Sep 9th 2023, 15:41, by Muhammad Rizqy Septyandy, Muhammad Rizqy Septyandy
Menjelang pergantian tahun 2024 selain menjadi tahun politik, tahun tersebut akan menjadi tonggak sejarah bagi Republik Indonesia dikarenakan pada tahun tersebut tepatnya pada peringatan HUT ke-79 RI akan dilaksanakan upacara perdana di IKN Nusantara sekaligus menjadi awal pemindahan ibukota dari Jakarta ke Nusantara secara resmi. Merujuk paparan Kementerian PPN/Bappenas pada tahun 2019 terkait pemilihan ibukota negara baru di Provinsi Kalimantan Timur didasarkan atas beberapa aspek.
Di antaranya yaitu sarana dan prasarana pendukung yang sudah siap seperti bandara, pelabuhan, dan jalan tol yang menghubungkan IKN ke beberapa kota di sekitarnya seperti Samarinda dan Balikpapan, struktur demografi yang heterogen, relatif bebas bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami, serta tersedianya lahan dengan status Area Penggunaan Lain (APL), hutan produksi dengan konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI), dan hutan produksi yang bebas konsesi.
Selain dari aspek-aspek yang telah disebutkan oleh Kementerian PPN/Bappenas di atas, ternyata ada lagi alasan Bapak Presiden Joko Widodo memilih Kalimantan Timur sebagai lokasi yang tepat untuk menjadi ibukota negara yang baru yaitu terdapat banyaknya potensi objek wisata yang menyimpan pesona sebagai surga tersembunyi yang ada di Indonesia. Tidak terkecuali Kabupaten Kutai Kartanegara yang menjadi lokasi dari IKN Nusantara bersama dengan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Berdasarkan data BPS Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2023, kabupaten ini terdiri dari 19 kecamatan, 193 desa, dan 44 kelurahan. Sedangkan dilansir melalui laman web resmi Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki karakteristik wilayah yang terbagi menjadi 3 zona, yakni Zona Hulu, Zona Tengah, dan Zona Pesisir.
Dari ketiga zona ini, Tim KKN Universitas Mulawarman Angkatan 49 Tahun 2023 menghimpun setidaknya terdapat 6 surga tersembunyi yang berada di Zona Hulu. Hal ini didasarkan dari karakteristik wilayahnya yang meliputi dataran, perbukitan, serta perairan seperti sungai dan danau sehingga banyak potensi keindahan khas surgawi yang tercipta di zona ini.
Zona ini meliputi tujuh kecamatan, yaitu Kecamatan Tabang, Kembang Janggut, Kenohan, Kota Bangun, Kota Bangun Darat, Muara Muntai, dan Muara Wis. Keenam surga tersebut yakni Air Terjun Kandua Raya, Air Terjun Putang, Danau Tanjung Sarai, Danau Semayang, Tanjung Tamannoh, dan Wisata Budaya Nutuk Beham.
Air Terjun Kandua Raya
Berlokasi di Desa Wisata Kedang Ipil, Kecamatan Kota Bangun Darat, Kabupaten Kutai Kartanegara, objek wisata ini termasuk 30 destinasi tujuan wisata (DTW) prioritas Kalimantan Timur tahun 2022 menurut Buku "Travel Guide East Kalimantan" yang diterbitkan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur. Air Terjun Kandua Raya memiliki banyak daya tarik. Dengan dikelilingi hutan yang masih terjaga, membuat suasana di kawasan ini menjadi sejuk dan segar.
Memiliki bentuk air terjun bertingkat dan batuan datar di tepi sungai yang dapat dijadikan tempat bersantai maupun berkemah, menjadikan air terjun ini berbeda dari air terjun pada umumnya. Nama Air Terjun Kandua Raya berasal dari dua kata yaitu " Kandu" yang diambil dari nama seorang gadis dan " Dua".
Konon katanya, pada zaman dahulu ada seorang gadis bernama Kandu yang ingin dilamar oleh seorang laki-laki, akan tetapi orang tua gadis tersebut menolak lamarannya sehingga menyebabkan laki-laki yang ingin melamar menjadi kecewa. Akibatnya, terjadilah peperangan besar sehingga air terjun yang sebelumnya tinggi terpecah menjadi dua. Oleh karena itulah objek wisata ini dinamakan Air Terjun Kandua.
Air Terjun Putang
Selain Air Terjun Kandua Raya, Desa Wisata Kedang Ipil juga memiliki objek wisata air terjun yang tidak kalah menakjubkan yaitu Air Terjung Putang. Objek wisata ini memiliki keindahan alam berupa air terjun dengan ketinggian sekitar 10 meter. Tepat di bawah air terjun tersebut terdapat kolam pemandian bernama Putri Selimbur Buyeh yang memiliki kedalaman 1 sampai 2 meter.
Jalan menuju Air Terjun Putang cocok untuk orang yang suka hiking karena memiliki kontur jalan yang naik dan turun, banyaknya semak-semak, serta masih dikelilingi oleh hutan. Menurut cerita legenda yang disampaikan oleh salah satu warga setempat, nama Air Terjun Putang diambil dari nama seorang warga desa yang berada di sekitar air terjun tersebut.
Lalu, singkat cerita Putang ini tidak sanggup menjalankan perintah raja dan lebih memilih melaksanakan upacara adat seperti erau untuk moksa (menghilang) dan dari sana lah asal muasal nama Air Terjun Putang tercipta.
Danau Tanjung Sarai
Danau seluas 3,6 Hektar ini berlokasi di Desa Kedang Murung, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara yang diresmikan pada tahun 2022 oleh Drs. Edi Damansyah, M.Si. selaku Bupati Kutai Kartanegara. Pada saat diresmikan, terdapat perlombaan Perahu Ketingting yang merupakan perahu tradisional masyarakat di sepanjang aliran Sungai Mahakam. Lomba adu kecepatan di lintasan air itu terbagi dalam 3 kelas, yaitu kelas Honda GX 200 MZ, kelas 6 PK Underbound, dan kelas 13 PK Underbound, dengan jumlah peserta untuk kelas GX 200 MZ sebanyak 50 tim, kelas 6 PK Underbound sebanyak 56 tim, dan kelas 13 PK Underbound sebanyak 52 tim.
Danau Tanjung Sarai menawarkan suasana hutan Kalimantan yang terkenal dengan pohon-pohon tropisnya dengan kondisi hutan yang benar-benar masih asli. Terbayang betapa luar biasanya di tengah hutan, wisatawan bisa menjumpai pemandangan sebuah danau yang bersih dan asri dengan beberapa gugusan pulau-pulau kecil yang ada di perairan. Pihak pengelola juga menawarkan beberapa opsi untuk menikmati keindahan danau menggunakan sepeda air, perahu dayung, hingga kapal wisata.
Bagi yang tidak terlalu suka beraktivitas di air dapat mengelilingi danau menggunakan sepeda listrik. Terdapat juga kolam ikan air tawar yang berisikan lele, patin, dan jelawat yang dipelihara dan tidak pernah untuk dikonsumsi. Di sini ditawarkan juga sensasi ikan-ikan besar yang muncul ke permukaan untuk mengambil pakan-pakan yang ditaburkan oleh pengunjung.
Danau Tanjung Sarai merupakan salah satu Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kedang Murung yang diharapkan dapat memberikan efek domino untuk kemandirian UMKM di Desa Kedang Murung.
Danau Semayang
Biasanya objek wisata danau akan menawarkan keindahan alami saat danau terisi penuh oleh air. Namun tidak berlaku untuk Danau Semayang di Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara yang justru eksotis ketika danau tersebut surut di puncak musim kemarau sekitar Bulan Agustus. Beberapa fitur yang bisa dinikmati di Danau Semayang ketika surut maksimum seperti panorama matahari tenggelam layaknya di pantai dengan dukungan langit yang kejinggaan, hamparan rumput yang luas seperti savana yang ada di Selandia Baru, atau kombinasi suasana matahari tenggelam dan hamparan rumput yang hijau sambil naik ayunan yang instagrammable.
Lokasi ini juga selalu digunakan oleh Aparat Desa sebagai lokasi upacara memperingati HUT RI tanggal 17 Agustus. Selain itu, Danau Semayang menjadi lokasi Festival Tiga Danau di Provinsi Kalimantan Timur bersama Danau Jempang dan Danau Melintang serta Festival Danau Semayang yang menjadi agenda rutin tahunan Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara.
Tanjung Tamannoh
Destinasi wisata ini terletak di ujung sebelah barat Desa Wisata Pela dan berhadapan langsung dengan Danau Semayang. Sebagai informasi Desa Wisata Pela merupakan peringkat ketiga nasional pada ajang Anugrah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2022 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Objek wisata ini adalah tempat favorit bagi para pecinta alam yang menginginkan suasana berkemah dengan bonus pemandangan matahari tenggelam ketika senja dan matahari terbit di pagi hari. Apabila beruntung, pengunjung dapat melihat mamalia langka pesut mahakam yang menjadikan Tanjung Tamannoh tempat bermainnya.
Selain itu pengunjung dapat menikmati pertunjukan Tarian Jepen "Pesut Danau Semayang" yang merupakan tarian khas dari Provinsi Kalimantan Timur. Tarian ini menceritakan tentang profesi nelayan yang mencari ikan di danau dengan penuh suka cita dan menggambarkan kebahagiaan nelayan saat panen ikan.
Toponimi Tanjung Tamannoh sendiri berasal dari legenda suku pedalaman Kutai Kartanegara (Suku Tunjung) yang pernah tinggal dan memiliki keturunan di lokasi tesebut. Salah satu anak keturunannya bernama Noh yang menetap di Tanjung Tamannoh. Akhirnya oleh warga di sekitar Desa Pela menyebut tempat itu dengan sebutan taman yang artinya Bapak dan Noh yang merupakan Nama Orang tersebut yang lama menetap di tanjung, kemudian kedua istilah tersebut digabung menjadi Tamannoh dan warga sekitar menyebutnya sampai sekarang dengan sebutan Tanjung Tamannoh.
Wisata Budaya Nutuk Beham
Budaya Nutuk Beham dilakukan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas panen padi muda (panen padi pertama kali) dalam sistem berladang Suku Kutai Adat Lawas. Secara Etimologi Nutuk artinya menumbuk dengan menggunakan alat terbuat dari kayu ulin yang disebut halu/alu dan lasung/lesung yang terbuat dari kayu nangka atau jenis kayu yang tidak mudah pecah. Sementara Beham artinya padi ketan muda yang siap untuk dipanen. Tradisi ini biasa dilakukan ketika menjelang panen raya, dan dilaksanakan di Balai Adat.
Pada saat kegiatan budaya Nutuk Beham dilaksanakan, semua orang ambil bagian, mulai dari menyumbang beras terbaik yang akan ditumbuk bersama, menyiapkan semua bahan dan peralatan, merendam beras, menyangrai, menumbuk, dan mengolahnya menjadi makanan siap santap.
Namun sebelum disantap Beham akan diritual terlebih dahulu, yakni Ritual Adat Mam'mang atau pembacaan doa oleh para tetua di balai yang memiliki istilah lainnya adalah Ngasap'i Beham. Setelah ritual selesai, dilanjutkan dengan makan beseprah (makan bersama sambal duduk bersila di atas tikar). Pada acara budaya Nutuk Beham ini dimeriahkan juga oleh pentas seni tradisional khas Suku Kutai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar