Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung, Bali. Foto: Shutterstock
Masyarakat diimbau tetap memilah sampah berbasis sumber walau teknologi pengelolaan sampah berbasis PSEL (Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik) atau PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) bakal dibangun di Bali. Hal ini karena sampah yang dikelola di PSEL adalah jenis anorganik.
Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLH) Provinsi Bali, I Made Rentin, mengatakan, pemerintah pusat berencana membangun PSEL melalui program Waste to Energy (WTE), Danantara di Bali.
"Kendati PSEL WTE berjalan kebijakan pemilahan dan pengolahan sampah berbasis sumber tetap wajib kita lakukan di tengah-tengah masyarakat. Jadi, 65 persen timbulan sampah organik di Bali tidak direkomendasikan untuk dibawa ke PSEL untuk diolah karena tidak efektif atau kurang efektif menghasilkan energi listrik," katanya di Kota Denpasar, Minggu (5/10).
PSEL rencananya dibangun di tanah milik Pelindo di Kota Denpasar. Made Rentin mengatakan, Pemprov Bali sedang menunggu surat keputusan presiden tentang pembangunan PSEL sembari melakukan uji publik dan sosialisasi kepada masyarakat.
"Jika dipetakan tempat pemukiman dan perumahan warga yang akan dibangun PSEL relatif jauh, kita berharap tidak akan ada penolakan dalam tanda kutip dan berharap ini salah satu strategi utama kita di hilir dalam rangka menuntaskan permasalahan sampah yang ada di Provinsi Bali," sambungnya.
Di sisi lain, Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, mengaku bingung karena salah satu syarat dalam pengelolaan sampah berbasis PSEL adalah kewajiban menyetor sampah 1-2 ribu ton per hari. Jumlah produksi sampah Kota Denpasar sekitar seribu per hari.
Selain itu, Pemkot Denpasar juga berencana membangun TPS3R dan ribuan Teba Modern agar pengolahan sampah bisa diselesaikan di hulu.
Merespons hal ini, Made Rentin optimistis PSEL bisa dijalankan karena sampah-sampah akan disuplai dari Pemkot Denpasar dan Kabupaten Badung. Jumlah sampah dari kedua kabupaten/kota ini bisa di atas seribu. Sisa sampah lainnya akan disuplai dari TPA Suwung, yang bakal ditutup.
Sementara itu, TPS3R dan TPST nantinya diarahkan untuk memilah sampah berbasis sumber. Menurutnya, keberadaan TPS3R dan TPST saat ini belum optimal mengelola sampah.
"Kita berbicara untuk akses dan dampak ketika WTE itu berjalan ya idealnya terbangun lagi 42 TPS3R yang baru, yang sekarang masih sangat minim, keberadaannya pun belum optimal bisa mengolah sampah yang ada dari masyarakat," kata Rentin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar