Ilustrasi guru menegur siswa. Gambar dihasilkan oleh AI ChatGPT
Belakangan ini muncul banyak kasus di mana guru mendapat masalah setelah menegur atau memberikan hukuman kepada siswa. Ada guru yang ditegur pihak sekolah, diprotes orang tua, bahkan ada yang sampai diskors atau dikeluarkan. Padahal, tindakan yang dilakukan guru sebenarnya bertujuan untuk mendisiplinkan siswa.
Kejadian seperti ini membuat suasana pendidikan berubah. Guru yang seharusnya berperan sebagai pembimbing karakter justru merasa tidak aman saat menegur siswa. Kondisi ini menjadi perhatian banyak pihak karena dapat memengaruhi proses pembelajaran di sekolah.
Masalah ini muncul karena beberapa hal yang saling berkaitan. Banyak guru takut menegur siswa karena khawatir akan disalahkan oleh orang tua. Saat anak merasa tidak nyaman atau mengadu, sebagian orang tua langsung menanggapi secara emosional tanpa mendengarkan penjelasan guru terlebih dahulu.
Ilustrasi guru perempuan. Foto: wavebreakmedia/Shutterstock
Selain itu, guru juga merasa terancam dengan kemungkinan tindakan mereka direkam, diviralkan, dan akhirnya menjadi sorotan di media sosial. Hal kecil bisa tampak besar ketika tersebar cepat di internet.
Di sisi lain, tidak sedikit guru yang takut menerima sanksi dari pihak sekolah. Beberapa sekolah cenderung memihak orang tua demi menjaga nama baik institusi, sehingga guru merasa posisi mereka kurang dilindungi. Belum lagi adanya ketidakjelasan batas antara tindakan mendisiplinkan dengan tindakan kekerasan, yang sering membuat tindakan mendidik yang sebenarnya wajar justru disalahartikan oleh masyarakat. Semua faktor ini membuat guru ragu untuk bertindak tegas.
Ketika guru takut menegur siswa, dampaknya sangat terasa dalam kehidupan sekolah. Disiplin siswa cenderung menurun karena tidak ada teguran yang tegas ketika mereka melanggar aturan. Tanpa arahan yang jelas, siswa menjadi lebih berani bertindak seenaknya di dalam kelas. Hal ini membuat suasana belajar terganggu dan guru semakin sulit mengendalikan kondisi kelas. Pembelajaran pun menjadi kurang efektif karena guru harus menghabiskan energi menghadapi perilaku siswa yang tidak teratur.
Ilustrasi kursi dan menja sekolah. Foto: Shutterstock
Selain itu, peran guru sebagai pendidik karakter ikut menyempit. Guru akhirnya hanya berfokus pada penyampaian materi pelajaran tanpa memberikan pembinaan sikap yang seharusnya menjadi bagian penting dari pendidikan. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menurunkan kualitas pendidikan karena siswa tumbuh tanpa arahan moral dan disiplin yang memadai. Lingkungan sekolah pun kehilangan fungsi utamanya sebagai tempat pembentukan karakter.
Banyaknya kasus guru yang dihukum setelah menegur siswa membuat guru semakin berhati-hati dan enggan memberikan teguran. Mereka takut salah, takut dilaporkan, dan takut diberi sanksi oleh sekolah. Padahal, teguran merupakan bagian penting dari proses mendidik.
Jika situasi ini dibiarkan, disiplin siswa menjadi melemah, suasana belajar memburuk, dan kualitas pendidikan akan semakin menurun. Karena itu, sangat penting bagi sekolah, orang tua, dan pemerintah untuk memberikan perlindungan dan dukungan yang jelas kepada guru agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan aman dan penuh tanggung jawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar