Sep 22nd 2023, 04:48, by Ema Fitriyani, kumparanBISNIS
Indonesia bisa menjadi pusat perdagangan karbon dunia, mengalahkan Jepang hingga Singapura yang sudah lebih dulu menerapkan teknologi Carbon Capture, and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS).
Executive Director ICCS Center Belladona Troxylon Maulinada mengatakan meski Singapura, Jepang, dan Korea Selatan sudah memiliki aturan pasar harga karbon (carbon price) yang tinggi, tapi tidak memiliki geological storage untuk menyimpan emisi karbon mereka.
"Sehingga ini bisa jadi peluang bisnis Indonesia yang menarik melalui CCS cross-border," kata dia PANEL SESSION 4: Carbon Solution to Achieve Sustainable Oil and Gas Operation di The 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIUOG) 2023, Nusa Dua, Bali, Kamis (21/9).
Besarnya potensi Indonesia sebagai pusat perdagangan karbon dunia karena saat ini sudah ada beberapa CCS hub proyek yang saat ini dikembangkan. Sumatra, North-West Java, Papua, dan Masela. Lokasi tersebut merupakan potensi yang mungkin ke depannya akan dikembangkan sebagai CCS hub.
"Karena itu kami mengundang investor luar seperti Singapore untuk melakukan CCS cross-border di Indonesia," ujarnya.
Kata dia, ada 2 skema komersial untuk perdagangan karbon. Pertama, negara lain membayar storage fee kepada Indonesia. Kedua, Indonesia-to-Indonesia, artinya Indonesia mendorong pemanfaatan CCS tidak hanya untuk industri migas, tetapi juga industri lain seperti steel dan petrokimia. Selain itu, juga ada mekanisme lain terkait carbon market yang dapat dimanfaatkan untuk monetisasi CCS.
Belladona meyakini pemanfaatan CCS di sektor industri dapat mendorong produksi premium yang rendah hingga bebas karbon, seperti blue hydrogen, amonia, metanol. Saat ini pemerintah tengah mengejar penyelesaian Peraturan Presiden soal CCS oleh lintas stakeholder, termasuk Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Kementerian ESDM, SKK Migas.
"Kami sudah dalam tahap akhir, last meeting diharapkan bisa sampai pada kesimpulan untuk segera diresmikan. Selain Perpres CCS, kita juga butuh operational standard untuk kegiatan CCS agar implementasi CCS dapat berjalan dengan benar. G2G MoU juga sedang dikerjakan untuk merealisasikan cross-border CCS," ujarnya.
Deputi Eksploitasi SKK MIGAS, Wahju Widodo, mengatakan CCS/CCUS punya potensi yang besar untuk menekan emisi dibandingkan solusi lainnya. Injeksi CO2 juga dapat meningkatkan produksi migas melalui program EOR. Indonesia memiliki banyak depleted reservoir yang berpotensi untuk monetisasi melalui program CCS/CCUS ataupun melalui skema CCS Hub.
"Indonesia punya kapasitas untuk menyimpan seluruh emisinya melalui CCS. Potensi penyimpanan dari depleted reservoir sekitar 2 giga ton dan 10 giga ton dari saline aquifer," ujarnya.
BP saat ini adalah the most advanced CCS project in Indonesia. Harapannya injeksi di mulai tahun 2026/2027. BP hanya akan memanfaatkan 2% storage capacity untuk proyek EGR. Artinya 98 persen storage masih sangat terbuka untuk market dalam maupun luar negeri.
"Indonesia punya elemen yang komplit untuk melakukan CCS di hulu migas. Secara regulasi sudah cukup baik. Several MoU telah dilakukan untuk mendorong percepatan CCS, di samping proyek BP yang saat ini paling maju," ujarnya.
Sebelumnya, Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia memang harus jadi pusat perdagangan karbon dunia karena melimpahnya sumber daya alam. Hal ini sejalan dengan komitmen penuh pemerintah agar Tanah Air bebas emisi karbon pada 2060.
"Untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat CCS dengan mendorong komitmen kolektif industri, badan usaha milik negara, dan sektor swasta untuk mendorong agenda CCS di Indonesia," katanya dalam pembukaan The 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIUOG) 2023, di Nusa Dua, Bali, Rabu (20/9).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar