Seorang demonstran memegang bendera Palestina selama protes menekan pemerintah Belanda agar mengakhiri operasi Israel di Gaza di Den Haag, Belanda pada Minggu, 18 Mei 2025. Foto: Niels van der Pas via AP
Ratusan ribu massa pendukung Palestina tumpah ruah di Den Haag, Belanda, pada Minggu (18/5). Mereka menuntut pemerintah Belanda berbuat lebih untuk menghentikan serangan Israel di Gaza.
Kelompok HAM dan badan bantuan kemanusiaan, termasuk Amnesty International, Save the Children and Doctors Without Borders, memperkirakan ada lebih dari 100 ribu orang yang berkumpul di jalanan Den Haag. Tua, muda, bahkan bayi juga terlihat dalam demonstrasi yang disebut sebagai demonstrasi terbesar di Belanda dalam 2 dekade terakhir.
"Kami berharap ini jadi peringatan bagi pemerintah," kata seorang guru, Roos Lingbeek, yang mengikuti aksi demonstrasi bersama suami dan anaknya yang baru berusia 12 minggu, dikutip dari AP, Selasa (20/5). Mereka membawa tanda dengan satu kata sederhana: 'STOP'.
Roos Lingbeek, (kanan), bersama suami Stijn Joosten dan putri Dido berdiri di depan Istana Perdamaian selama protes menekan pemerintah Belanda agar mengakhiri operasi Israel di Gaza di Den Haag, Belanda pada Minggu, 18 Mei 2025. Foto: Niels van der Pas via AP
Para peserta aksi jalan kaki melewati Istana Perdamaian, markas besar Mahkamah Internasional PBB -- tempat di mana para hakim memerintahkan Israel melakukan apa pun untuk mencegah kematian, kehancuran, dan tindakan genosida apa pun di Gaza.
Warga lain yang ikut aksi itu, David Prins, mengatakan kepada Associated Press alasannya mengikuti aksi protes untuk menyuarakan penolakan terhadap kekejaman yang terjadi di Gaza. Dia berdiri di seberang jalan dari sinagoge tempatnya beribadah semasa kecil, yang menghadap ke lapangan tempat demonstrasi dimulai.
Aksi massa berjalan sekitar 5 kilometer di sekitar pusat kota Den Haag, secara simbolis menciptakan garis merah yang menurut mereka gagal ditetapkan pemerintah.
Demonstran berkumpul di Malieveld untuk protes menekan pemerintah Belanda agar mengakhiri operasi Israel di Gaza di Den Haag, Belanda pada Minggu, 18 Mei 2025. Foto: Niels van der Pas via AP
"Kami meminta pemerintah Belanda: hentikan dukungan politik, ekonomi dan militer kepada Israel selama mereka masih memblokade akses pasokan bantuan kemanusiaan dan selama Israel bersalah atas genosida, kejahatan perang, dan pelanggaran HAM terstruktur di Gaza dan Wilayah Palestina yang Diduduki," kata Marjon Rozema dari Amnesty International.
Kebijakan Belanda terhadap Israel merupakan salah satu dari banyak isu yang menyebabkan perpecahan koalisi pemerintah Belanda. Pemimpin sayap kanan garis keras Geert Wilders sangat pro Israel dan Partai Kebebasan yang anti imigran memegang jumlah kursi terbanyak di parlemen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar