Search This Blog

Populer: Biang Kerok Rupiah Anjlok; Pengusaha Makanan dan Minuman Pusing

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Populer: Biang Kerok Rupiah Anjlok; Pengusaha Makanan dan Minuman Pusing
Jun 23rd 2024, 05:49, by Moh Fajri, kumparanBISNIS

Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto

Pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengenai penyebab melemahnya rupiah menjadi salah satu berita populer di kumparanBisnis sepanjang Sabtu (22/6).

Selain itu, ada informasi yang tak kalah menyita perhatian publik terkait pengusaha industri makanan dan minuman (mamin) yang kelimpungan menghadapi pelemahan rupiah.

Berikut rangkuman selengkapnya:

Biang Kerok Pelemahan Rupiah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau masih melanjutkan tren pelemahan. Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada Jumat (21/6) ditutup di level Rp 16.450 per dolar AS, turun 20 poin atau setara 0,12 persen dari posisi Rp 16.430 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan ada dua faktor utama yang mempengaruhi pelemahan rupiah, yaitu faktor fundamental dan sentimen jangka pendek.

Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampikan laporan hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2024 di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024).  Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampikan laporan hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2024 di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Perry menjelaskan, jika dilihat dari faktor fundamental yang meliputi kondisi makroekonomi Indonesia seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan kredit, seharusnya rupiah bisa menguat.

Hal ini dikarenakan menurut Perry, inflasi Indonesia masih terkendali di 2,8 persen pada Mei 2024 dan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,1 persen pada triwulan 1 tahun ini. Selain inflasi, pertumbuhan kredit juga terpantau masih menunjukkan kondisi positif, yaitu 12,5 persen pada Mei 2024.

"Demikian juga kondisi ekonomi kita, termasuk juga imbal hasil investasi Indonesia yang baik. Itulah faktor-faktor fundamental yang mestinya mendukung rupiah itu akan menguat," kata Perry usai rapat dengan Presiden di Istana Negara, Jakarta, dikutip Sabtu (22/6).

Selanjutnya, faktor teknikal jangka pendek yang mempengaruhi pelemahan rupiah saat ini, seperti ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Selain itu, langkah Federal Reserve yang urung menurunkan suku bunganya sesuai proyeksi, yaitu 3 kali pada 2024 dan hanya terjadi satu kali hingga akhir tahun nanti, juga mempengaruhi pelemahan rupiah.

Pengusaha Makanan & Minuman Pusing Rupiah Anjlok, Minta Jokowi Revisi DHE

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Industri (Gapmmi) Adhi S. Lukman di Kantor Kemenperin, Jakarta pada Senin (25/3/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Industri (Gapmmi) Adhi S. Lukman di Kantor Kemenperin, Jakarta pada Senin (25/3/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi S Lukman, mengatakan pelemahan rupiah ini memukul industri makan minum karena masih banyak bahan baku impor dan biaya lain dalam bentuk dolar AS.

"Ditambah lagi saat ini biaya pengapalan luar negeri naik 3 sampai 4 kali lipat. Sementara ekspor juga semakin kompetitif karena buyer juga tertekan sehingga minta harga lebih baik," kata Adhi kepada kumparan, Sabtu (22/6).

Adhi berharap pemerintah segera menangani tren pelemahan rupiah yang sedang terjadi. Adhi kemudian menyarankan pemerintah untuk mempertimbangkan perombakan aturan devisa hasil ekspor (DHE), karena menjadi beban bagi industri.

Sementara untuk industri, Adhi mengatakan, dapat diantisipasi dengan efisiensi serta mencari alternatif sumber daya dari lokal maupun negara alternatif.

"Pemerintah juga perlu antisipasi dengan intervention USD rupiah. Perlu dipikirkan insentif ekspor agar semakin banyak membantu devisa. Perlunya juga penguatan produksi di hulu agar ketergantungan bahan baku impor semakin kecil," kata Adhi.

Meski demikian, Adhi bilang pengusaha masih mempertimbangkan kenaikan harga produk industri mamin imbas pelemahan rupiah ini. Dia juga belum bisa menetapkan target atau batas maksimal pelemahan rupiah yang mampu dihadapi pelaku usaha. "Sementara sulit prediksi maksimum sampai berapa," ujarnya.

Media files:
01gnvjt454p050p7fz49vb907m.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar