Feb 26th 2023, 19:12, by Mirsan Simamora, kumparanNEWS
KH Ali Yafie berpulang. Ulama besar yang lekat dengan lembaga MUI ini dikenal sebagai ulama tradisionalis yang inklusif-modern.
"Di samping di organisasi NU dan MUI, beliau juga dikenal luas sebagai Cendekiawan Muslim lintas batas. Pemikiran, ide, dan gagasannya modern melampaui lingkungan tradisionalnya," kata KH Asrorun Niam, yang juga Ketua MUI Bidang Fatwa sekaligus Katib Syuriyah PBNU dalam keterangannya, Minggu (26/2).
Bagaimana pandangan Niam Sholeh soal KH Ali Yafie. Berikut tulisannya:
Sosok Ulama Tradisionalis Yang Inklusif-Modern
Inna lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun
Saya mendengar kabar wafatnya Abah Prof Ali Yafie, saat berada di Madinah al-Munawwarah untuk melaksanakan ibadah umroh dan ziarah Rasulullah saw. Sontak, usai salat jemaah di Masjid Nabawi, saya ajak anak2 untuk salat gaib dan mendoakan beliau; sosok ulama yang inspiratif. Saya ceritakan kepada anak2 saya, pentingnya meneladani sosok beliau yang alim allamah, teguh pendirian, namun sangat santun dan tetap sederhana dalam gaya hidup.... Ahlul Jannah
Begitu kabar wafatnya beliau masuk lewat WA, di jalur pribadi dan beberapa WA pertemanan; mata saya berkaca2, pikiran saya menerawang jauh, membayangkan sosok ulama karismatik; luas pengetahuan keagamaannya, halus sikap dan tutur katanya, sistematis bahasanya, sederhana penampilannya, dan teguh pendiriannya. Beliau adalah sosok ulama yang sangat dalam ilmunya, menguasai sangat mendalam tradisi keilmuan salaf, yang menjadi salah satu ciri khas ulama tradisional.
Namun, kita semua mafhum, pergulatan intelektual beliau merambah lintas batas tradisionalisme Islam; beliau berbicara secara fasih sosial fikih sosial, perbankan syariah, dan juga tentang lingkungan hidup.
Beliau juga diterima banyak kalangan Islam dari berbagai kelompok dan golongan. Di NU, beliau memperoleh amanah puncak organisasi sebagi Rais Am PBNU. Posisi atau maqam tertinggi organisasi yang disebut oleh KH Ma'ruf yang hanya bisa ditempati oleh shahibul maqam. Beliau mengundurkan diri dari jabatan Rais Am demi sebuah prinsip, karena isu SDSB yang pernah menyasar pengurus tanfidziyah PBNU. Posisinya kemudian digantikan oleh KH. Ilyas Ruchiyat, pimpinan Pesantren Cipasung Tasikmalaya.
Di MUI, beliau juga memperoleh amanah tertinggi sebagai Ketua Umum MUI, 1998-2000. Di Munas 2000, beliau tidak berkenan untuk diperpanjang. Akhirnya Munas menetapkan KH. Ahmad Sahal Mahfudh menjadi Ketua Umum pengganti beliau.
Di zaman beliau memimpin MUI, inisiasi berdirinya Dewan Syariah Nasional (DSN MUI) dimulai; lembaga yang secara khusus bertugas membahas dan menetapkan fatwa-fatwa produk ekonomi dan keuangan syariah. Beliau menjadi Ketua DSN MUI yang pertama. Tanda tangan beliau sebagai Ketua DSN terabadikan dalam Fatwa-fatwa DSN MUI di Tahun 2000.
Di samping di organisasi NU dan MUI, beliau juga dikenal luas sebagai Cendekiawan Muslim lintas batas. Pemikiran, ide, dan gagasannya modern melampaui lingkungan tradisionalnya. Fasih dengan tradisi kitab kuning, juga akrab dengan tema-tema modernitas dan isu kontemporer. Sosoknya diterima di berbagai kelompok. Beliau juga dikenal sebagai akademisi, pernah menjabat Rektor IIQ Jakarta. Beliau juga termasuk sosok di balik lahirnya Bank Muamalat, dan menjabat sebagai Dewan Pengawas Syariah nya.
Banyak hal baik yang diteladankan oleh beliau. Kedalaman ilmu, keluasan jaringan, kezuhudan, keteguhan dalam memegang prinsip, dan kesederhanaan dalam gaya hidup.
Sungguh, beliau hidup dalam sanubari kita semua. Dan saya, juga para generasi muslim setelahnya, perlu mencontoh dan meneladani kebaikan beliau...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar