Tahun ini, wilayah Sumsel diselimuti ancaman kemarau kering. Oleh karena itu Pemprov Sumsel akan siaga kebakaran hutan dan lahan (karhutla) lebih dini.
Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Sekretariat Daerah Sumsel, Edward Candra, mengatakan kemarau kering tentunya akan memperbesar potensi terjadinya karhutla. Hal ini mengacu pada kejadian serupa pada tahun 2015 dan 2019 lalu.
"Berbeda dari tiga tahun sebelumnya, kemarau basah mendominasi cuaca di Sumsel. Maka dari itu kami akan segera berkoordinasi dengan Pemda untuk mempersiapkan pencegahan karhutla lebih dini," katanya, Sabtu (21/1).
Edward bilang, kewaspadaan karhutla dengan mempersiapkan mitigasi bencana lebih dini akan menjadi prioritas. Menurutnya, berdasarkan prakiraan BMKG peralihan musim dari hujan ke kemarau akan terjadi Mei atau Juni.
"Segala kemungkinan harus dipersiapkan dengan matang. Kami masih memetakan daerah rawan karhutla tahun 2023 sambil menunggu daerah menetapkan status siaga," katanya.
Kepala BPBD Sumsel, Iriansyah, mengatakan ada 3 daerah yang masuk kategori rawan karhutla saat kemarau kering. Yakni, Ogan Komering Ilir (OKI); Musi Banyuasin (Muba); dan Banyuasin.
"Melihat dari pengalaman di tahun-tahun sebelumnya luasan lahan yang terbakar saat kemarau kering lebih besar," katanya.
Sebagai gambaran, saat kemarau kering seperti pada tahun 2015 lalu lahan yang terbakar di Sumsel mencapai 700 ribu hektare dan di 2019 sebesar 329 ribu hektare. Luasan ini jauh lebih besar saat kemarau basah.
"Kemarau basah di tahun 2020 lalu luas lahan terbakar hanya 950 Hektare. Lalu tahun 2021 sebesar, 5.216 hektare dan tahun 2022 hanya 3.719 hektare," katanya.
Maka dari itu, BPBD akan berkoordinasi dengan TNI-Polri, Manggala Agni, serta Pemda untuk mempersiapkan pencegahan diri karhutla. Mengenai jumlah personel sangat bergantung pada eskalasi kebakaran lahan yang terjadi nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar