Apr 15th 2023, 19:21, by Aliyya Bunga, kumparanNEWS
Amerika Serikat menegaskan bahwa bocornya dokumen intelijen negara yang sangat rahasia dan menyangkut negara lain baru-baru ini tidak mempengaruhi hubungan Washington dengan para negara mitra dan Sekutunya.
Dikutip dari Reuters, pernyataan itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dalam sebuah konferensi pers di Ibu Kota Vietnam, Hanoi, pada Sabtu (15/4).
Diplomat top di AS itu mengatakan, pihaknya telah melakukan pendekatan dengan negara-negara yang dekat dengan Washington terkait masalah tersebut.
"Berdasarkan pembicaraan yang saya lakukan, saya belum mendengar apa pun yang akan mempengaruhi hubungan kami dengan Sekutu dan mitra," tutur Blinken.
Dia menambahkan, meski negaranya diguncang oleh kasus bocornya dokumen rahasia itu tetapi Blinken mendengar apresiasi dari pihak lain atas langkah-langkah yang telah diambil Washington.
Adapun kasus bocornya dokumen intelijen rahasia AS baru terungkap oleh laporan New York Times pada awal April ini, meski dokumen-dokumen tersebut telah diposting secara online di media sosial beberapa minggu sebelumnya.
Pelaku pembocoran pun telah teridentifikasi dan ditangkap. Dia merupakan seorang pemuda berusia 21 tahun bernama Jack Douglas Teixeira yang bekerja sebagai pilot di Garda Nasional AS (National Guard of the United States).
Teixeira ditangkap oleh agen FBI bersenjata lengkap di kediamannya di North Dighton, Massachusetts, pada Kamis (13/4) dan didakwa di pengadilan sehari setelahnya. Sebuah pengaduan kriminal menuding Teixeira dengan dua tuduhan yang cukup berat.
Tuduhan pertama yaitu pelanggaran Undang-Undang tentang Spionase terkait dengan penyalinan dan pengiriman materi pertahanan sensitif secara tidak sah, serta tuduhan terkait dengan pemindahan materi pertahanan secara ilegal ke situs tidak sah.
Tuduhan-tuduhan tersebut berkaitan dengan salah satu materi sensitif yang bocor sejauh ini — sebuah dokumen yang menguraikan status konflik Rusia-Ukraina, termasuk rincian tentang pergerakan pasukan di sana pada tanggal tertentu.
Selain itu, terkuak pula secara online dokumen rahasia yang menggambarkan pandangan Gedung Putih terhadap negara lain, seperti desakan kepada Korea Selatan untuk ikut memasok persenjataan ke Ukraina, siapa dalang di balik protes besar-besaran anti-pemerintah di Israel, dan bahwa AS memata-matai Sekretaris Jenderal PBB.
Kasus bocornya dokumen rahasia ini diyakini sebagai pelanggaran keamanan AS yang paling fatal sejak 2010 — yang mana kala itu lebih dari 700 ribu dokumen, video, dan komunikasi diplomatik pemerintah Washington tersebar di situs WikiLeaks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar