Pada masa sebelum digitalisasi terjadi, seorang pemimpin umumnya memainkan peran sebagai pengambil keputusan secara individualistis. Namun, gaya kepemimpinan seperti ini tidak memungkinkan lagi untuk diterapkan seorang pemimpin di masa kini. Gaya kepemimpinan yang sifatnya masih 'konvensional', sudah tidak relevan lagi dengan kebutuhan serta tuntutan di era digital.
Kepemimpinan di era digital atau Digital Leadership adalah suatu pola kepemimpinan yang berfokus pada pemanfaatan teknologi, khususnya aset digital untuk mencapai tujuan sebuah perusahaan, ataupun organisasi.
Kemampuan untuk memahami tentang hal apa saja yang dapat ditawarkan oleh perkembangan teknologi, sangatlah penting untuk dikuasai oleh seorang digital leader (pemimpin era digital). Dan bukan hanya sekadar memahami saja, tapi ia juga harus mampu beradaptasi, serta piawai menggunakan teknologi tersebut agar dapat menunjang penerapan sistem yang diinginkan dalam sebuah digital leadership. Salah satu contoh implementasinya adalah pengoptimalan dalam menggunakan media sosial seperti website, youtube, instagram, facebook, ataupun media digital lainnya.
Melansir dari diskusi Human Capital yang dibawakan oleh empat narasumber terkait, Hany Gungoro,CFA, Vibra Bihara, Ratna Rasmi, dan Wahyudi Akbar, ada lima softskills (keterampilan nonteknis) yang perlu dimiliki oleh seorang digital leader untuk menunjang keberhasilannya dalam menerapkan digital leadership.
1. Komunikasi
"Being a leader is not about me. It is about the people around me." - Coach Vibra
Dapat berkomunikasi dengan baik adalah kemampuan paling dasar yang biasanya dimiliki oleh seorang pemimpin, baik konvensional, maupun digital. Namun, dalam digital leadership, kemampuan komunikasi dapat menjadi salah satu tantangan tersendiri yang harus dihadapi oleh seorang digital leader.
Di era digital ini, komunikasi lebih banyak dilakukan secara virtual. Interaksi sosial antar personal menjadi semakin berkurang. Karenanya, sangatlah penting bagi seorang digital leader untuk meningkatkan kemampuan dialogisnya, baik secara lisan, maupun tulisan. Hal ini bertujuan agar penyampaian instruksi, ataupun pesan, dapat menjadi lebih efektif, dan meminimalisasi terjadinya kesalahpahaman.
2. Kreatif dan Inovatif
Memasuki zaman transformasi, seorang digital leader harus berani beradaptasi dengan perubahan yang dapat terjadi setiap saat. Karena di era digital, segala sesuatunya terus bergerak maju dan perputarannya bisa menjadi sangat cepat.
Dalam hal ini, kreativitas dan inovasi yang tinggi menjadi sesuatu yang penting untuk terus dikembangkan. Kreativitas akan melahirkan banyak konsep dan ide-ide baru. Namun, seorang digital leader juga perlu kemampuan untuk berinovasi, serta memiliki pemikiran yang transformatif. Ia harus berani melakukan pembaharuan, dan mengintregasikan konsep atau ide tersebut menjadi sebuah keputusan yang dapat menjawab kebutuhan pasar.
3. Visioner
Salah satu karakter yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin di era digital adalah menjadi seseorang yang visioner. Ia dituntut untuk memiliki visi yang jelas dan kuat, serta komitmen untuk mewujudkannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), visioner diartikan sebagai orang yang memiliki pandangan atau wawasan ke masa depan. Seorang visioner mampu melihat banyak potensi yang mungkin tidak dapat dilihat, ataupun disadari oleh orang lain.
Kemampuan visioner dari seorang digital leader akan dapat mengarahkan, meningkatkan, serta membawa tim-nya untuk fokus, dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Agility– Ketangkasan
Agility menjadi salah satu hal penting yang perlu dimiliki oleh seorang digital leader. Istilah agility dalam kepemimpinan memiliki pengertian yang sama seperti yang digunakan dalam bidang atletis, yaitu kemampuan seseorang untuk bergerak lincah dan tangkas.
Berbeda dari gaya kepemimpinan konvensional yang cenderung memberi perintah langsung, pada era digital, seorang pemimpin diharapkan untuk lebih mengutamakan sikap kolaborasi, menjadi lebih fleksibel, serta bersedia menerima feedback atau masukan dari seluruh anggota tim.
Agility juga membuat seorang pemimpin bergerak lebih cepat dalam pengambilan keputusan di setiap situasi dan kondisi, namun dengan tetap memberi ruang gerak kepada anggota tim-nya.
Seorang pemimpin yang mengembangkan sikap agile, akan mampu membimbing, mengarahkan, dan membawa anggota tim-nya untuk bertahan menghadapi berbagai situasi tak menentu yang sering terjadi di era digital seperti sekarang ini.
5. Leadership Role – Peran dalam Kepemimpinan
Salah satu isu terbesar yang dihadapi oleh pemimpin di era digital ini adalah Leadership Gap atau Jarak Kepemimpinan. Hal ini terjadi sebagai akibat dari perubahan generasi yang cukup signifikan antara generasi sekarang – 'milenial', dengan generasi sebelumnya – 'kolonial'.
Alhasil, di dalam kepemimpinan pada suatu perusahaan, sering terjadi benturan antar dua generasi tersebut. Benturan ini, jika tidak ditanggapi dan dikelola dengan baik, akan berpotensi menjadi konflik berkepanjangan yang tidak produktif bagi suatu perusahaan. Karenanya, penting bagi seorang pemimpin untuk memahami posisi serta perannya dalam sebuah kepemimpinan pada era digital.
Ada empat peran yang secara tehnik dapat diterapkan oleh seorang digital leader untuk menjembatani jarak antar generasi ini.
Yang pertama adalah The General (Jenderal). Peran sebagai jenderal, atau panglima dalam sebuah kepemimpinan diperlukan ketika seorang pemimpin membuat keputusan, ataupun saat dihadapkan pada suatu masalah krusial.
Yang kedua adalah peran sebagai Influencer (Pemberi Pengaruh). Dengan peran influencer, seorang pemimpin diharapkan dapat membangun sinergi, dan menjadi jembatan antar generasi untuk mendorong terciptanya sebuah kolaborasi.
Yang ketiga, sebagai Mentor (Pembimbing). Mentor berperan sebagai pelatih, pembimbing, sekaligus pemberi motivasi dan dorongan bagi para pekerja, terutama dari generasi milenial dalam menyampaikan ide-ide kreatif mereka.
Yang keempat adalah peran sebagai Guardian (Penjaga). Peran guardian memerlukan lebih banyak kesabaran ekstra bagi seorang pemimpin di masa kini. Menggantikan teguran, seorang pemimpin diharapkan untuk memberikan feedback, atau masukan-masukan yang membangun.
Dibandingkan direct command atau perintah langsung seperti yang digunakan oleh tipe pemimpin konvensional, maka, memberikan saran alternatif, atau arahan terbatas, adalah pilihan yang dapat diterapkan dalam peran seorang guardian.
Keempat peran ini, jika dikombinasikan dengan tepat, akan dapat membawa kunci sukses dalam sebuah kepemimpinan di era digital ini.
"Salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin di era digital adalah ketika ia mampu mengolah pola berpikirnya, dan dapat memainkan perannya di saat yang tepat dengan cara yang efisien."Coach Hany
Tidak ada komentar:
Posting Komentar