Abdul Mu'ti di SLB Negeri Pembina Yogyakarta, Sabtu (13/9/2025). Foto: Dok. Kemendikdasmen
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) merevitalisasi 16 Sekolah Luar Biasa (SLB) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Prosesi peletakan batu pertama dilakukan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, di SLB Negeri Pembina Yogyakarta, Sabtu (13/9).
Mu'ti menegaskan komitmen pemerintah dalam memberikan layanan pendidikan yang setara bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
"Kami mengharapkan dukungan semua pihak agar layanan ini benar-benar terwujud sebagai kesempatan belajar seluas-luasnya bagi seluruh anak Indonesia, apa pun keadaannya," ujarnya.
Mu'ti menyebut, hak pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
"Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen memberikan layanan melalui pendidikan inklusif dan SLB," kata Mu'ti.
Sementara itu, Direktur Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus, Saryadi, menyebutkan 16 SLB yang direvitalisasi tahun ini terdiri atas 6 sekolah negeri dan 10 sekolah swasta. Program tersebut mencakup rehabilitasi hingga pembangunan ruang baru dengan tujuan menghadirkan sarana pembelajaran yang lebih adaptif dan inklusif.
"Program revitalisasi SLB adalah langkah strategis pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan khusus melalui pembangunan sarana dan prasarana pembelajaran yang adaptif, inklusif, serta sesuai kebutuhan murid," jelas Saryadi.
Revitalisasi SLB tak hanya dilakukan di Yogyakarta. Kemendikdasmen mencatat lebih dari 382 SLB di seluruh Indonesia kini sedang dalam proses revitalisasi dan renovasi sebagai bagian dari program prioritas Presiden Prabowo Subianto.
Kepala SLB Negeri Pembina Yogyakarta, Nur Khasanah, mengapresiasi bantuan pembangunan selasar penghubung kelas di sekolahnya.
"Sekolah kami cukup luas dan memang belum ada selasar yang membuat akses untuk melintas antara bangunan satu dan bangunan lainnya kurang nyaman dan kesulitan bagi teman-teman tunanetra misalnya," katanya.
Harapan senada datang dari para murid. Aisyah, siswi kelas 9, merasa lebih terbantu dengan adanya selasar baru.
"Saya senang, jadi lebih mudah ke kelas tanpa khawatir kehujanan," ujar Aisyah.
Selain itu, Nathan, murid kelas 10, juga menambahkan dirinya menjadi lebih merasa aman dengan dilakukannya revitalisasi tersebut.
"Saya merasa lebih aman saat berpindah ke aula maupun lapangan," ujar Nathan.
Selain peletakan batu pertama, rangkaian kegiatan diisi dengan Lokakarya Penguatan Peran Unit Layanan Disabilitas yang melibatkan sekolah-sekolah di Yogyakarta. Lokakarya tersebut bertujuan memperkuat pemahaman tenaga pendidik tentang implementasi pendidikan inklusif, mulai dari kurikulum hingga penyediaan akomodasi yang layak.
Kemendikdasmen juga menggelar uji kompetensi bagi murid SLB. Sertifikasi yang diperoleh dari uji kompetensi itu diharapkan menjadi bekal mereka untuk melanjutkan karier, baik bekerja maupun berwirausaha.
Sebelumnya, Mu'ti mengatakan, lebih dari 15 ribu satuan pendidikan direnovasi dan direvitalisasi sepanjang tahun 2025. Jumlah itu meningkat dari target awal yang hanya 10.440 sekolah.
"Tahun ini sebagai program prioritas Bapak Presiden, kami melakukan renovasi dan revitalisasi untuk lebih dari 15 ribu satuan pendidikan. Awalnya direncanakan untuk 10.440," ujar Mu'ti saat menghadiri acara penandatanganan kerja sama Ditjen Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan di Kantor Kemendikdasmen, Jakarta Pusat, Jumat (12/9).
"Tapi dengan skema swakelola, Alhamdulillah berdasarkan laporan yang kami terima, lebih dari 15 ribu satuan pendidikan direnovasi pada tahun ini," tambah dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar