WHO memperkirakan bahwa 90 persen populasi dunia sekarang memiliki kekebalan terhadap COVID-19, tetapi memperingatkan bahwa varian baru virus tersebut masih dapat muncul dan membahayakan.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengungkapkan kesenjangan dan menurunnya kewaspadaan dapat menjadi pintu masuk bagi munculnya varian baru yang dapat menggantikan Omicron yang saat ini dominan secara global.
"WHO memperkirakan setidaknya 90 persen populasi dunia sekarang memiliki tingkat kekebalan tertentu terhadap SARS-CoV-2, karena infeksi atau vaksinasi," kata Tedros merujuk pada virus penyebab penyakit COVID-19, dikutip dari AFP, Sabtu (3/12).
"Kami semakin dekat untuk mengatakan bahwa fase darurat pandemi telah berakhir, tetapi kami belum sampai kesimpulan itu," sambung Tedros.
Dia mengatakan, kesenjangan dalam pengawasan, pengujian, sekuensing, dan vaksinasi terus menciptakan kondisi yang sempurna untuk munculnya varian baru yang dapat menyebabkan kematian yang signifikan.
Akhir pekan lalu, menandai satu tahun sejak WHO mengumumkan Omicron sebagai varian baru yang menjadi perhatian dalam pandemi COVID-19. Sejak itu menyebar ke seluruh dunia, terbukti secara signifikan lebih menular daripada pendahulunya yakni varian Delta.
Tedros mengatakan sekarang ada lebih dari 500 sub-garis keturunan Omicron yang sangat menular yang beredar, tetapi tidak menyebabkan gejala parah seperti yang ditimbulkan varian sebelumnya.
6,6 juta kasus kematian telah dilaporkan ke WHO, dari hampir 640 juta kasus yang terdaftar dari seluruh dunia. Tetapi WHO mengatakan jumlah tersebut sangat kecil dari yang sebenarnya tengah terjadi.
Tedros mengatakan lebih dari 8.500 orang tercatat kehilangan nyawa karena Covid minggu lalu, "yang tidak dapat diterima selama tiga tahun setelah pandemi, ketika kita memiliki begitu banyak alat untuk mencegah infeksi dan menyelamatkan nyawa".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar