Aksi dari Grup musik folk-etnik asal Maluku Utara, Treeshome saat tampil di panggung Soundrenaline 2025 yang berlangsung di Bengkel Space, Jakarta, Jumat (19/12/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Soundrenaline menjadi saksi bisu sejarah yang dipahat oleh sekelompok pemuda dari Ternate, Maluku Utara. Grup folk-etnik bernama Treeshome memberikan sapaan hangat kepada publik Ibu Kota.
Treeshome bukan sekadar nama band. Mereka adalah pembawa pesan dari Ternate, sebuah kota di mana sejarah rempah diukir.
Digawangi Herman Eross pada vokal, Dhana Mahdi di balik set drum, dan Aldi yang piawai memetik gitar, band ini membawa identitas yang kuat ke atas panggung megah Soundrenaline di Bengkel Space SCBD, Jumat malam.
Sejak lagu pertama, Treeshome menyajikan sesuatu yang magis, sesuatu yang menarik penonton untuk lebih dekat, bukan hanya karena dentuman musiknya, melainkan karena aura yang mereka bawa.
Grup musik folk-etnik asal Maluku Utara, Treeshome saat tampil di panggung Soundrenaline 2025 yang berlangsung di Bengkel Space, Jakarta, Jumat (19/12/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Herman Eross tampil begitu karismatik, menyapa penonton dengan tatapan yang dalam, seolah ingin bercerita tentang jauhnya perjalanan yang telah mereka tempuh.
Bagi Eross, manggung di Soundrenaline adalah pencapaian band yang emosional. Sebagai vokalis, ia merasa panggung ini adalah puncak dari penantian panjang.
Ia teringat masa kecilnya di Ternate, di mana Soundrenaline hanya sebuah nama besar yang ia dengar melalui berita berita di televisi atau majalah musik.
"Pengalaman yang luar biasa. Saya pribadi baru pertama kali main di Jakarta bersama Treeshome," ungkap Eross kepada kumparan, usai manggung.
Grup musik folk-etnik asal Maluku Utara, Treeshome saat tampil di panggung Soundrenaline 2025 yang berlangsung di Bengkel Space, Jakarta, Jumat (19/12/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Baginya, panggung ini bukan sekadar tempat bernyanyi, melainkan sebuah kehormatan besar bagi musisi daerah.
Dhana Mahdi, sang penggebuk drum, tak mampu menyembunyikan rasa harunya. Baginya, perbedaan atmosfer antara panggung biasa dengan Soundrenaline sangatlah kontras.
"Luar biasa sekali sebenarnya, sampai tidak bisa berkata-kata. Vibe panggung Soundrenaline itu memang beda sekali," ujar Dhana.
Eross berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada penyelenggara karena telah membawa "anak-anak Ternate" untuk mencicipi megahnya ibu kota.
"Sangat besar. Buat kami ini sebuah spotlight yang sangat kami butuhkan. Di Timur kami mungkin jarang terdengar karena jarak yang memisahkan, tapi dengan diberi panggung yang luar biasa ini, kami merasa sangat diapresiasi," tutur Eross.
Grup musik folk-etnik asal Maluku Utara, Treeshome saat tampil di panggung Soundrenaline 2025 yang berlangsung di Bengkel Space, Jakarta, Jumat (19/12/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Namun, di balik kegemilangan itu, ada rasa gugup yang sempat membayangi. Herman mengakui bahwa mereka tetaplah manusia biasa yang tetap merasa asing dengan kemegahan kota Jakarta.
"Itu pertanyaan yang sangat tepat. Manusiawi ya, kita yang jauh dari hiruk-pikuk ibu kota tiba-tiba datang ke sini dengan panggung semegah ini. Pasti sangat deg-degan. Kami juga masih manusia," ujar Eross.
Persiapan mereka tidak main-main. Perjalanan menuju Soundrenaline Jakarta ini sudah dimulai sejak dua bulan lalu, tepatnya saat mereka tampil di panggung Soundrenaline Makassar.
"Untuk Sondrenaline, kami mulai dari Makassar kemarin. Jadi kurang lebih sudah dua bulan dari Sondrenaline Makassar sampai Sondrenaline Jakarta. Kita dapat kesempatan main di Makassar, lalu diundang lagi untuk main di Jakarta," ucap Eross.
Grup musik folk-etnik asal Maluku Utara, Treeshome saat tampil di panggung Soundrenaline 2025 yang berlangsung di Bengkel Space, Jakarta, Jumat (19/12/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Treeshouse telah berhasil menanamkan jejak kaki mereka di salah satu festival musik terbesar di Indonesia. Sebuah perkenalan yang manis, magis, dan tak terlupakan bagi siapa saja yang menyaksikannya.
"Melihat apresiasi penonton tadi membuat merinding. Energi dari penonton sampai ke kami di panggung," ucap Eross.
"Kami masih menunggu tawaran. Mimpinya, kami bisa mengenalkan kebudayaan Maluku Utara sampai ke keliling dunia. Amin," tutup Eross.
Sepanjang penampilan, Treeshouse membawakan lima lagu andalan mereka, yaitu, Mantra Kabata, Suara Tanah Rempah, Senja Tak Bernyawa, Bumi Bersuara, dan Jejak Tapak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar