Search This Blog

Suara Hati Warga Aceh Tamiang: Harga Sembako Naik, Berharap Bantuan

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Suara Hati Warga Aceh Tamiang: Harga Sembako Naik, Berharap Bantuan
Dec 10th 2025, 10:36 by kumparanNEWS

Warga Aceh Tamiang, Dodi dan Genan. Foto: Fadjar Hadi/kumparan
Warga Aceh Tamiang, Dodi dan Genan. Foto: Fadjar Hadi/kumparan

Suasana Aceh Tamiang pada Selasa (9/12) sore begitu ramai. Warga lalu-lalang seperti biasa. Namun, warga lalu-lalang bukan untuk berjualan atau melakukan kegiatan lain. Mereka meminta bantuan.

Sudah dua pekan sejak dilanda banjir bandang dan longsor pada Rabu (26/11), situasi Aceh Tamiang masih kacau balau. Lumpur berserakan, mobil-motor hingga rumah hancur. Pasar dan toko sembako tutup.

Sepanjang jalan yang penuh lumpur, warga mengemis. Tujuannya satu: meminta bantuan.

Di tengah pasar yang tutup, kumparan mewawancarai beberapa warga. Mereka adalah Dodi, Genan, dan Cut.

Tampak pakaian mereka compang-camping penuh lumpur. Mereka hanya terdiam di bawah pohon di pinggir jalan sambil sesekali meminta bantuan.

"Kami… beras tolong dibantu, Pak," kata Dodi memulai obrolan.

Harga Digetok Tak Karuan

Suasana Aceh Tamiang pascabanjir bandang dan longsor pada Selasa (9/12/2025). Foto: Fadjar Hadi/kumparan
Suasana Aceh Tamiang pascabanjir bandang dan longsor pada Selasa (9/12/2025). Foto: Fadjar Hadi/kumparan

Belakangan ramai kabar bahwa harga sembako di Aceh melonjak naik, seperti minyak hingga telur.

Dodi mengatakan fakta di lapangan memang demikian. Telur satu karton yang biasanya Rp 30–40 ribu, kini menjadi Rp 75 ribu.

"Betul, pedagang mau membunuh masyarakat yang kena aniaya dengan bencana banjir," kata Dodi dengan emosi.

"Naik minyak, sudah mulai naik. Sepuluh persen lebih. Telur satu papan Rp 75 ribu," tambahnya.

Suasana Aceh Tamiang pascabanjir bandang dan longsor pada Selasa (9/12/2025). Foto: Fadjar Hadi/kumparan
Suasana Aceh Tamiang pascabanjir bandang dan longsor pada Selasa (9/12/2025). Foto: Fadjar Hadi/kumparan

Bantuan terlihat banyak keluar-masuk, baik dibawa menggunakan truk maupun kendaraan pribadi. Ada banyak jenisnya: mulai dari beras, obat, minyak, hingga baju.

Genan menyebut sudah ada banyak bantuan. Namun yang diterima warga tidak sesuai dengan yang disalurkan.

"Entah ke mana bantuan-bantuan itu," katanya.

"Bantuan banyak masuk, cuma enggak jelas… selip. Jadi gini, selipnya: banyak di desa-desa itu hilang, enggak tahu ke mana. Tidak sesuai dengan bantuan yang ada. Tidak ada yang sesuai," kata Dodi menambahkan.

Cut menuturkan, karena bantuan tidak diterima maksimal, warga berkerumun di tengah jalan.

"Beginilah kami apa adanya, tunggu, menunggu. Ini makan dari nunggu-nunggu orang di jalan, siapa yang lewat dikasih. Kalau nunggu di kampung, enggak makan kami," kata Cut.

Meski dalam keadaan sulit, Dodi, Cut, dan Genan masih bisa tertawa. Mereka berseloroh sudah seperti kambing.

Sebab sejak banjir, mereka jarang mandi. Mereka hanya mengandalkan air sungai atau air hujan untuk membersihkan badan dari lumpur.

"Air (minum) ada. Kalau air bersih untuk mandi pakai air sungai, air hujan. Kami udah jadi kambing enggak mandi," kata Dodi tertawa.

"Kami semiskin-miskinnya. Anak-anak tidak sekolah, buku-buku, baju, barang-barang pergi semuanya. Sudah habis semua," ucap Cut.

Di tengah masa sulit ini, mereka berharap bantuan bisa disalurkan tepat sasaran, termasuk menstabilkan harga bahan pokok.

Media files:
01kc33jfvfg2jewqb5aqv2kwvs.jpg image/jpeg,
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar