May 10th 2023, 06:27, by Michelle Angelina Ruslie, Michelle Angelina Ruslie
Stunting adalah masalah gizi yang menyebabkan terjadinya kondisi gagal tumbuh pada balita pada masa 1000 hari pertama kehidupan. Tinggi badan pada anak yang mengalami stunting umumnya lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak yang seusianya.
Stunting memiliki potensi tinggi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, serta risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022, angka stunting masih mencapai angka 21,6% di tahun 2022. Padahal, WHO menyatakan prevalensi di atas 20% masih tergolong berbahaya. Stunting juga patut mendapat perhatian karena menjadi penyebab terjadinya kurang lebih satu juta kematian anak setiap tahunnya.
Penyebab Stunting
Kekurangan gizi: Kekurangan gizi merupakan penyebab utama stunting di Indonesia. Kekurangan gizi bisa terjadi pada ibu hamil maupun anak balita, baik dalam hal asupan energi maupun asupan zat gizi tertentu seperti protein, zat besi, vitamin A, dan yodium.
Rendahnya literasi orang tua tentang stunting: Kurangnya literasi masyarakat Indonesia seringkali membuat calon orang tua tidak aware terhadap berbagai kebutuhan si kecil mulai dari kebutuhan dasar lainnya seperti ASI eksklusif, MP-ASI (Makanan Pendamping ASI), Tablet Tambah Darah (TTD), Inisiasi Menyusui Dini (IMD), pola nutrisi sang ibu, pola nutrisi anak, hingga sanitasi.
Praktik buruk dalam pemberian ASI: ASI seharusnya diberikan secara inklusif penuh dalam 6 bulan pertama, tetapi masih banyak ibu di Indonesia yang tidak memberikan secara penuh malahan diberikan susu formula yang tidak sesuai dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Praktik pemberian makan yang tidak tepat: Praktik pemberian makan yang tidak tepat seperti memberikan makanan yang tidak seimbang, terlalu sering memberikan makanan ringan yang tidak bergizi, atau memberikan makanan dalam porsi yang terlalu kecil dapat menyebabkan anak-anak kekurangan asupan gizi yang cukup.
Faktor eksternal lainnya seperti keterbatasan ekonomi turut mempengaruhi asupan gizi anak-anak karena keluarga mungkin tidak mampu membeli makanan yang bergizi atau tidak mampu membayar biaya perawatan kesehatan.
Selain itu, kurangnya akses ke pelayanan kesehatan di Indonesia, seperti pelayanan kesehatan ibu dan anak, imunisasi, dan layanan gizi dapat menyebabkan anak-anak tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup. Untuk itu, pemerintah sudah seharusnya berfokus pada keluarga yang kurang mampu untuk menyelamatkan generasi bangsa.
Stunting "The Silent Killer"
Masih banyak orang tua di Indonesia yang belum mengerti tentang dampak stunting yang luar biasa sehingga menganggap stunting sebatas pertumbuhan yang tidak optimal.
Masyarakat seringkali masih menganggap tinggi dan berat badan sebagai sebuah faktor genetik, padahal hal ini menjadi kunci utama untuk menyelidiki permasalahan kesehatan utama si kecil.
Bahkan, anak-anak yang mengalami stunting memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami stunting.
Anak yang mengalami stunting cenderung mengalami berbagai komplikasi penyakit seperti diabetes, hipertensi, obesitas. Oleh karena itu, stunting sudah tidak seharusnya dianggap remeh.
Stunting tentu memiliki peran yang besar dalam menentukan kualitas dari generasi bangsa Indonesia. Stunting tidak hanya melibatkan permasalahan kesehatan, tetapi juga ekonomi, pendidikan, dan masih banyak lagi.
Hal ini karena anak-anak yang mengalami stunting cenderung memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah dan kurang produktif dalam pekerjaan, serta berisiko mengalami penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung dewasa.
Dampak ini pada gilirannya dapat mempengaruhi produktivitas di masa depan dan menurunkan daya saing ekonomi Indonesia. Selain itu, stunting juga dapat memperburuk kemiskinan dan menghambat pembangunan sosial-ekonomi yang berkelanjutan.
Lantas Harus Bagaimana?
Pemerintah Indonesia menargetkan angka stunting harus turun menjadi 14% pada tahun 2024. Penyelesaian masalah stunting sudah seharusnya salah satu prioritas utama dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Dalam jangka panjang, upaya pencegahan dan pengobatan stunting dapat membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan produktivitas, dan memperkuat ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Dengan kata lain, penyelesaian masalah stunting akan mampu menyelesaikan berbagai permasalahan utama yang ada di Indonesia seperti rendahnya IQ anak Indonesia, masalah gizi kronis, tingginya angka pengangguran, tingginya angka putus sekolah, produktivitas remaja, dan masih banyak lagi.
Tentunya, jika stunting bisa diselesaikan, mungkin saja bangsa Indonesia sudah menemukan root atau akar permasalahan dari pertanyaan yang sering muncul. Tentunya, jika stunting bisa diselesaikan, mungkin saja bangsa Indonesia sudah mampu maju jauh lebih ke depan dengan generasi emas bangsa yang melimpah.
Indonesia sendiri sudah diberkahi dengan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun), berbeda dengan Jepang ataupun Korea yang memiliki angka kelahiran yang rendah.
Oleh karena itu, generasi bangsa adalah aset SDM terbaik yang dimiliki Indonesia. Maka dari itu, penyelesaian masalah stunting pastinya akan membantu perkembangan bangsa ini jauh lebih baik lagi.
Penyelesaian stunting ini tidak dapat dibebankan pada sektor kesehatan, tetapi diperlukan upaya yang komprehensif dan terintegrasi antara berbagai sektor seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan pangan.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah peningkatan gizi ibu hamil dan anak balita, peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, peningkatan akses dan kualitas pangan, serta peningkatan akses dan kualitas pendidikan.
Semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta perlu berkolaborasi dalam upaya mengatasi masalah stunting di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar