Presiden AS Donald Trump menyampaikan paparan saat pertemuan tentang kebebasan beragama dalam pendidikan di Museum Alkitab, Washington DC, Amerika Serikat, Senin (8/9/2025). Foto: Saul Loeb/AFP
Presiden AS Donald Trump telah menandatangani rancangan undang-undang untuk merilis berkas investigasi pemodal kaya yang juga pelaku kejahatan seksual Jeffrey Epstein.
Dikutip dari Reuters, Kamis (20/11), berkas itu dapat mengungkap lebih lanjut aktivitas Epstein sebelum dia dihukum pada 2008 atas tuduhan jasa prostitusi anak di bawah umur.
Jaksa Agung Pam Bondi mengkonfirmasi Kementerian Kehakiman akan merilis berkas terkait Epstein dalam 30 hari ke depan sebagaimana diwajibkan oleh undang-undang yang disahkan DPR dan Senat pada Selasa (18/11).
"Kami akan terus mematuhi hukum dan mendorong transparansi maksimal," kata Bondi.
Meski demikian, perilisan berkas tersebut mungkin tidak komprehensif karena undang-undang yang disahkan Kongres memungkinkan Kementerian Kehakiman untuk menahan informasi pribadi korban Epstein dan berkas yang akan membahayakan penyelidikan yang berlangsung.
Trump pekan lalu telah memerintahkan Kementerian Kehakiman untuk menyelidiki sejumlah tokoh Partai Demokrat yang terkait dengan Epstein. Pejabat dapat memutuskan untuk tidak merilis informasi apa pun terkait dengan tokoh tersebut.
Kementerian Kehakiman sering menekankan pentingnya melindungi penyelidikan yang berlangsung ketika menyembunyikan informasi lain dari publik. Pengadilan sebelumnya menolak permintaan Kementerian Kehakiman tahun ini untuk membuka segel transkrip persidangan di hadapan dewan juri agung yang menyelidiki Epstein dan mantan rekannya sekaligus sosialita Inggris, Ghislaine Maxwell.
Ada Nama Trump di Pusaran Kasus Jeffrey Epstein
Pemodal AS Jeffrey Epstein muncul dalam foto yang diambil untuk pendaftaran pelaku kejahatan seksual Divisi Layanan Peradilan Pidana Negara Bagian New York pada 28 Maret 2017. Foto: REUTERS
Nama Trump sering disinggung dalam kasus ini dan telah menjadi duri dalam daging pemerintahannya. Dalam wawancara dengan majalah New York pada 2022, Trump mengatakan mengenal sejak 1987. Trump bahkan menyebut Epstein sebagai pria yang "luar biasa".
"Dia sangat menyenangkan. Bahkan kabarnya dia sangat suka perempuan cantik seperti saya, dan banyak dari mereka adalah perempuan muda. Tak diragukan lagi -- Jeffrey sangat menikmati kehidupan sosialnya," kata Trump, dikutip dari Newsweek.
Namun setelah Epstein ditangkap pada Juli 2019, Trump mengaku mengenal Epstein karena semua orang di Palm Beach mengenalnya. Dia menyebut tidak lagi berinteraksi dengan Epstein selama 15 tahun karena "perselisihan".
"Saya bukan penggemarnya, itu yang bisa saya katakan," kata Trump. Dia juga mengeklaim Epstein tidak pernah jadi anggota klub Mar-a-Lago miliknya.
Sekilas Kasus Jeffrey Epstein
Gambar Presiden AS Donald Trump bersama pemodal yang dipermalukan Jeffrey Epstein diproyeksikan oleh kelompok kampanye Led By Donkeys di kastil Windsor, Inggris, Selasa (16/9/2025). Foto: Phil Noble/REUTERS
Epstein dituduh mengeksploitasi anak muda -- bahkan anak di bawah umur, menggunakan rumah-rumah mewah, dan pesawat pribadi yang dikenal sebagai "Lolita Express" untuk menggelar pesta seks.
Salah satu korban Epstein yang paling vokal adalah Virginia Giuffre. Dia mengaku mengalami grooming dan dilecehkan oleh Epstein saat usia remaja.
Dalam pengakuannya, dia mengatakan bertemu dengan Maxwell ketika bekerja sebagai asisten ruang loker di resor Mar-a-Lago milik Trump di Florida. Maxwell kemudian menawarkannya pekerjaan sebagai terapis untuk Epstein. Giuffre menduga dijual ke Epstein dan kliennya.
"Saya dioper layaknya piring buah," kata Giuffre.
Sementara Epstein meninggal di sel penjara pada 10 Agustus 2019 saat akan menjalani persidangan atas tuduhan perdagangan seks. Menurut pemeriksaan resmi, penyebab kematiannya adalah bunuh diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar