Jun 16th 2023, 22:58, by Arif Syamsul Ma'arif, Arif Syamsul Ma'arif
Belakangan ini, dalam lemari anak-anak remaja rentan usia 15 sampai 25-an pasti memiliki sebuah baju band. Tentunya pakai baju band favorit, dong! Mulai dari Seringai, Teenage Death Star, The SIGIT, Morfem, dan masih banyak lagi. Ngomong-ngomong soal list band keempat di atas, bisa dibilang baju Morfem banyak digandrungi oleh kawula muda. Kalian bisa menemukan para pemakai baju Morfem di setiap kedai kopi atau di festival musik.
Sekadar diketahui, Morfem terbit pada tahun 2009. Band yang beraliran indie rock ini digawangi oleh Jimi Multhazam (vokalis), Pandu Fuzztoni (Gitaris), Yusak Anugrah (bassis), dan Freddie Alexander (drum). Mereka telah menelurkan beberapa album yang memberikan semangat kehidupan macam Indonesia (2011); Hey, Makan Tuh Gitar! (2012); Dramaturgi Underground (2016) hingga mini album Sneakerfuzz (2014). Oh ya, tahun kemarin Morfem juga rilis single anyar bertajuk 'Megah Diterima'.
Morfem menawarkan beberapa artikel bajunya dengan desain yang ciamik. Kalian bisa pilih sesuai hati kalian. Mulai dari artikel Binar Wajah Sebaya dengan dua orang anak kecil yang tengah duduk di kursi, artikel Dramaturgi Underground dengan desain sesuai albumnya, dan yang teranyar Morfem baru saja kolaborasi dengan band Teenage Death Stars dengan gambar monster godzilla. Masih banyak lagi artikel baju Morfem yang bisa dipilih sesuka hati kalian!
Fenomena menjamurnya baju Morfem
Sayangnya, ada saja sejumlah pihak yang menyinyir orang-orang yang memakai baju Morfem. Tak dapat dipungkiri, menjamurnya baju Morfem karena desain dan lagunya yang keren dapat memikat hati para pendengar musik. Karena menjamurnya itulah orang-orang yang merasa melawan arus menyinyir pengguna baju Morfem. Kalian tahu sendiri, orang-orang di negeri ini kalau ada sesuatu yang klise responnya gimana?
Kasus tersebut saya temui saat akun Twitter @kolonigigs_ mencuit 4 foto dengan tema duo sejoli berpasangan menggunakan baju Morfem. "Kapan yhaaa.... 🥹👉👈," tulisnya dikutip pada Rabu (14/6).
Postingan tersebut memunculkan beragam opini tentang pengguna baju Morfem. Seperti akun @araymu yang menduga banyaknya pengguna baju Morfem karena ada versi bajakannya. "Morfem udah kayak kloting banyak banget yang make di Kabupatenku, beda-beda lagi gambarnya. Di syopi parah lagi bajakannya banyak banget," tulisnya sebagaimana dikutip.
Akun @nvnpras pun mengatakan kalau sudah tidak asing menemukan pengguna kaos Morfem di jalanan. "Tiap di jalan pasti liat orang make ts 'morfem kalau ngga tds mana pada samaan HH." Tulisnya sebagaimana dikutip.
Melihat fenomena itu, bisa saja masyarakat kurang menerima dengan ke-booming-an ini. Mungkin saja, mereka menganggap bahwa sebagian pengguna baju Morfem itu adalah seorang posser atau musiman—ikut ramai saja. Di lubuk hatinya, pasti ingin menanyakan seberapa tahu tentang Morfem atau 'sebutkan 3 lagu Morfem' kepada mereka. Jiwa polisi skenanya memuncak!
Tanggapan pengguna soal fenomena baju Morfem
Perlu diketahui, setiap orang tentu mempunyai alasan tersendiri dalam membeli baju Morfem. Aziz Farhan, Mahasiswa akhir Hubungan Internasional, mempunyai kaos Morfem artikel Binar Wajah Sebaya. Alasan Aziz membeli kaos Morfem adalah karena adanya relasi historikal pada sang vokalis, Jimi Multhazam. Ia juga menganggap desain artikel yang ia punya sangatlah bagus.
"Awalnya gegara suka The Upstairs kan pas SMA, terus jadi ngulikmember-member-nya, terutama Jimi Multhazam. Terus jadi tahu punya band lain si Morfem ini. Didenger-denger cocok sama musiknya. liriknya juga bagus khas Jimi tea," ungkap Aziz sebagaimana dikutip.
Aditya Eka Wijaya, pekerja swasta, memberikan alasan yang simpel. Ia terbuai dengan baju Morfem karena menyukai musik-musiknya. "Urang (saya) suka lagu-lagunya," ungkap Aditya sebagaimana dikutip.
Mereka punya pandangan masing-masing dalam menanggapi fenomena ramainya pengguna baju Morfem. Aditya misalnya, ia menganggap kalau fenomena tersebut muncul karena lingkungan pertemanan yang banyak memakai baju Morfem, suka dengan desainnya, atau menyukai genre musiknya.
Namun, ia pun berasumsi ada segelintir orang yang tak suka dengan Morfem. Padahal, ungkap Aditya, membeli merchandise sama saja membantu memutar roda ekonomi band tersebut.
"Mungkin karena orang lain itu gak suka ke band-nya jadi nyinyir yang pakai merch," beber Aditya.
Di sisi lain, hal unik dialami oleh Aziz. Ia menduga segelintir orang pemakai baju Morfem hanya ikut-ikutan ramai saja, tanpa tahu isi lagunya. "Saya juga jadi gak pernah pakai baju Morfem. Dipakai hanya untuk tidur dan beli makan. Hahaha," ungkap Aziz.
Pandangan Soleh Solihun
Pendapat menarik muncul dari mulut mantan wartawan Rolling Stone Indonesia, Soleh Solihun, soal ke-posser-an pakai baju band, termasuk baju Morfem. Soleh merasa orang-orang tersebut hanya mengapresiasi dari segi visualnya saja. Sebab, menurut Soleh, band itu hematnya tidak hanya memanjakan penggemar lewat media audio saja, melainkan dari sisi visual juga.
"Semua band bikin karya bukan cuma lagu, audio, tapi bikin karya visual. Jadi, orang-orang yang gak ngerti musiknya apa, tapi pake kaos band karena suka bandnya, suka gambarnya, yaudah berarti dia mengapresiasi band itu dari sisi visual," ujar Soleh dikutip dari kanal YouTube Agak Laen Official berjudul "SOLEH SOLIHUN – PERSONIL BAND POSISI MC".
Yang terpenting, menurut Soleh, pemakai baju band itu harus membeli lewat kanal resmi band tersebut, alias original. "Menurut guamah tidak apa-apa, asal asli. Minimal mengapresiasi," pungkas Soleh.
Intinya, tak perlu menghakimi seseorang karena tidak sesuai dengan selera dalam memilih baju band. Semua orang punya alasan tersendiri. Selain itu, ada benarnya juga, membeli baju band favorit, termasuk baju Morfem, adalah bentuk dukungan kita kepada mereka agar tetap terus hidup dan berkarya. Jadi, kurang-kurangin yuk sifat nyinyirnya!
"Tabrak perihal tak mungkin. Abaikan mustahil" Jungkir Balik-Morfem dari album Dramaturgi Underground.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar