Selain menyapih, tantangan umum yang dialami orang tua biasanya adalah soal toilet training. Ya Moms, keberhasilan toilet ditentukan dari kesiapan kedua belah pihak, baik anak maupun orang tua.
Tidak ada patokan saklek umur berapa anak sebaiknya diajari toilet training. Sebab tumbuh kembang dan kesiapan masing-masing anak berbeda-beda. Tapi jika dipaksakan terlalu dini bisa memicu berbagai masalah kesehatan dan masalah lainnya.
Risiko Anak Toilet Training Terlalu Dini
Science Daily melansir, menurut penelitian yang dilakukan di Wake Forest Baptist Medical Center, anak-anak yang dilatih toilet training di bawah usia 2 tahun, 3 kali lebih mungkin mengalami masalah mengompol di siang hari.
Rata-rata penyebabnya karena anak memilih menahan pipis ketimbang harus pipis di toilet, karena mereka merasa sedang sibuk bermain. Sehingga ujung-ujungnya jadi mengompol.
Dari segi medis, saat anak sering menahan pipis atau buang air besar, urine atau feses akan naik ke rektrum sehingga memicu sembelit. Anak juga jadi lebih berisiko mengalami masalah ginjal dan infeksi salurah kemih (ISK). Selain itu, kandung kemih anak juga masih berkembang hingga usia 3-4 tahun.
Penelitian tersebut, yang dilaporkan secara daring dalam Research and Reports in Urology, melibatkan 112 anak usia 3 hingga 10 tahun. Sekitar setengahnya diperiksa di departemen urologi karena mengompol di siang hari atau urgensi/frekuensi buang air kecil. Mereka dibandingkan dengan kelompok yang diperiksa di klinik pediatrik umum dan ruang gawat darurat pediatrik yang tidak memiliki riwayat buang air kecil yang tidak berfungsi.
Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang usia dimulainya pelatihan menggunakan toilet dan adanya disfungsi buang air kecil di siang hari. Pasien dikelompokkan ke dalam tiga kategori toilet training: dini (sebelum usia 2 tahun), normal (antara 2 dan 3 tahun), dan lanjut (setelah usia 3 tahun). Ada 38 pelatihan dini, 64 pelatihan normal, dan 10 pelatihan lanjut.
60% persen dari toilet training dini mengalami mengompol di siang hari. Mereka memiliki risiko 3,37 kali lebih tinggi untuk mengompol di siang hari dibandingkan dengan kelompok normal. Para peneliti percaya bahwa toilet training dini lebih rentan terhadap disfungsi pengosongan kandung kemih berikutnya karena mereka lebih cenderung menahan tinja atau urine mereka.
"Ketika anak-anak menahan tinja, tinja tersebut akan kembali ke rektum. Rektum yang membesar menekan kandung kemih, mengurangi kapasitasnya dan menyebabkan saraf yang memberi makan kandung kemih menjadi kacau," kata penulis utama Steve Hodges, M.D., yang juga seorang profesor madya urologi pediatrik di Wake Forest Baptist.
Faktanya, dalam penelitian saat ini, toilet training dini tiga kali lebih mungkin mengeluh sembelit daripada yang normal. "Hampir semua anak yang mengompol juga mengalami sembelit," catat Hodges.
Anak-anak yang lebih kecil juga cenderung menunda buang air kecil, perilaku yang dapat menyebabkan kontraksi kandung kemih dan berkurangnya kapasitas kandung kemih.
"Penelitian telah menunjukkan bahwa pertumbuhan kandung kemih berlanjut pada anak-anak hingga mencapai titik latihan menggunakan toilet," kata Hodges. "Mengeluarkan air seni tanpa hambatan saat memakai popok kemungkinan besar bermanfaat bagi perkembangan kandung kemih. Dalam praktik saya, sering kali anak-anak yang dilatih paling awal dan paling mudah yang berakhir dengan masalah buang air kecil yang paling parah."
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa di antara 10 anak yang dilatih setelah usia 3 tahun, tujuh anak mengalami masalah mengompol di siang hari, dan ketujuh anak yang sama ini juga mengalami sembelit. Tiga anak yang terlambat dilatih dan tidak mengalami masalah mengompol tidak mengalami sembelit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar