Search This Blog

Tak Pakai Atribut demi Nafkah: Cerita Driver Ojol yang Tetap Narik Saat Demo

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Tak Pakai Atribut demi Nafkah: Cerita Driver Ojol yang Tetap Narik Saat Demo
May 20th 2025, 11:21 by kumparanNEWS

Suanasa Antrean Ojol Menjemput Penumpang di Stasiun Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (20/5). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
Suanasa Antrean Ojol Menjemput Penumpang di Stasiun Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (20/5). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan

Selasa (20/5) pagi di Palmerah, Jakarta Barat, suasananya terlihat kontras dengan informasi yang beredar di komunitas ojek online—hari ini ada demo besar-besaran. Namun, di sekitar Stasiun Palmerah, antrean pengemudi ojol tetap ramai.

Di Jalan Palmerah Timur, tepat di samping Stasiun Palmerah, tampak barisan driver ojek online menepi di pinggir jalan. Beberapa di antaranya menunggu orderan sambil berdiri di bawah bayangan pepohonan. Ada juga yang duduk di atas motornya, menunduk memelototi layar ponsel.

Antrean kendaraan ojol juga tampak hingga ke Jalan Gelora IV. Di sekitar shelter resmi Grab dan Gojek yang biasanya sibuk, suasana pagi itu terlihat lebih tenang. Banyak pengemudi memilih tidak mengenakan atribut resmi, diduga untuk menghindari sweeping dari rekan sejawat yang berdemo.

Di tengah bayang-bayang ancaman sweeping, Cahaya—pengemudi Gojek—mengaku tetap narik demi kebutuhan rumah tangga.

Shelter Grab dan Gojek di Stasiun Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (20/5). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
Shelter Grab dan Gojek di Stasiun Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (20/5). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan

"Ya buat nafkah yang di rumah, keluarga. Kan saya punya anak sama istri," ujarnya kepada kumparan.

Meski sudah ada kabar sweeping akan dilakukan siang nanti, Cahaya tetap memilih bekerja. Ia hanya menghindari atribut yang mencolok.

"Tetap ngojek, cuman ya ini ajalah ibaratnya konsisten ya kan. Jangan pakai atribut, pakai jaket biasa aja, biar nggak ketahuan bangetlah gitu ibaratnya," ucapnya.

Baginya, tuntutan yang dibawa para pendemo memang bisa dipahami. Ia juga merasa terdampak kebijakan perusahaan aplikasi, khususnya soal potongan komisi yang makin besar.

"Potongan komisi yang tadinya dari 10% kok tiba-tiba dinaikin tinggi," kata dia.

Meski begitu, prioritas utamanya hari ini tetap mencari penghasilan. Ia lebih memilih menghindari titik-titik pusat kota yang rawan aksi massa.

"Yang dindarin ya kayak pusat. Kebanyakan sih pusat ya, cuman kalau daerah-daerah sini masih agak amanlah," ungkapnya.

Menurut rencana, komunitas ojol akan berdemo di depan gedung DPR, Kemenhub, dan Patung Kuda, semuanya di Jakarta Pusat.

Suanasa Antrean Ojol Menjemput Penumpang di Stasiun Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (20/5). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
Suanasa Antrean Ojol Menjemput Penumpang di Stasiun Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (20/5). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan

Aam Tidak Ikut Demo

Hal senada disampaikan Aam (57), pengemudi Grab yang sudah 10 tahun narik sejak aplikasi itu diluncurkan. Ia juga memilih tetap bekerja meski tahu ada risiko sweeping.

"Hari ini kayaknya saya enggak [ikut demo]. Karena saya enggak ada yang bawa, enggak ada yang ngajak juga ya. Dan kalau sendiri enggak mau saya," kata Aam.

Ia memang pernah ikut demo sekali, namun hanya karena diajak komunitas. Hari ini, ia memilih tidak pakai atribut seperti jaket Grab, sesuai imbauan yang dia dapat.

"Emang sengaja. Sudah ada di pemberitahuan dari pihak Grabnya. Boleh hari ini tanpa atribut," ucapnya.

Menurutnya, tuntutan yang paling krusial dari para pengemudi adalah soal potongan dan program promo hemat yang merugikan driver.

"Tuntutannya ya masalah tarif. Tarif yang pemotongan dari Grab hemat namanya itu. Kalau di Gojek itu ada juga namanya Aceng. Aceng, Asal Goceng. Itu persentasinya [potongan] lebih tinggi gitu. Dia harus dipangkas. Karena itu memberatkan para driver," ungkap Aam.

Suanasa Antrean Ojol Menjemput Penumpang di Stasiun Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (20/5). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
Suanasa Antrean Ojol Menjemput Penumpang di Stasiun Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (20/5). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan

Aam juga menyebut bahwa ada satgas dari komunitas yang berjaga dan melakukan sweeping, khususnya di wilayah Gatot Subroto dan Monas. Wilayah itu pun dihindarinya.

"Oh, yang dihindari ya paling jangan sampai ke Monas sama ke Gatot Subroto. Karena itu di jelas pasti macet."

Meski begitu, Aam berharap agar nasib para pengemudi ojol bisa lebih diperhatikan oleh aplikator.

"Iya, harapannya nih sebenarnya, saya agar bisa diperhatikanlah ininya nasib-nasib para driver, nih. Jangan sampai ditekan gitu. Kan dia kan buat mencari nafkah juga, buat ini juga."

Suasana di sekitar Stasiun Palmerah tetap kondusif. Para ojol masih lalu lalang, antar-jemput penumpang yang baru turun dari KRL. Meskipun ada yang memilih turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi, tidak sedikit pula yang memilih tetap bekerja—demi dapur tetap ngebul.

Bagi mereka, risiko sweeping lebih ringan dibandingkan beban kebutuhan hidup.

Media files:
01jvnp80qmyh5ycy5e7n8ak4hs.jpg image/jpeg,
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar