Dec 21st 2024, 16:56, by Fadjar Hadi, kumparanNEWS
Di balik gemerlapnya Kota Surabaya, Jawa Timur, terdapat perjuangan seorang ibu sekaligus nenek yang rela jadi pemulung untuk membahagiakan anaknya dan cucunya.
Sosok nenek yang menginspirasi itu adalah Misdiah, janda berusia 51 tahun yang tinggal di sebuah gubuk kecil di kawasan Jalan Semolowaru Selatan Gang 1 Nomor 22C Surabaya.
Selama lebih dari 30 tahun, Misdiah menjadi tulang punggung keluarga dengan profesi sebagai pemulung.
Setiap hari, ia mengayunkan langkahnya dari pukul 6 pagi hingga 3 sore untuk mengumpulkan rongsokan demi menghidupi anak dan cucunya.
"Saya sudah 30 tahun lebih jadi pemulung. Ini untuk menghidupi anak dan cucu saya. Walaupun hasilnya sedikit, saya tetap semangat. Saya tidak mau merepotkan anak saya," kata Misidah kepada wartawan, Sabtu (21/12).
Sehari-hari ia bisa mengantongi Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per hari. Meski begitu, hal ini tidak menjadi masalah baginya.
Misidah tetap bekerja bekerja sebagai pemulung meski kedua matanya mengalami gangguan akibat terkena cipratan cairan pembersih lantai.
Punya Harapan Mau Naik Haji
Di tengah situasi sulit, Misdiah mempunyai harapan besar. Ia ingin naik haji. Demi meraih itu, ia terus menabung.
"Saya ingin sekali naik haji. Minta doanya," kata Misdiah.
Sang Anak Bangga
Santi, anak Misdiah yang kini berusia 27 tahun, mengaku bangga memiliki sosok ibu seperti Misdiah.
"Saya pernah menyuruh ibu untuk berhenti bekerja mencari rongsokan, tapi ibu tetap bersikeras. Ibu ingin membantu menambah penghasilan keluarga," kata Santi.
Santi berharap doa ibunya bisa segera terkabul agar bisa menunaikan ibadah haji ke tanah suci. "Semoga ibu bisa segera naik haji. Saya selalu mendoakan ibu," ujarnya.
Kisah Misdiah adalah bukti nyata kekuatan dan ketegaran seorang perempuan.
Semangat perjuangan seorang ibu bisa menjadi inspirasi bagi kita semua untuk tak kenal lelah meraih mimpi dan tetap memberikan yang terbaik bagi keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar