Feb 11th 2023, 13:49, by Ricka Milla Suatin, Ricka Milla Suatin
Kamu memiliki sosok idola? Entah itu atlet, penulis, jurnalis, selebritis, bahkan ilmuwan, pasti kamu memiliki setidaknya satu orang yang menjadi panutanmu di dunia. Perkembangan teknologi informasi memudahkan siapa saja untuk merasa dekat dengan sang idola.
Apalagi ketika sang idola kerap tampil bahkan membagikan informasi personalnya di akun-akun media sosial miliknya. Hasilnya, fans merasa sangat dekat bahkan seolah berinteraksi langsung bersama mereka. Apalagi sebagai figur publik yang memiliki banyak penggemar, ada sebuah pepatah mengatakan bahwa 'konsekuensi menjadi selebritis adalah harus sepaket mengorbankan kehidupan pribadinya untuk menjadi konsumsi publik'.
Terdapat satu fenomena yang sering tidak disadari oleh fans, yaitu hubungan yang mereka yakini 'dekat', bukanlah sebuah kenyataan. Lalu, mengapa hal ini dapat terjadi? Mengapa kita bisa merasa sangat dekat dengan idola kita, padahal keduanya tidak sering bertemu bahkan ada yang sama sekali belum pernah bertemu?
Menjawab pertanyaan tersebut, sebelum membahas sebuah teori psikologis, secara logis hal ini juga dapat dijelaskan seperti berikut:
1. Sang idola intens mengunggah kondisi atau kehidupannya pada akun media sosial.
2. Mereka membagikan pemikiran dan perasaan pribadi mereka pada publik melalui keterangan atau caption di postingan tersebut.
3. Akibatnya, fans merasa memiliki hubungan intim dengan sang idola karena mengetahui detail hidup mereka lewat postingan media sosial tersebut.
Tayangan itu juga cenderung terlihat casual dan nyata. Sehingga kita merasa, mereka sama seperti teman yang sedang membagikan informasi pada kita melalui foto dan video. Apalagi jika idola tersebut sering berinteraksi dengan fans melalui kolom komentar, interaksi ini membuat fans merasa begitu dekat dengan sang idola.
Sayangnya, mereka sebenarnya tidak benar-benar terlibat dalam hubungan dekat sama sekali. Inilah yang dinamakan ilusi dalam hubungan yang didukung oleh media komunikasi, yakni media sosial. Namun, mengapa rasanya hal ini sangatlah nyata?
Teori dari Granovetter menyebutkan empat faktor yang menyebabkan para fans merasa sangat dekat dan mengenali sang idola, yaitu:
1. Keintiman (idola membagikan informasi pribadinya ke media sosial).
2. Intensitas emosional.
3. Waktu (berapa lama fans mengenali dan berinteraksi dengan idolanya).
4. Saling berbagi dan memberi sesuatu satu sama lain.
Penggemar dapat merasa sangat dekat dengan idola karena menghabiskan banyak waktu untuk menonton, membaca, dan mengonsumsi konten yang disajikan oleh idola tersebut.
Permasalahannya adalah interaksi ini sebenarnya hanya satu arah saja. Walaupun idola tersebut berinteraksi dengan para penggemar, itu hanyalah interaksi yang dangkal. Keintiman yang dirasakan adalah ibarat hubungan yang nyata, namun sebenarnya tidak.
Ilusi dalam hubungan ini disebut dengan parasocial relationship atau interaksi parasosial, sebuah teori yang dikemukakan sekitar tahun 1950-an. Studi ini banyak dianalisis dalam kaitannya dengan media massa khususnya kehadiran selebritis yang digemari banyak orang.
Namun, walaupun hubungan yang terjadi hanyalah ilusi semata, perasaan fans pada idolanya adalah benar dan nyata. Fans biasanya akan benar-benar mencintai, mendukung, dan ingin dekat dengan idola mereka. Saat sang idola melakukan sesuatu yang tidak baik, fans pun bisa merasa kehilangan bahkan dikhianati.
Tak ada yang salah dengan menjadi penggemar yang setia kepada idolanya. Namun perlu disadari bahwa hubungan yang dianggap nyata itu hanyalah fantasi dan ilusi. Harapannya, semua penggemar melakukan hal yang wajar untuk idolanya, tidak perlu berlebih.
Hal penting lainnya adalah, semoga penggemar dapat membedakan hubungan fiksi dan nyata, agar tidak jatuh terlalu dalam pada fantasi dan ilusi. Karena manusia adalah makhluk yang biasanya memiliki ekspektasi tinggi, sehingga jangan sampai sakit hati pada harapan yang tidak tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar