Search This Blog

Menyikapi Disrupsi AI: Mahasiswa dan Sikap Agility

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Menyikapi Disrupsi AI: Mahasiswa dan Sikap Agility
Aug 6th 2023, 05:50, by Amelia Avril Rayhana, Amelia Avril Rayhana

Ilustrasi ChatGPT. Foto: CHUAN CHUAN/Shutterstock
Ilustrasi ChatGPT. Foto: CHUAN CHUAN/Shutterstock

Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan akhir-akhir ini menarik sorotan publik. Salah satu produk dari OpenAI yaitu ChatGPT dinilai mampu menggeser tahta Google sebagai mesin pencari dengan pengguna terbanyak.

Bagaimana tidak? Menurut catatan UBS, sebuah perusahaan finansial Swiss, per Januari 2023, ChatGPT menembus angka 100 juta pengguna, dengan 13 juta pengguna mengakses ChatGPT per bulannya.

Masifnya penggunaan ChatGPT disebabkan keuntungan yang diterima para pengguna. Hanya dengan mengetik dan mengirimkan instruksi pada kolom chat, ChatGPT mampu memberikan jawaban secara cepat, tepat, dan interaktif kepada pengguna.

Keuntungan ini tentunya memudahkan banyak pihak, terutama mahasiswa. Dengan bantuan ChatGPT, mahasiswa dapat mengerjakan segala tugas dengan mudah. Esai, makalah, hingga tugas akhir dapat diselesaikan dengan ChatGPT. Fenomena ini memunculkan suatu pertanyaan. "Akankah disrupsi AI dapat menjadi bumerang bagi mahasiswa?"

Ilustrasi mahasiswa sedang mengerjakan tugas. Foto: BongkarnGraphic/Shutterstock
Ilustrasi mahasiswa sedang mengerjakan tugas. Foto: BongkarnGraphic/Shutterstock

Jawabannya adalah "Iya." Mahasiswa yang terlena akan kemudahan AI akan selalu bergantung kepada teknologi tersebut. Akibatnya, hal ini akan mengurangi kemampuan mahasiswa dalam mandiri mendapat jawaban dan berpikir kritis.

Selain itu, informasi yang diberikan AI dapat menyebabkan bias sehingga menimbulkan miskonsepsi kepada mahasiswa. Dalam jangka panjang, terdapat penurunan kualitas mahasiswa akibat bergantung kepada AI.

Terdapat jurang antara mahasiswa yang bergantung dengan AI dan mahasiswa yang tidak bergantung dengan AI. Lalu, apakah kita harus menolak penggunaan AI? Tidak. Daripada menolak keberadaan AI, lebih baik kita menerimanya.

AI merupakan salah satu perubahan teknologi yang terjadi. Seperti perubahan penggunaan jam alih-alih melihat posisi matahari dan perubahan buku konvensional menjadi digital, AI merupakan salah satu contohnya.

Ilustrasi GPT-4, AI baru dari OpenAI, pembuat ChatGPT/ Foto: OpenAI
Ilustrasi GPT-4, AI baru dari OpenAI, pembuat ChatGPT/ Foto: OpenAI

Akan tetapi, kita tidak serta merta menerima keberadaan AI. Dibutuhkan sikap yang tepat dalam menyikapi tantangan AI. Lalu pertanyaannya, "Adakah cara untuk menyikapi disrupsi AI terutama bagi mahasiswa?"

Ada. Sebagai mahasiswa, kita harus memiliki sifat agility. Agility merupakan keterampilan untuk beradaptasi dengan cepat dan lincah terhadap perubahan situasi atau kondisi yang tidak terduga.

Dengan sikap agility, mahasiswa mampu bersikap fleksibel dan adaptif sehingga dapat memperoleh kemampuan untuk mengikuti dan bertahan dalam perkembangan teknologi serta dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Sikap agility membekali mahasiswa dalam menghasilkan solusi kreatif untuk menghadapi tantangan AI yang semakin kompleks.

Sikap agility dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, rajin dalam mencari informasi, terutama di bidang teknologi. Dengan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya, mahasiswa dapat memilah dan memilih sikap dalam menghadapi disrupsi AI.

Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock

Kedua, mahasiswa diharap mampu berpikir kreatif dan out of the box. Kemampuan berpikir kreatif membekali mahasiswa dalam berpikiran terbuka dan mendapatkan solusi alternatif yang tepat.

Ketiga, meningkatkan skill. Skill yang dimaksud dapat berupa soft skill dan hard skill. Dalam meningkatkan skill, mahasiswa dapat menggunakan AI. Daripada diperbudak oleh kemudahan AI, mahasiswa dapat memperbudak AI dengan menyaring manfaat yang didapat dalam menggunakan AI.

Oleh karena itu, meskipun keberadaan AI sangat memudahkan mahasiswa, sebaiknya mahasiswa tidak serta merta terlena dan menerima keberadaan AI. Mahasiswa diharapkan memiliki sikap agility dalam menghadapi disrupsi AI. Dengan sikap agility, mahasiswa dinilai mampu bertahan di tengah tantangan AI dan perkembangan teknologi lainnya.

Media files:
01ghg86r7328fvyehgbh35rcam.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar