Pendidikan Indonesia saat ini mengalami duka yang mendalam, tercatat di bulan September ini sudah terdapat beberapa kasus yang terindikasi tindakan kekerasan di dalam lingkungan pendidikan di antaranya kasus seorang anak sekolah dasar (SD) di Gresik diduga dipalak dan dicolok matanya sampai mengalami buta oleh kakak kelasnya.
Baru-baru ini seorang guru Madrasah Aliyah di Kecamatan Kebonagung mengalami luka serius lantaran dibacok oleh siswanya sendiri saat asesmen tengah semester. Dan beredar video yang menontonkan arogansi seorang siswa yang sedang memukuli dengan berkali kali menganiaya siswa lainnya.
Problematika tersebut bahkan masih banyak yang belum terungkap di media sosial, sehingga menjadikan catatan khusus di lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi tempat pembelajaran, proses mencari ilmu, dan bekal untuk kemudian hari.
Tapi nyatanya malah sebaliknya, pendidikan kini menjadi tempat untuk melakukan aksi yang kurang terpuji, justru hal ini jauh dari tujuan pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan memiliki budi pekerti yang luhur.
Permasalahan di atas menjadi refleksi bersama dalam dunia pendidikan, sebenarnya masalah apa yang membuat generasi bangsa menjadi peserta didik yang ganas dan beringas, apakah mereka tidak diajarkan tentang nilai-nilai moral dan religiusitas, dan bagaimana dengan menyambut generasi emas di masa yang akan datang, sangat miris sekali tentunya jika harapan bangsa sejak dini kurang memiliki budi pekerti luhur.
Fenomena kekerasan dalam lembaga pendidikan menjadi gambaran bahwa akhlak dan mentalitas sebagai bangsa sungguh lemah dalam mengendalikan emosi.
Mengalami kemerosotan nilai-nilai moral yang semakin luntur, seolah kepekaan terhadap sesama sudah hilang. Sehingga kekerasan di dalam lembaga pendidikan masih terus akan terjadi, hal ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
Penting bagi lembaga pendidikan untuk meningkatkan pengajaran dalam bidang pelajaran akhlak serta penguatan mentalitas peserta didik karena menjadi salah satu faktor dalam perkembangan Psikomotorik, Afaktif, dan kognitif.
Menurut Mubarok (2001:45) Pendidikan akhlak sangat berperan dalam membentuk kepribadian peserta didik dan pendidik harus mampu memberikan wawasan, mengarahkan dan membimbing peserta didik ke arah yang lebih baik dengan penuh perhatian, sabar, ulet, dan berusaha terus menerus.
Hal tersebut apabila dilakukan dengan baik dan benar maka peserta didik akan terkesan dalam sanubarinya sehingga terbentuk akhlak dan mentalitas peserta didik ke arah positif.
Pentingnya Penguatan Akhlak dan Mentalitas terhadap Kepribadian Peserta Didik
Lemahnya akhlak dan mentalitas di lingkungan pendidikan menjadikan peserta didik melakukan tindakan kekerasan yang mengakibatkan kemerosotan nilai-nilai moral. Sehingga perlunya penguatan untuk menumbuhkan kepribadian peserta didik dalam rasa saling menghargai, menghormati, tidak saling menyakiti "bullying".
Penguatan akhlak dan mentalitas memang bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan. Tetapi melalui lembaga pendidikan ada harapan orang tua agar anak yang dititipkan menjadi jauh lebih baik dan bisa melampaui orang tuanya.
Tapi juga tidak sepenuhnya ditumpuhkan pada lembaga pendidikan, peran keluarga juga menjadi hal yang penting untuk menumbuhkan kepribadian anak. Karena anak mudah untuk melakukan sesuatu yang dilakukan oleh orang terdekat. Oleh karena itu orang-orang terdekat memberikan teladan yang baik agar dapat dicontoh perilaku yang positif.
Tindakan kekerasan atau perundungan yang viral saat ini semoga tidak terjadi kembali di lingkungan pendidikan, penguatan akhlak dan mentalitas perlu diterapkan secara masif dan seluruh elemen perlu terlibat agar problematika tersebut tidak menghambat tubuhnya generasi emas yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar