Dec 3rd 2022, 10:37, by Akbar Maulana, kumparanBISNIS
Presiden Jokowi menyebut tahun 2023 akan menjadi tahun yang berat bagi negara-negara dunia. Kondisi ini membuat banyak negara akan berebut investor.
Direktur Centre of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira, mengatakan Indonesia tetap punya peluang untuk menarik Foreign Direct Investment (FDI) meski kondisi global mengalami situasi yang sulit.
"Yang pertama itu pasar di dalam negeri akan sangat besar meski akan ada tekanan besar dari sisi ekspor, tapi dengan usia demografi Indonesia cukup tinggi, bahkan mencapai puncak bonus demografi pada 2030 sehingga banyak investor menargetkan Indonesia menjadi basis produksi mendekati pasar yang besar," kata Bhima kepada kumparan, Jumat (2/12).
Selain itu, pertimbangan investor melirik Indonesia adalah permintaan konsumsi yang menurut Bhima masih relatif tumbuh cukup tinggi. BPS mencatat, pada kuartal III 2022, pertumbuhan ekonomi disumbang oleh konsumsi rumah tangga sebesar 50,38 persen terhadap PDB.
Sektor yang Dilirik Investor Asing
Alasan lainnya investor masih berminat menyuntik modal ke Indonesia adalah Indonesia memiliki kekayaan sumber energi baru terbarukan, di mana saat ini investasi di sektor transisi energi banyak diminati investor.
Selain itu, menurut Bhima Indonesia juga masih punya sumber daya perikanan atau blue economy yang bisa menarik banyak investor masuk.
"Indonesia dianggap sebagai raksasa dari ekspor perikanan yang belum dioptimalkan. Jadi bisa menarik (investor) ke sektor itu," ujarnya.
Terakhir, potensi yang dimiliki Indonesia dalam menarik investasi menurut Bhima adalah pada sektor digitalisasi. Dia melihat, kebutuhan investasi digitalisasi Indonesia masih sangat besar termasuk pembangunan infrastruktur pedesaan dan di luar pulau Jawa.
Indonesia Harus Bersiap
Meski dikatakan Indonesia masih berpeluang menarik banyak investor, bukan berarti Indonesia tinggal duduk berpangku tangan. Bhima mengatakan, pemerintah perlu menyiapkan ekosistem regulasi yang baik bagi industri, serta menyiapkan infrastruktur dasar seperti halnya di kawasan industri di Jawa Tengah. Di samping itu, tak kalah penting Bhima juga menyoroti kesiapan SDM di Indonesia.
"ini problem klasik. Banyak investasi kenapa beralih ke Vietnam, Thailand, bahkan India untuk mobil listrik, itu karena SDM Indonesia harus diakselerasi untuk persiapan skill yang dibutuhkan," pungkasnya.
Senada, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet mengatakan, meski peluang Indonesia besar namun ada beberapa catatan penting yang harus diperhatikan.
"Pertama, bagaimana kelanjutan dari reformasi struktural yang tengah dijalankan oleh pemerintah, termasuk di dalamnya proses perubahan UU Cipta Kerja," kata Yusuf.
Catatan kedua menurut Yusuf, yakni seberapa siap infrastruktur pendukung dan insentif investasi yang menarik untuk investor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar