Anak gajah yang berhasil diselamatkan dari jerat. | Foto: Dok Humas TNWK
Lampung Geh, Bandar Lampung - Seekor anak gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) ditemukan mengalami luka pada kaki akibat jerat.
Dalam video yang diterima Lampung Geh, satwa dilindungi ini ditemukan dengan kondisi kaki kiri terjerat. Petugas berusaha melepaskan jeratan hingga akhirnya jeratan berupa tali tambang itu berhasil dilepas.
Kepala Balai TNWK, Zaidi membenarkan adanya anak gajah yang terluka akibat jerat. Ia mengatakan anak gajah liar itu ditemukan pada 10 November 2025.
"Benar, tim lapangan Balai TNWK dan tim Mitra Konservasi Elephant Response Unit (ERU) sebagai Komunitas untuk Hutan Sumatera (KHS) telah melakukan upaya penyelamatan anak gajah liar yang terjerat di kawasan TNWK," katanya.
Kaki anak gajah yang terjerat. | Foto: Dok Humas TNWK
Zaidi menambahkan, penyelamatan ini merupakan wujud nyata komitmen bersama dalam perlindungan dan pelestarian satwa liar, khususnya gajah sumatera yang merupakan satwa dilindungi dan ikon konservasi Taman Nasional Way Kambas.
"Penanganan dilakukan secara cepat, hati-hati, dan sesuai prosedur medis satwa liar, tanpa penggunaan obat bius, serta diikuti dengan perawatan luka dan pelepasan kembali anak gajah ke dalam kelompok induknya di habitat alaminya," ujarnya.
Pasca penanganan, kata Zaidi, Balai TNWK akan terus melakukan pemantauan intensif selama 7 hari kedepan bersama tim ERU. Hal itu dilakukan untuk memastikan kondisi kesehatan dan perilaku anak gajah tersebut tetap stabil setelah dilepasliarkan.
"Kami juga meningkatkan kegiatan patroli kawasan dan mitigasi konflik satwa guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang," ujarnya.
Tali tambang yang dipakai untuk menjerat gajah. | Foto: Dok Humas TNWK
Ia pun mengimbau seluruh masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Way Kambas untuk bersama-sama menjaga kelestarian hutan dan satwa liar dengan tidak memasang jerat maupun melakukan aktivitas yang dapat membahayakan kehidupan satwa dilindungi.
"Penyelamatan ini menjadi bukti penting bahwa kolaborasi multipihak sangat menentukan keberhasilan konservasi di lapangan," pungkasnya. (Yul/Lua)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar