fotografi jurnalistik berbeda dengan fotografi dokumentasi. Hal itu dapat dilihat dari letak kepentingannya.
"Keduanya ini berbeda, karena fotografi jurnalistik itu diambil untuk segera di informasikan kepada publik melalui media masa. Sedangkan, foto dokumentasi diambil untuk konsumsi pribadi," katanya.
Selain itu, menurut Tama, orang yang melakukan atau mengambil foto untuk sebuah berita bukanlah fotografer melainkan Pewarta Foto.
"Ini juga berbeda, karena kalo pewarta foto itu sebelum mengambil foto, mereka pasti harus berpikir terlebih dahulu apakah objek di hadapannya dapat memberikan informasi yang laik atau tidak," tuturnya.
Adapun foto jurnalistik itu sendiri memiliki 9 jenis yakni spot foto, general news photo, people in the news photo, daily life photo, portrait,social and environment, art and culture photo, science and technology dan sport photo.
"Nah foto-foto peristiwa kecelakaan, kebakaran yang sering kalian lihat di media sosial atau di media online itu termasuk dalam jenis foto spot photo," jelasnya.
Tama melanjutkan dalam mengambil foto jurnalistik itu juga memiliki beberapa syarat di antaranya harus informatif, hangat, faktual, relevan, gema dan lainnya.
"Karena itu foto jurnalistik itu dapat dinilai dari situ, foto jurnalistik itu kan harus informatif sesuai dengan fakta di lapangan tidak boleh dibuat-buat, karena foto yang diambil diharapkan masyarakat yang melihat paham arti dari foto itu," tuturnya.
Lanjut Tama, dalam pengambilan foto, Pewarta Foto tidak boleh sembarang mengambil foto, melainkan harus memperhatikan kode etik foto jurnalistik.
"Ada kode etiknya, harus profesional, menghargai hak cipta, tidak menyalahkangunakan profesi contohnya menerima suap, harus melindungi kehormatan identitas seperti korban kejahatan asusila atau tindak kriminal di bawah umur, itu semua ada kode etiknya," jelasnya.
Sementara itu, Dian menambahkan ada beberapa teknik foto jurnalistik yang wajib diperhatikan para Pewarta Foto dalam pengambilan foto.
"Pertama itu perencanaan, karena foto jurnalistik itu pasti butuh perencanaan untuk menghasilkan gambar dan berita yang menarik perhatian pembaca dan tentunya punya nilai berita tinggi," ucapnya.
Selanjutnya, menguasai kamera dan cahaya. Hal itu dilakukan untuk mencapai hasil pemotretan yang sempurna karena Pewarta Foto harus mampu menguasai kamera dan cahaya sekitar.
"Harus detail agar mendapatkan hasil maksimal, keterampilan membuat gambar yang bermutu harus memenuhi persyaratan sesuai dengan kaidah yang berlaku," ujarnya.
Lebih lanjut, Dian mengungkapkan Pewarta Foto juga harus dapat mengamati dan menyusun objek visual dalam foto jurnalistik.
"Ini yang terpenting, tugas utama seorang Pewarta Foto adalah memotret peristiwa yang terjadi dengan sebuah kamera harus tepat waktu, karena peristiwa yang sudah terjadi tidak bisa diulang lagi, dan kalo kita telat kita akan ketinggalan moment itu," pungkasnya. (Yul/Put)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar