Search This Blog

Banjir Bandang yang Tak Terbayang

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Banjir Bandang yang Tak Terbayang
Dec 10th 2025, 09:28 by kumparanNEWS

"Hujannya besar sekali. Baru kali ini saya mengalami takut sekali dengan suara hujan," - Sudirman Said

Hujan lebat menyambut Sudirman Said setiba di Banda Aceh, Selasa (25/11) siang. Setelahnya, ia bersama rombongan menuju Takengon, Aceh Tengah, untuk menghadiri Musyawarah Provinsi (Musprov) Palang Merah Indonesia (PMI) Aceh. Sudirman hadir dalam kapasitas Ketua Bidang Organisasi PMI.

Sampai di Takengon pukul 19.00 WIB dan membuka Musprov, Sudirman langsung kembali ke Banda Aceh pukul 22.30 WIB. "Karena saya berencana terbang kembali ke Jakarta [Rabu, 26/11] jam 07.00 pagi," ucapnya pada kumparan di Jakarta, Kamis (4/12).

Namun rencana tinggal rencana. Hujan lebat yang mengguyur Aceh bahkan sejak Senin (24/11) membuat perjalanan Sudirman terhambat. Perjalanan dari Takengon-Bireun yang normalnya sekitar 3 jam, malam itu ditempuh selama 9 jam.

"Karena berhenti di tengah jalan, ada pohon tumbang, ada genangan air, lumpur, ada guguran (longsor) dari bukit. Bahkan ada pohon tumbang sebelah kiri jalan, kanan jalannya itu bibirnya sudah runtuh. Kami berhenti lama di situ, bereskan pohon-pohon itu sampai bisa lewat lagi," jelasnya.

Foto udara jembatan Kuta Blang yang putus akibat diterjang banjir di jalan lintas Nasional Banda Aceh - Sumut di Desa Blang Mee, Kecamatan Kuta Blang, Kabupaten Bireuen, Sabtu (29/11/2025). Foto: Abiyyu/ANTARA FOTO
Foto udara jembatan Kuta Blang yang putus akibat diterjang banjir di jalan lintas Nasional Banda Aceh - Sumut di Desa Blang Mee, Kecamatan Kuta Blang, Kabupaten Bireuen, Sabtu (29/11/2025). Foto: Abiyyu/ANTARA FOTO

Sudirman dan rombongan sampai di Bireun pukul 07.00 WIB, Rabu (26/11). Banjir bandang yang melumpuhkan kota memaksanya tertahan 2 malam di sana. Ia lalu mendatangi masjid yang jadi tempat pengungsian, puskesmas, Koramil, dan Polsek maupun Polres.

"Hampir semua mengatakan 'Pak, lumpuh sistem'. Listrik berhari-hari sudah mati, jaringan telekomunikasi sudah tidak ada karena mengikuti listrik. Rupanya backup system yang harusnya ada di BTS (Base Transceiver Station) tidak berfungsi," ucapnya.

Setelah terjebak di Bireun selama 2 malam, Sudirman mulai bergerak ke arah Banda Aceh pada Kamis (27/11) pagi. Sepanjang perjalanan, ia melintasi sejumlah sungai yang airnya meluap.

Di satu titik, Sudirman menyaksikan arus deras menghanyutkan sepeda motor di depan matanya. Mobil yang ia tumpangi pun nyaris bernasib sama setelah nekat menerobos banjir, hingga akhirnya mogok tak bisa bergerak.

Sejumlah warga melintas di dekat puing-puing yang terbawa arus banjir di kawasan Desa Bukit Tempurung, Kota Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Rabu (3/12/2025). Foto: Syifa Yulinnas/ANTARA FOTO
Sejumlah warga melintas di dekat puing-puing yang terbawa arus banjir di kawasan Desa Bukit Tempurung, Kota Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Rabu (3/12/2025). Foto: Syifa Yulinnas/ANTARA FOTO

Sudirman bersama 7 orang lalu menumpangi mobil lain hingga ke Banda Aceh. Perjalanan dari Bireun ke Banda Aceh ditempuhnya selama 18 jam, dari normalnya sekitar 4 jam. Keesokan paginya, Jumat (28/11), ia kembali ke Jakarta.

Bencana banjir bandang tak hanya terjadi di Aceh. Ratusan kilometer dari sana, di Desa Anggoli, Tapanuli Tengah, keluarga Waldi Azmi juga didera kecemasan serupa. Hujan yang tak berhenti selama sepekan memicu banjir bandang yang jauh lebih ganas dari perkiraan.

Waldi yang tengah berada di Sumatera Barat (Sumbar) meminta kedua orang tuanya untuk langsung mengungsi.

"Enggak pernah beranggapan bahwa banjirnya separah ini. Ini jauh berkali-kali lipat [lebih parah] dari banjir sebelumnya," kata Waldi pada kumparan, Minggu (7/12).

Akibat banjir itu, rumah Waldi tertutup lumpur. Sedangkan di desa tetangga, Garoga, Batang Toru, Tapanuli Selatan, rumah-rumah warga -khususnya yang berada di sekitar aliran sungai- hampir seluruhnya rata dengan tanah.

Wanti-wanti BMKG

Bencana besar yang melanda Aceh, Sumut, dan Sumbar tak lepas dari cuaca ekstrem yang mengguyur di akhir November. Prakirawan cuaca BMKG, Hasmororini Sulistami, mengatakan prediksi cuaca buruk telah dipantau sejak 21 November. Ketika itu sudah terlihat Bibit Siklon Tropis 95B di Selat Malaka.

BMKG lantas menyebarkan informasi itu melalui beragam media sosial. Peringatan dini tersebut juga disampaikan kepada masing-masing pemda maupun BNPB/BPBD via grup-grup WhatsApp.

"Supaya informasinya lebih cepat diterima…dan pemerintah daerah lebih cepat untuk mengambil tindakan harapannya," kata Hasmororini.

Beberapa hari setelahnya, suhu muka air laut yang lebih hangat -yang meningkatkan suplai uap air- membuat Bibit Siklon Tropis 95B berubah menjadi Siklon Tropis Senyar.

Banjir yang melanda Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatra Utara, Selasa (25/11/2025). Foto: Dok. BPBD Tapanuli Tengah
Banjir yang melanda Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatra Utara, Selasa (25/11/2025). Foto: Dok. BPBD Tapanuli Tengah

Bupati Tapanuli Tengah, Masinton Pasaribu, menyatakan peringatan cuaca ekstrem dari BMKG menjadi acuan daerah. Sekitar sepekan sebelum bencana, kata Masinton, Pemprov Sumut mengundang para kepala BPBD Kabupaten/Kota di Sumut untuk rapat mengantisipasi cuaca ekstrem.

"[Disampaikan] potensi cuaca ekstrem…potensi longsor," kata Masinton pada kumparan, Selasa (9/12).

Sebelum rapat itu pun, pada 26 September, Pemprov Sumut bersama BMKG telah menggelar rapat koordinasi kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi di Kabupaten Langkat. Kepala BMKG saat itu, Dwikorita Karnawati, mengingatkan pentingnya kearifan lokal membaca tanda-tanda alam.

"Jika air sungai mendadak keruh, berwarna coklat, membawa kayu atau kerikil, itu tanda banjir bandang sudah terjadi di hulu. Masyarakat harus segera menjauh dari sungai dan mencari tempat yang lebih tinggi," kata Dwikorita saat itu.

Warga melintas di area bekas banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Jumat (28/11/2025). Foto: Yudi Manar/ANTARA FOTO
Warga melintas di area bekas banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Jumat (28/11/2025). Foto: Yudi Manar/ANTARA FOTO

Peringatan dini BMKG tentang ancaman cuaca ekstrem juga diterima Bupati Tapanuli Selatan, Gus Irawan Pasaribu, sejak 21 November. Ia kemudian mengumpulkan para camat, kades, BPBD, maupun SAR daerah untuk memitigasi ancaman bencana pada Senin (24/11). Apalagi di hari tersebut sudah ada jalan nasional yang terputus imbas hujan deras yang terus mengguyur sejak 19 November.

"Hujan yang terus-menerus, peringatan BMKG, kami ingatkan semua OPD (organisasi perangkat daerah) untuk mitigasi [bencana], camat-camat memberitahu kepada seluruh jajarannya," ucap Gus Irawan pada kumparan, Selasa (9/12).

Melalui mitigasi dini tersebut, kata Gus Irawan, jumlah korban jiwa pada akhirnya bisa ditekan. "Desa Tolang misalnya ada 50 rumah tergusur banjir bandang, tapi alhamdulillah di sana tidak ada korban jiwa karena kades-nya sudah mengungsikan masyarakatnya," kata Gus Irawan.

Sayangnya mitigasi dini dari peringatan BMKG tersebut tidak terjadi di banyak daerah. Akibatnya korban tewas di tiga provinsi nyaris menyentuh 1.000 jiwa.

Eko Teguh Paripurno, Ketua Pusat Studi Manajemen Bencana UPN "Veteran" Yogyakarta, menyatakan warning dari BMKG seharusnya menjadikan masing-masing pemda untuk menetapkan status siaga darurat dan menyiapkan rencana kontingensi.

"Rencana kontingensi bukan hanya evakuasi, tapi kebutuhan lain: penyiapan, pencarian, pertolongan, evakuasi, penyediaan logistik, tempat aman, dll," kata Eko.

Foto udara permukiman warga terdampak banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Sabtu (29/11/2025). Foto: Yudi Manar/Antara Foto
Foto udara permukiman warga terdampak banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Sabtu (29/11/2025). Foto: Yudi Manar/Antara Foto

Bencana yang Tak Terduga

Siklon Tropis Senyar yang melintas di Sumatera akhirnya menimbulkan hujan ekstrem di tiga provinsi. Pada 24-25 November, curah hujan tertinggi tercatat di Sumut sebesar 229,7 milimeter dan Sumbar 154 milimeter. Kemudian pada 25-26 November, curah hujan tertinggi tercatat di Aceh sebesar 310,8 milimeter.

Pada 26-27 November, Aceh tercatat masih mengalami curah hujan ekstrem tertinggi sebesar 302 milimeter, diikuti Sumut 262 milimeter dan Sumbar 218 milimeter. Pada periode tersebut, curah hujan di tiga provinsi itu lebih tinggi 3-4 kali lipat dari kondisi normal.

"Biasanya memang intensitasnya cenderung ringan hingga lebat. Lebat itu berarti 50 hingga 100 milimeter," ucapnya.

Siklon Tropis Senyar tidak hanya melintasi Indonesia, tetapi juga Sri Lanka, Thailand, dan Malaysia. Namun dari negara-negara tersebut, Indonesia menjadi negara dengan jumlah korban tewas terbanyak yang nyaris menyentuh 1.000 jiwa, diikuti Sri Lanka hampir 500 korban meninggal, Thailand nyaris 300 jiwa, dan Malaysia 3 orang tewas.

Hasmororini menilai dampak Siklon Tropis Senyar di Indonesia lebih besar disebabkan kondisi topografi maupun tata guna lahan yang kurang mendukung.

Dampak banjir bandang di Aceh, Sumut, dan Sumbar begitu melumpuhkan. Di saat-saat awal bencana, upaya penanganan dari pusat tidak serta-merta dapat langsung dirasakan di lapangan. Hal ini memaksa warga untuk sementara waktu bertahan secara mandiri.

Sudirman Said bercerita sepanjang perjalanan ke Banda Aceh, tak nampak personel BNPB/BPBD, Basarnas atau SAR daerah, kepolisian, petugas PLN maupun Telkom. Ia menduga para personel di daerah tengah menyelamatkan diri dan keluarganya terlebih dulu. Di samping itu komunikasi mereka ke pejabat di atas terputus.

Di saat seperti itu, kata Sudirman, seharusnya pejabat pusat mencari tahu mengapa tidak ada laporan dari lapangan. Sebab upaya penyelamatan harus segera dilakukan di fase-fase awal.

"Ini terlambat melakukan rescue-nya…Masyarakat seperti berjalan sendiri," kata Sudirman.

Prajurit TNI dari Satuan Tugas (Satgas) Yonif 122/Tombak Sakti (TS) Kodam I/BB menyalurkan bantuan logistik di Kecamatan Sitahuis, Kabupaten Tapanuli Tengah, Selasa (2/12/2025). Foto: Dok. Puspen TNI
Prajurit TNI dari Satuan Tugas (Satgas) Yonif 122/Tombak Sakti (TS) Kodam I/BB menyalurkan bantuan logistik di Kecamatan Sitahuis, Kabupaten Tapanuli Tengah, Selasa (2/12/2025). Foto: Dok. Puspen TNI

Namun bagi Masinton, Bupati Tapteng, tak ada keterlambatan upaya evakuasi atau penyelamatan saat awal bencana di wilayahnya. Ia menyebut ketika banjir bandang pertama menerjang pada 25 November, BPBD Kabupaten Tapteng beserta Basarnas dan TNI-Polri langsung mengevakuasi warga ke titik lokasi aman, menyiapkan dapur umum, dan memberi layanan kesehatan ke pengungsi.

Pada 25 November itu, Masinton sekaligus melapor kondisi banjir bandang besar dan tanah longsor di wilayahnya kepada Mensesneg Prasetyo Hadi, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, Seskab Letkol Teddy Indra Wijaya, maupun BNPB.

Tim BNPB lantas tiba di Tapteng pada 27 November. Menurut Masinton, rentang waktu antara laporan dan bantuan tiba tergolong cepat.

"Iya [tergolong cepat], dalam durasi waktu 3 hari [pemerintah pusat] mempersiapkan semuanya, mobilisasi segala macam," kata Masinton.

Sementara itu Bupati Tapsel, Gus Irawan, mengaku situasi yang mencekam saat bencana tiba pada 25 November membuatnya tak sempat melapor ke pusat. Keesokan harinya ia justru dihubungi oleh Mensesneg Prasetyo dan Seskab Teddy. Keduanya menanyakan kondisi bencana di Tapsel.

Batang kayu dan tali jadi jembatan darurat menuju Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut. Foto: Sunyoto Masjid Nurul Ashri Sleman
Batang kayu dan tali jadi jembatan darurat menuju Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut. Foto: Sunyoto Masjid Nurul Ashri Sleman

Kepada Prasetyo dan Teddy, Gus Irawan melaporkan besarnya banjir bandang dan banyaknya titik longsor di wilayahnya. Ia pun meminta bantuan penanganan bencana maupun upaya penyelamatan.

"Situasi saat itu mencekam, justru yang mengingatkan saya Mensesneg, Seskab, kemudian baru saya tersentak untuk berinisiatif lapor Pak Gubernur [Bobby Nasution], lalu menelepon langsung Pak Kepala BNPB [Letjen TNI Suharyanto]" kata Gus Irawan.

Ketika itu, kata Gus Irawan, BNPB berjanji segera mengirim tim ke Tapsel. Tim BNPB lalu tiba di Tapsel pada 27 November untuk membantu penanganan bencana. Namun sebelum tim BNPB tiba, upaya evakuasi dan rescue telah dibantu TNI-Polri.

"Bahkan waktu itu Danrem [023/Kawal Samudera Kolonel Inf Iwan Budiarso] langsung segera menuju Tapanuli Selatan," ucap politikus Gerindra itu.

Presiden Indonesia, Prabowo Subianto (tengah), meninjau operasional dapur umum yang menyiapkan makanan bagi para penyintas banjir bandang di posko pengungsian di Pandan, Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, Senin (1/12/2025). Foto: YT Hariono/AFP
Presiden Indonesia, Prabowo Subianto (tengah), meninjau operasional dapur umum yang menyiapkan makanan bagi para penyintas banjir bandang di posko pengungsian di Pandan, Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, Senin (1/12/2025). Foto: YT Hariono/AFP

Dalam upaya penanganan bencana Sumatera, rapat lintas instansi yang dipimpin Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno digelar pada Kamis (27/11) siang di Graha BNPB, Jakarta. Sore harinya, Presiden Prabowo menggelar rapat terbatas bersama sekitar 20-an menteri di Istana Merdeka.

Kemudian pada Jumat (28/11) pagi, pemerintah mengirim bantuan perdana ke tiga provinsi terdampak yang diterbangkan dari Halim Perdanakusuma, Jakarta. Sehari setelahnya, Sabtu (29/11), Menhan Sjafrie Sjamsoeddin terbang ke Aceh meninjau lokasi bencana bersama Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, Mendagri Tito Karnavian, Ketua Komisi IV DPR Titiek Soeharto, hingga putra Prabowo, Didit Hediprasetyo.

Adapun Pratikno sebagai koordinator penanganan bencana meninjau lokasi bencana di Sumut pada Minggu (30/11). Lalu pada Senin (1/12), Prabowo secara perdana mengunjungi 3 provinsi terdampak bencana.

Rangkaian respons dari Jakarta—mulai dari rapat terbatas hingga kunjungan Presiden—memang menunjukkan keseriusan pemerintah pusat. Namun ketika laporan awal dari daerah sudah diterima pada 25-26 November, belum ada pergeseran alat berat dan personel dalam jumlah besar ke daerah terdampak bencana seketika itu juga.

Pemerintah telah mengirimkan total 11 helikopter TNI & Basarnas dari Jakarta ke lokasi daerah terdampak bencana dan 2 helikopter tambahan telah terbang ke Aceh dari Jakarta pada Minggu (30/11/2025). Foto: Instagram/ @sekretariat.kabinet
Pemerintah telah mengirimkan total 11 helikopter TNI & Basarnas dari Jakarta ke lokasi daerah terdampak bencana dan 2 helikopter tambahan telah terbang ke Aceh dari Jakarta pada Minggu (30/11/2025). Foto: Instagram/ @sekretariat.kabinet

Pengamat manajemen bencana, Eko Teguh Paripurno, menilai intervensi pusat tidak bisa serta-merta mendatangkan sumber daya dalam sekejap mata.

"Kita sering salah paham seolah-olah kalau menjadi (isu) nasional, tiba-tiba sumber daya itu ada di lokasi. Tidak. Semua sumber daya itu ada di daerah masing-masing," ujarnya.

Bagi Eko, masalah utamanya yakni tidak adanya data kerentanan yang akurat sebelum bencana terjadi. Pemerintah daerah dinilai luput memperhitungkan risiko kebencanaan di tiap wilayah, sehingga tidak ada kalkulasi seberapa besar limpasan air yang mungkin terjadi saat hujan ekstrem.

Akibatnya, titik-titik krusial yang semestinya disiagakan alat berat sejak awal justru kosong. Kesiapsiagaan baru dibangun saat bencana sudah tiba bukan dipersiapkan jauh-jauh hari.

"Jadi, bayangan kita bahwa ketika menjadi isu nasional itu tiba-tiba 'abrakadabra' semua alat itu ada, itu tidak juga. Kesiapsiagaan itu tidak saat pemicu itu bekerja, tapi dimulai sejak kondisi sekarang ini," tegasnya.

Petugas menggunakan alat berat membersihkan material longsor di Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Kamis (27/11/2025). Foto: Yudi Manar/ ANTARA FOTO
Petugas menggunakan alat berat membersihkan material longsor di Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Kamis (27/11/2025). Foto: Yudi Manar/ ANTARA FOTO

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, enggan menanggapi tudingan keterlambatan penanganan bencana di saat-saat genting. Terpenting menurutnya kondisi penanganan bencana kini terus membaik.

"Kita melihat kondisi sekarang saja, 9 hari pascabencana pembukaan jalan sudah 60%, akses komunikasi 90%, listrik 80%, distribusi logistik bisa dengan 3 moda transportasi, pencarian korban optimal dan terus menerus," ucap Muhari pada kumparan, Minggu (7/12).

Sementara Wakil Kepala Pusat Penerangan TNI, Brigjen TNI Osmar Silalahi, menyatakan sudah 33 ribu personel yang dikerahkan untuk membantu penanganan bencana Sumatera.

Selain itu TNI juga mengerahkan 20 pesawat angkut seperti Airbus A400M, Lockheed C-130 Hercules, kemudian 36 unit helikopter, hingga 16 kapal laut.

Di sisi lain Polri telah mengirim 638 personel yang terdiri dari 361 personel Brimob, 200 personel Sabhara, 12 ambulans dengan 48 personel tenaga kesehatan (nakes), 29 personel nakes, dan tim K9.

Prajurit TNI membersihkan lumpur akibat banjir bandang di RSUD Aceh Tamiang, Aceh, Senin (8/12/2025). Foto: Puspen TNI
Prajurit TNI membersihkan lumpur akibat banjir bandang di RSUD Aceh Tamiang, Aceh, Senin (8/12/2025). Foto: Puspen TNI

Gerak Cepat Deteksi Awal Bencana

Hujan ekstrem yang diikuti banjir bandang dan longsor sempat membuat akses komunikasi terputus. Seperti yang di Tapanuli Tengah saat awal-awal bencana pada 25 November 2025.

"Pas banjir longsor itu, akses [komunikasi]...kalau gak salah jam 11-12 (siang) kemudian akses hilang tuh… memang sulit untuk berkomunikasi," kata Bupati Masinton.

Politikus PDIP itu juga tidak mengira bencana di wilayahnya akan separah itu. Menurutnya, baru kali ini hujan lebat mengakibatkan banyak titik longsor sekaligus disertai banjir bandang.

"[Saya] enggak menduga separah ini," ujar Masinton.

Pada tanggal 25 November, melalui akun Instagramnya, Masinton melaporkan banjir bandang dan tanah longsor melanda berbagai lokasi di Tapanuli Tengah dengan laporan awal menelan empat korban jiwa dan ribuan rumah terendam banjir.

Namun situasi skala bencana rupanya lebih besar daripada yang terlaporkan. Laporan dari Unit Pelaksana Pengatur Distribusi (UP2D) PLN Sumatera Utara menyebut sejak pukul 5 pagi aliran listrik padam di seluruh kota Tapanuli Tengah dan Sibolga.

Meski demikian, laporan bahwa matinya listrik satu kabupaten/kota itu, menurut Manager Komunikasi dan TJSL PLN UID Sumut Surya Sitepu, tidak serta merta bisa diartikan berarti telah terjadi bencana besar.

Jaringan listrik PLN memiliki proteksi pada penyulang yang akan mengaktifkan trip (berhenti mengaliri listrik) ketika terjadi sesuatu. Karenanya, penyebab trip itu perlu dicek terlebih dahulu.

"Jadi enggak bisa menentukan gangguannya karena apa. Bisa saja itu karena ular menaiki tiang antar konduktor atau tupai. Jadi engggak bisa menentukan karena longsor atau apa. Harus ditelusuri dulu," kata Surya.

Petugas PLN melakukan penarikan jaringan listrik di tengah kegelapan untuk memulihkan pasokan listrik yang terdampak di Tapanuli Tengah, Minggu (7/12/2025). Foto: PLN
Petugas PLN melakukan penarikan jaringan listrik di tengah kegelapan untuk memulihkan pasokan listrik yang terdampak di Tapanuli Tengah, Minggu (7/12/2025). Foto: PLN

Meski begitu, laporan dan luasan dampak padamnya listrik itu biasanya akan diinfokan kepada pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, termasuk melaporkan ke unit distribusi pusat.

"Semua terinfo (stakeholder). Apapun yang apa misalnya ada gangguan atau apa itu terinfo ke pusat juga," katanya.

Sumber kumparan menyebut, selain dari data pemadaman listrik yang skalanya luas, pemda mesti mengecek data-data dari lembaga lainnya untuk menilai dan menentukan seberapa genting dan luas bencana terjadi. Sebab sangat mungkin terjadi listrik mati satu kota walau tidak terjadi bencana, contohnya saat Jakarta Blackout pada 2019.

Lipus Setelah Bencana Sumatera. Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Lipus Setelah Bencana Sumatera. Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Media files:
01kc2y78rkasqn6733nkjc8jhx.jpg image/jpeg,
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar