Search This Blog

12 Alat Musik Suarakan Harmoni Etnik dan Modern di 'Binua Quantum'

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
12 Alat Musik Suarakan Harmoni Etnik dan Modern di 'Binua Quantum'
Nov 22nd 2025, 13:25 by HiPontianak

Pentas Tunggal Musik Etnikprogresif "Ne' Baruakng Urban 2: BINUA QUANTUM" yang digelar di Taman Budaya Provinsi Kalimantan Barat. Foto: Alycia Tracy Nabila/Hi!Pontianak
Pentas Tunggal Musik Etnikprogresif "Ne' Baruakng Urban 2: BINUA QUANTUM" yang digelar di Taman Budaya Provinsi Kalimantan Barat. Foto: Alycia Tracy Nabila/Hi!Pontianak

Hi!Pontianak – Sebanyak 12 jenis alat musik lokal hingga luar negeri bersatu padu menyatukan harmoni dalam Pentas Tunggal Musik Etnikprogresif "Ne' Baruakng Urban 2: BINUA QUANTUM" oleh UKM Sarang Semut Universitas Tanjungpura Pontianak yang berlangsung pada tanggal 20-22 November 2025 di Gedung Tertutup Taman Budaya Provinsi Kalimantan Barat.

Alat-alat musik yang dimainkan di antaranya ada kenong (dau), gong, tengga, saron, bedug, gendang Melayu, bass, keyboard, gitar, sape', djembe, hingga darbuka.

Mbah Dinan selaku komposer musik dalam pementasan tersebut menjelaskan, Binua Quantum menceritakan fenomena tentang masyarakat Dayak Kanayatn yang tinggal di kota, tepatnya masuk ke wilayah urban. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih, budaya asal tersebut perlahan berubah karena tenggelam di antara peradaban.

"Pesannya di sini itu kita terlalu terlena dengan budaya-budaya baru yang sebenarnya tanpa sadar itu sudah meracuni kita. Kita ini hidup di zaman di mana perlahan-lahan perkembangan itu sebenarnya membunuh budaya kita," kata Mbah Dinan.

Para pemain tampil dengan berbagai jenis alat musik. Foto: Alycia Tracy Nabila/Hi!Pontianak
Para pemain tampil dengan berbagai jenis alat musik. Foto: Alycia Tracy Nabila/Hi!Pontianak

Mbah Dinan bilang, Binua Quantum merupakan pementasan musik etnik progresif, yaitu perpaduan antara musik etnik dan modern yang di mana musik tradisi dibawa ke ranah musik barat. Menurutnya, musik etnik progresif berpeluang untuk dikembangkan, selama tidak menghilangkan 'pakem-pakem' yang dapat menggerus nilai-nilai kebudayaan itu sendiri.

"Selama ini orang menganggap musik tradisi itu tertinggal, kuno, susah berkembang, tapi buktinya bisa aja dan bahkan punya keunikan tersendiri. Kami pengin menyampaikan musik tradisi itu tidak sekuno dan setertinggal apa yang kalian pikir, itu bahkan cukup menarik dan berbeda dari musik-musik lainnya kalau dikembangkan," jelasnya.

Ia juga menyoroti maraknya penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam kehidupan sehari-hari saat ini yang dapat berdampak pada semakin berkurangnya kreativitas seseorang, salah satu contohnya seperti ketika hendak melakukan rekonstruksi dialog budaya, yang tak jarang berujung pada penyesatan makna oleh AI itu sendiri.

Mbah Dinan pun berpesan agar kita selaku generasi penerus bangsa untuk tidak memandang budaya dengan kaca mata orang Barat, melainkan harus mengacu pada masyarakat 'asli' yang lebih mengenal budaya tersebut.

"Dalam memandang sebuah budaya, kita kembalikan ke ranah aslinya. Jangan memandang dengan kaca mata barat, apakah banyak nilai-nilai tradisi atau kesukuan yang akhirnya disingkirkan," tukasnya.

Media files:
01kamxz5tkrsa7p0wcwgr27ty4.jpg image/jpeg,
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar