Sep 24th 2023, 10:10, by Aliyya Bunga, kumparanNEWS
Kawasan Asia Tenggara tak boleh dibiarkan menjadi ladang rivalitas, melainkan harus menjadi pusat pertumbuhan. Seluruh negara harus tumbuh bersama-sama, tanpa ada yang ditinggalkan atau dirugikan.
Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, saat berbicara di hadapan Sidang Majelis Umum PBB (United Nations General Assembly/UNGA) ke-78 di New York, Amerika Serikat, pada Sabtu (23/9).
"Kita tidak akan biarkan kawasan kita jadi ladang rivalitas. Bahkan, kita telah menjadikan kawasan ini sebagai pusat pertumbuhan, di mana semua negara diuntungkan," kata Retno.
Adapun komentar Retno seolah memperingatkan negara di kawasan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik — yang kini menjadi arena persaingan tajam antara sesama negara adidaya, Amerika Serikat dan China.
Dalam pidatonya, Retno turut menekankan urgensi mempertahankan sentralitas dan inklusivitas ASEAN agar dapat terus berkontribusi bagi perdamaian dan kemakmuran global.
Sebagai Ketua ASEAN, kata Retno, Indonesia berhasil menavigasi ASEAN melewati dinamika geopolitik yang tidak mudah di kawasan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik.
"ASEAN juga telah memulai pembahasan visi jangka panjang ASEAN 2045, menjalin kemitraan dengan Pacific Islands Forum dan Indian Ocean Rim Association dalam rangka menciptakan kawasan Indo Pasifik yang damai. Serta mengimplementasikan ASEAN Outlook on Indo-Pacific ke dalam kerja sama konkret dan inklusif," jelas Retno.
Menyinggung soal krisis di Asia Tenggara yang hingga saat ini masih menerpa Myanmar, Retno menegaskan ASEAN akan terus mendesak junta militer agar merealisasikan komitmen 5 Point Consensus (5PC).
5PC adalah lima poin resolusi perdamaian yang disepakati seluruh pemimpin ASEAN guna mengakhiri krisis politik dan kemanusiaan di Myanmar, sejak junta militer mengkudeta pemerintahan demokratis Aung San Suu Kyi pada 2021.
"ASEAN akan melakukan segala upaya untuk memastikan rakyat Myanmar tidak sendirian," tegas diplomat kelahiran Semarang itu.
Di akhir pidatonya, Retno kembali menyerukan agar pemimpin dunia melakukan aksi nyata dan konkret atas perkataan mereka (walk the talk) agar terwujudnya kepemimpinan kolektif dalam menghadapi tantangan global.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar