Sep 22nd 2023, 06:02, by Nicha Muslimawati, kumparanBISNIS
Bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup melemah dalam aksi jual besar-besaran pada perdagangan hari Kamis (22/9). Hal ini karena keinginan investor pupus oleh kekhawatiran kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) yang ketat akan berlaku lebih lama dari yang diperkirakan.
Mengutip Reuters, Jumat (22/9), Dow Jones Industrial Average turun 370,46 poin atau 1,08 persen ke 34.070,42. S&P 500 kehilangan 72,2 poin atau 1,64 persen ke 4.330 dan Nasdaq Composite turun 245,14 poin atau 1,82 persen menjadi 13.223,99. Seluruh 11 sektor S&P 500 turun 1 persen atau lebih, dengan persentase saham real estate turun paling besar sejak Maret.
Ketiga indeks saham utama AS mengakhiri sesi tersebut pada daerah negatif dan benchmark imbal hasil Treasury AS menyentuh puncak dalam 10 tahun, sehari setelah Ketua Fed Jerome Powell mengingatkan inflasi masih jauh dari target bank sentral sebesar 2 persen.
Megacaps yang sensitif terhadap suku bunga, dipimpin oleh Amazon.com, Nvidia Corp, Apple Inc dan Alphabet Inc menyeret S&P 500 dan Nasdaq ke level terendah level penutupan sejak Juni. Pada hari Rabu tepatnya akhir pertemuan kebijakan moneter, bank sentral mempertahankan suku bunga The Fed pada 5,25-5 persen seperti yang diharapkan.
Namun proyeksi ekonomi yang direvisi, termasuk dot plot yang diawasi ketat, menunjukkan suku bunga akan tetap tinggi hingga tahun depan, sehingga mengurangi harapan pelonggaran kebijakan sebelum tahun 2025.
"Jika Anda memiliki tingkat suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, Anda akan mempunyai lebih banyak tekanan pada sistem dan lebih banyak tekanan pada perekonomian," kata Thomas Martin Manajer Portofolio Senior di GLOBALT di Atlanta.
"Hal ini memberi orang kesempatan lain untuk mengatakan bahwa jeda waktu kenaikan suku bunga yang baru mulai kita rasakan mungkin akan sangat mengganggu," lanjutnya.
Martin menambahkan, dengan suku bunga yang lebih tinggi bersamaan pembayaran pinjaman mahasiswa, pemogokan UAW atau serikat buruh Amerika, potensi penutupan pemerintah, imbal hasil Treasury lebih tinggi, kenaikan harga minyak mentah, dan penguatan dolar, "Tingkat peluang kami bahwa tidak akan melakukan hal (pelonggaran suku bunga) itu untuk mendapat soft landing."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar