Aug 25th 2024, 17:49, by Ema Fitriyani, kumparanBISNIS
Indonesia menggaet China untuk membangun industri obat herbal. Salah satu wujudnya dengan membangun Proyek Strategis Nasional (PSN) Taman Sains Teknologi Herbal dan Hortikultura (TSTH2) di Sumatera Utara.
Hal itu disampaikan Deputi IV Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenkomarves) Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Nani Hendiarti, saat melepas tanaman herbal untuk mendukung TSTH2 di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (25/8).
"Membangun obat herbal yang digunakan sebagai medicine dan membangun industrinya. Nah itu yang kita ingin nanti ada transferknowledge dari mereka. Tapi original-nya tetap punya kita, patennya nanti tetap punya kita," tutur Nani.
Pembangunan industri obat herbal ini ditargetkan selesai 2-3 tahun ke depan. Diawasi oleh Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian.
Untuk kerja sama dengan China, Nani menjelaskan skema yang digunakan adalah skema pemerintah dengan pemerintah (G2G). Kemenkomarves bekerjasama dengan National Development and Reform Commission (NDRC) China serta beberapa pihak lainnya.
"Dari Indonesianya Kemenkomarves Fest dari Cinanya NDRC, NDRC itu kayak Bappenas tapi cukup kuat. Lalu diturunkan ada kemitraannya, di sana di Zhejiang University kalau di kita ada di BRIN dan juga ada kementerian dan universitas yang terlibat," jelas Nani.
Riset yang dilakukan dengan China nantinya akan berfokus pada penemuan formula-formula obat baru yang dapat dihasilkan dari tanaman obat endemik Indonesia. China digaet karena dianggap sudah berpengalaman di bidang ini.
"Akan dilakukan joint research untuk membuat formula-formula. Jadi kalau di Tiongkok itu ada obat herbal tapi dia disebutnya medicinal ya, tanaman herbal itu medicinal plant gitu. Karena memang bukan hanya untuk vitamin ya tapi benar-benar bisa digunakan obat. Nah ini banyak resep yang dari Indonesia dan juga internasional, termasuk juga tentu dengan Tiongkok," terangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar