Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya usai acara rapat koordinasi Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama se-Indonesia di Hotel Novotel, Minggu (23/11). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, menanggapi polemik beredarnya surat yang memintanya mundur sebagai Ketua Umum.
Dalam surat yang beredar, surat itu ditandatangani oleh Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar, pada 20 November 2025, berdasarkan musyawarah antara Rais Aam dan dua Wakil Rais Aam, dan berdasar Keputusan Rapat Harian Syuriyah PBNU.
Maka, dalam waktu dekat ia akan bertemu dengan para kiai-kiai untuk mencari jalan keluar.
"Insyaallah ya, mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa diwujudkan pertemuan para kiai-kiai termasuk para kiai sepuh, ya supaya ada suara moral, suara moral yang dapat mendorong ke arah jalan keluar yang maslahat," kata Gus Yahya usai rapat koordinasi Ketua PWNU se-Indonesia di Hotel Novotel Samator, Surabaya, Minggu (23/11).
Namun, jika tiba saatnya Gus Yahya bertemu dengan para kiai dan ulama, maka ia tak akan mengemukakan satu pandangan. Ia mengaku hanya ingin meminta nasihat.
"Biasanya kalau saya itu kalau ketemu dengan ulama sepuh itu saya enggak pernah ngomong. Biasanya saya hanya minta dinasihati atau doa. Itu saja," ucap Gus Yahya.
Selain bertemu dengan ulama sepuh, Gus Yahya juga sudah bertemu dengan berkomunikasi dengan jajaran Syuriyah. Katanya, sebagian Syuriyah yang ia temui menyesal.
"Dengan jajaran Syuriyah saya sudah bertemu, sejumlah, dan semua yang sudah saya temui menyesali. Karena mereka tidak mendapatkan informasi yang utuh pada mulanya," kata Gus Yahya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar