Mar 30th 2024, 12:13, by Fadjar Hadi, kumparanNEWS
PPP terancam tak lolos ke Senayan setelah Pemilu 2024. Mereka tidak mampu memenuhi parliamentary threshold (PT) 4%.
PPP kini berjuang di Mahkamah Konstitusi untuk memperpanjang asa bisa lolos ke parlemen.
Padahal, ada dua pengusaha kakap di dalam internal PPP. Mereka adalah Plt Ketua Umum PPP Mardiono dan Ketua Bappilu PPP Sandi Uno.
Beberapa pihak dan kader menilai, Mardiono dan Sandi tidak mampu banyak membantu untuk mendongkrak suara PPP.
Ketua Majelis Pertimbangan PPP M. Romahurmuziy mengatakan meski Mardiono dan Sandi adalah pengusaha ulung, mereka tidak bisa banyak membantu.
"Uang (Mardiono dan Sandi) triliunan itu kan uang pribadi, tidak semua dikonversi 100 persen ke politik. Kalau iya, ya minimal 2,5 persen sudah maksimal, itu kan enggak ditumpahkan ke PPP semua, ditumpahkan ke tempat lain," kata Romy dalam talkshow Info A1 kumparan, dikutip Sabtu (30/3).
Romy menuturkan, pemicu PPP kini mengalami krisis karena jumlah logistik terbatas. Ia menyoroti biaya demokrasi yang begitu mahal bahkan mencapai miliaran rupiah.
"Itu confirm di pertarungan lapangan terjadi. Misal kalangan caleg kita di dapil ini Rp 1 miliar, caleg yang lain Rp 15 miliar, 1 dapil Rp 20 miliar," ucap Romy.
"Berapa dari DPP? 7,5 kita 2,5 dan sepertingannya, ini Rp 7,5 miliar kita Rp 250 juta. Jadi itu yang terjadi ini real, saya enggak mau tutupi," kata Romy.
Lebih jauh, Romy juga tak menampik tidak banyak kader PPP merupakan tokoh besar. Meski begitu, ia kembali menekankan masalah PPP terancam tak lolos Senayan karena biaya politik semakin tinggi.
"Betul caleg kita bukan orang-orang yang punya latar usaha besar, jadi menang tidak bisa. Bukan kita enggak ada modal, Rp 2-3 miliar keluar cuma untuk RI (DPR) itu enggak ada apa-apanya," ucap Romy.
"Misal ada pengusaha rokok, maju di dapil Jepara dia keluar Rp 10 M, tapi semua parpol tingkatkan jumlah isi amplop, dia keluar isi amplop Rp 200 ribu, keluar suara Rp 20 ribu, 10 persen. Dulu teori saya 1/3, keluar Rp 300 ribu, dapet 100 ribu suara, sekarang itu lebih parah, 10 persen," tutup Romy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar