Di tengah kemajuan zaman dan derasnya arus konsumsi, kemampuan mengelola keuangan menjadi keterampilan hidup yang sangat penting, bahkan sejak dini. Banyak orang tua menganggap pendidikan finansial baru perlu diberikan saat anak beranjak remaja. Namun, sejatinya, usia sekolah dasar (SD) merupakan waktu emas untuk memperkenalkan konsep dasar literasi keuangan, dimulai dari hal yang paling dekat dengan kehidupan anak: uang jajan.
Uang jajan bukan sekadar bekal untuk membeli makanan di sekolah, melainkan media pembelajaran yang efektif tentang nilai uang, pilihan, dan tanggung jawab. Pada usia 6 hingga 12 tahun, anak berada dalam tahap konkret-operasional menurut teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Artinya, anak sudah mulai mampu memahami hubungan sebab-akibat, menghitung, dan membuat keputusan sederhana. Di sinilah peran orang tua dan guru menjadi sangat penting dalam menanamkan nilai pengelolaan uang yang bijak.
Ilustrasi anak SD dan keuangan. Dokumen pribadi
Mengajarkan literasi keuangan sejak SD bisa dimulai dari kebiasaan kecil, seperti mencatat pengeluaran, membagi uang jajan ke dalam kategori "perlu" dan "ingin", serta menabung sebagian dari uang saku yang diterima. Melalui cara-cara ini, anak belajar menunda keinginan demi tujuan jangka panjang, sebuah keterampilan penting dalam kehidupan dewasa.
Waktu terbaik untuk mengajarkan anak tentang uang bukanlah saat mereka telah menghabiskannya, melainkan saat mereka pertama kali menerimanya. Dengan membiasakan anak mengelola uang jajan, kita tidak hanya membentuk generasi yang cerdas secara finansial, tetapi juga membekali mereka dengan nilai tanggung jawab, disiplin, dan integritas.
Maka, sudah saatnya literasi keuangan tidak lagi dianggap sebagai materi tambahan, melainkan sebagai bagian penting dari pendidikan karakter anak sejak dini. Dengan bekal ini, anak-anak kita akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga bijak dalam mengelola keuangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar