Obelix Hills, destinasi wisata yang berdiri di kawasan batuan purba Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Foto: Arif Ute/Pandangan Jogja
Obelix Hills, destinasi wisata yang berdiri di kawasan batuan purba Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, mengembangkan pengelolaan wisata dengan melibatkan masyarakat sekitar sebagai bagian utama operasional. Pelibatan ini mencakup perekrutan tenaga kerja lokal, kerja sama dengan pelaku UMKM, serta kolaborasi dengan sanggar seni.
Operational Supervisor Obelix Hills, Parji, menyebut seluruh staf operasional berasal dari warga setempat.
"Semua pekerja dan karyawan operasional di Obelix Hills seratus persen adalah warga sekitar," ujar Parji kepada Pandangan Jogja beberapa waktu lalu.
Berdasarkan data pengelola, dalam setahun Obelix Hills mencatat sekitar 28.957 kunjungan wisatawan. Arus kunjungan tersebut membuka peluang kerja bagi warga sekitar serta menggerakkan aktivitas ekonomi lokal, termasuk sektor jasa dan kuliner pendukung wisata.
Penonton memadati area panggung saat pertunjukan tari berlangsung di Obelix Hills. Foto: Arif Ute/Pandangan Jogja
Selain tenaga kerja, pelibatan warga juga dilakukan melalui kerja sama dengan pelaku UMKM. Pengelola menyediakan welcome drink berupa jamu produksi UMKM lokal setiap akhir pekan saat pertunjukan sendratari digelar.
"Ke depan, kita ingin lebih banyak melibatkan UMKM. Untuk sekarang, UMKM berkontribusi untuk welcome drink ketika ada sendratari di hari Sabtu dan Minggu," kata Parji.
Pertunjukan tari yang digelar rutin setiap akhir pekan juga menjadi bagian dari pelibatan komunitas lokal. Penampil berasal dari sanggar seni berbasis di Yogyakarta, di antaranya Borneo Entertainment, Sanggar Budaya Wukirharjo, dan Sanggar Krisna Mukti.
"Weekend ada Sendratari. Selain jadi daya tarik, ini juga untuk mengangkat budaya sekitar," kata Parji.
Penari di Obelix Hilss, Kartika. Foto: Arif Ute/Pandangan Jogja
Salah satu penari, Kartika, menyebut panggung terbuka di atas batuan purba memberikan pengalaman yang berbeda bagi para penampil.
"Rasanya kayak lagi nari di Bali gitu di Obelix Hills, soalnya view-nya perbukitan tinggi," tuturnya.
Ia menambahkan, antusiasme penonton kerap tinggi meski kondisi cuaca kurang mendukung.
"Saking banyaknya penonton dan antusias mereka yang luar biasa, pertunjukan tetap dilanjutkan karena request penonton."
Parji juga menjelaskan pengembangan kawasan Obelix Hills dilakukan dengan menyesuaikan kondisi geologi setempat. Seluruh fasilitas dibangun mengikuti kontur alami batuan purba, termasuk jalur pedestrian dan area publik, tanpa mengubah struktur bebatuan yang ada.
"Ada beberapa batuan yang tetap kita kondisikan agar bangunannya bisa berdiri. Cuman kita memang konturnya tuh ngikutin batuan itu. Jadi makanya kenapa Hills naik turun ya, karena memang batuannya naik turun," ujarnya.
Dari area pertunjukan, pengunjung dapat menikmati panorama Yogyakarta dari ketinggian, mulai dari bentang alam hijau hingga lanskap perkotaan. Melalui pengelolaan yang melibatkan warga lokal, pelaku UMKM, dan komunitas seni, Obelix Hills berkembang sebagai kawasan wisata yang dijalankan bersama masyarakat di sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar