Yogyakarta diguncang gempa berkekuatan 6,0 magnitudo yang berpusat di Bantul. Gempa ini terjadi pada Jumat (30/6) pukul 19.57 WIB. Gempa berkedalaman 67 km ini juga terasa cukup jauh, hingga Jawa Timur dan Jawa Barat.
Sejauh ini, BNPB melaporkan dampak gempa 1 orang meninggal dunia dan 6 orang luka-luka. Sejumlah bangunan mulai dari rumah, sekolah, fasilitas umum, hingga tempat ibadah rusak. Kerusakan ini terutama terjadi di wilayah Bantul dan Gunung Kidul.
Moms, bagi warga Yogyakarta, gempa bisa membangkitkan trauma mendalam, mengingat wilayah tersebut pernah diguncang gempa besar pada 2006. Kala itu gempa terjadi pukul 05.53 WIB dengan kekuatan 5,9 magnitudo dan menimbulkan dampak yang begitu besar. Jumlah total korban meninggal dunia lebih dari 5 ribu orang dengan ratusan ribu bangunan hancur.
Tak hanya bagi orang dewasa, gempa juga bisa terasa traumatis bagi anak-anak dan siapa pun yang belum pernah merasakannya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mencegah atau membantu memulihkan trauma anak dari peristiwa gempa.
Tips Memulihkan Trauma Anak Akibat Gempa
Mengutip Psychology Today, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memulihkan trauma anak akibat gempa.
Menemani Anak
Beberapa orang tua mungkin memilih menitipkan anak di kawasan yang cenderung lebih aman setelah gempa terjadi. Terutama jika masih muncul gempa susulan, meski biasanya kekuatannya lebih rendah.
Padahal menurut terapis keluarga dan peneliti di Dalhousie University, Michael Ungar, Ph.D., anak yang sedang sedih dan trauma lebih membutuhkan kasih sayang dan keberadaan orang tuanya dalam menemani hari-hari. Sebaliknya, bila ia dipisahkan dengan orang tuanya, ia akan merasa cemas akan apa yang mungkin menimpa ia maupun Anda.
Tetap Jalani Rutinitas
Gempa telah berlalu dan ini waktunya untuk tetap waspada, dan menjalani hari-hari seperti biasa. Mungkin ini tidak mudah, terutama jika rumah rusak atau hancur sehingga harus tidur di pengungsian.
Namun Anda perlu mendorong dan memotivasi anak, untuk melakukan aktivitas harian seperti sediakala. Ini juga merupakan cara untuk mengusir rasa sedih dan mengalihkan perhatian anak.
Bangun Rasa Nyaman
Setelah mengembalikan rasa percaya diri anak lewat kehadiran Anda serta mengalihkan perhatian anak pada rutinitasnya, kemudian ciptakanlah rasa nyaman secara fisik dan psikologis anak, Moms.
Seperti halnya 'rumah', buatlah anak merasa nyaman, diterima dan merasa hangat di tengah-tengah keluarga. Caranya Anda bisa untuk tidak menunjukkan foto-foto menyeramkan dan tidak menonton TV tentang bencana, yang semata-mata justru bisa membuat anak semakin mengingatnya terus.
Cegah Rasa Bersalah pada Anak
Moms, anak perlu tahu bahwa apa yang menimpanya itu bukanlah kesalahan mereka. Mungkin terdengar konyol, tapi faktanya sebagian anak ada yang merasa bencana terjadi itu mungkin karena salahnya.
Sampaikan pada anak, bahwa bencana memang bisa terjadi kapan saja. Terlebih kita tinggal di daerah rawan bencana. Tapi meski begitu, bukan berarti tinggal di negeri ini adalah hal sial, sebab ada banyak hal lain yang mempesona seperti kekayaan alam.
Dan ketika anak masih menunjukkan reaksi berupa rasa sedih, marah, dan cemas, hindari memarahi anak, Moms. Sebab itu adalah respons yang sangat wajar dialami anak.
Libatkan Anak
Pasca bencana, biasanya orang tua berpikir dan memperlakukan anak begitu spesial. Seperti yang utama dan wajib adalah memastikan si kecil dalam keadaan baik. Hal ini baik, Moms, tapi ternyata melibatkan anak untuk dimintai bantuan, justru bisa mengembalikan rasa berdaya yang semula mungkin sudah terenggut.
Sesudah bencana berlalu, coba beri tanggung jawab anak sebuah tugas yang bisa ia kerjakan. Tentu mesti sesuai dengan kemampuan dan tergolong aman bagi anak. Misal, menentukan pakaiannya sendiri yang akan ia kenakan saat hari pertama sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar