Pemprov DKI Jakarta memiliki berbagai program untuk membangun ekosistem pengendalian banjir yang lebih efektif. Foto: dok. Pemprov DKI Jakarta
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus memperkuat koordinasi penanganan banjir dari hulu hingga hilir. Beragam program pun diluncurkan untuk membangun ekosistem pengendalian banjir yang lebih efektif.
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menyampaikan bahwa penanganan banjir di Jakarta akan dilakukan dengan berpedoman pada Proyek Strategis Nasional (PSN).
"PSN-nya sudah ada dan Jakarta termasuk di dalamnya. Jadi, untuk PSN yang terkait Jakarta, tentu kami berterima kasih. Kami akan melaksanakan penanganan banjir sesuai pedoman yang tercantum dalam PSN," ujarnya.
5 Program Unggulan Pemprov DKI Jakarta dalam Menangani Banjir
Saat ini, Pemprov DKI Jakarta memiliki lima program unggulan dalam membangun ekosistem pengendalian banjir di berbagai wilayah. Berikut kelima program tersebut:
1. Normalisasi Kali Ciliwung
Sejak awal Juni 2025, pengerjaan normalisasi Sungai Ciliwung telah dilakukan. Dengan panjang total mencapai 33 kilometer, proyek ini diharapkan dapat mengendalikan banjir di Jakarta dan sekitarnya.
Normalisasi Kali Ciliwung jadi salah satu strategi Pemprov DKI Jakarta untuk menangani banjir. Foto: dok. Pemprov DKI Jakarta
Nantinya, tanah yang dibebaskan akan menjadi milik Pemprov DKI yang sedianya digunakan untuk pelebaran sungai, sehingga menambah kapasitas dan daya tampung Sungai Ciliwung.
"Panitia pengadaan tanahnya Kementerian ATR/BPN. Tanahnya dibeli Pemprov DKI. Jadi, statusnya nanti milik DKI Jakarta. Pemprov DKI sudah komitmen tanah itu akan digunakan untuk pelebaran sungai," terang Menteri ATR/BPN, Nusron Wahid.
Sementara itu, Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, Bun Joi Phiau menilai, pengendalian banjir harus dilakukan secara berkesinambungan. Selain pengerukan kali, ia mendorong pembangunan tanggul dan penguatan titik-titik cekungan agar aliran air dari hulu, seperti Bogor, bisa tertampung secara maksimal.
"Program ini harus dikawal serius agar penanganan banjir berjalan optimal. Harapannya, Mas Pram dan Bang Doel dapat meringankan persoalan banjir di Jakarta," ucapnya.
2. Membangun Tanggul untuk Cegah Banjir Rob
Pembangunan tanggul sepanjang 1,4 kilometer dan tinggi 2,5 meter di Penjaringan, Jakarta Utara bertujuan untuk menahan jika air rob naik. Pramono menjelaskan, proyek ini ditargetkan selesai pada Desember 2025.
"Alhamdulillah, pembangunan ini sudah disepakati oleh warga. Namun, kami meminta kepada Pak Ketua RW, Pak Lurah, dan Pak Camat, agar setelah pembangunan dilakukan, tidak ada penambahan warga baru yang memanfaatkan situasi ini. Harapannya, dalam jangka pendek dan menengah, persoalan rob di tempat ini dapat ditangani dengan baik," kata Pramono.
Membangun tanggul jadi salah satu strategi Pemprov DKI Jakarta untuk menangani banjir. Foto: dok. Pemprov DKI Jakarta
Sementara itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, Ika Agustin, menerangkan, keberadaan tanggul memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, seperti melindungi tempat tinggal, menjaga sumber penghidupan, dan meningkatkan kualitas hidup.
"Luas wilayah yang akan dilindungi oleh tanggul ini sekitar 120 hektar dengan anggaran pembangunan sekitar Rp52 miliar. Adapun bangunan yang terdampak berjumlah sekitar 282 bangunan. Semoga ini bisa segera diselesaikan," kata Ika.
3. Membangun Rumah Pompa Sunter C
Pembangunan Rumah Pompa Sunter C di Sunter Agung, Tanjung Priok, menjadi upaya DKI Jakarta untuk menangani banjir yang bersifat lokal atau di daerah tertentu. Pramono menjelaskan, ada tiga pompa utama dan cara penanganannya sudah berbasis digital.
"Karena kita sudah punya pompa ini, yang kalau kapasitasnya atau banjirnya di atas 200 milimeter, pompanya dihidupkan. Sehingga, nggak sampai setengah hari persoalan banjirnya bisa selesai," terangnya.
Membangun Rumah Pompa Sunter C jadi salah satu strategi Pemprov DKI Jakarta untuk menangani banjir. Foto: dok. Pemprov DKI Jakarta
Pembangunan Rumah Pompa Sunter C juga meningkatkan kapasitas Polder Sunter Selatan dan Polder Sunter Utara dalam mendukung ekosistem pengendalian banjir.
Tak hanya itu, rumah pompa ini juga menurunkan tinggi muka air di Saluran Penghubung Sunter C, sehingga sistem saluran di sisi utara dan selatan Jalan Danau Sunter Utara dapat berfungsi optimal. Hal ini juga mengurangi beban aliran banjir menuju Danau Sunter Utara dan Danau Sunter Selatan.
Pramono menambahkan, nantinya akan ada rumah pompa baru di 13 titik di Jakarta, yaitu Bulak Cabe, Kali Cakung Lama, Cilincing KBN, Warung Jengkol, Kampung Sawah Rawa Terate, Kayu Putih Rawa Terate, Ancol, IKIP, Cempaka Putih, Cempaka Putih Barat, Cengkareng, Manggaraya Greenfield, dan Daan Mogot.
4. Pengerukan Kali Cakung Lama
Pengerukan Kali Cakung Lama bertujuan mengangkat endapan lumpur, memperlebar aliran sungai, dan meningkatkan daya tampung air agar tidak meluap saat hujan deras.
Sejumlah petugas mengeruk Kali Cakung Lama. Foto: dok. Pemprov DKI Jakarta
Selain pengerukan, dilakukan pula pembangunan tanggul Kali Cakung Lama yang direncanakan selesai pada 2026. Proyek ini meliputi penguatan tanggul tahap I di segmen Pegangsaan Dua, dan tahap II di segmen Kampung Begog.
5. Mengembangkan Skema NCICD
Pemerintah pusat bersama Pemprov DKI juga tengah mengembangkan skema tanggul pengaman pantai atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). Hingga September 2025, Pemprov DKI sudah membangun sepanjang 10,73 km dan masih terus berlanjut dengan sisa yang belum terbangun 17,55 km dari total panjang tanggul 28,28 km, berdasarkan Nota Kesepakatan antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemprov DKI.
Rencana pengembangan kawasan pesisir terpadu berskala besar ini dirancang sebagai upaya jangka panjang menghadapi penurunan permukaan tanah, kenaikan muka air laut, serta risiko bencana di pesisir Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar