Massa ojol dari berbagai aplikasi menggelar demo di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, pada Selasa (20/5). Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Sejumlah massa ojek online alias ojol dari berbagai sejumlah platform menggelar aksi demo di beberapa wilayah di Indonesia. Di Jakarta, massa tersebar di beberapa titik sekitar patung kuda dan Monumen Nasional.
Massa demo driver ojol datang menggunakan jaket aplikasinya masing-masing. Selain di kawasan patung kuda, titik konsentrasi massa juga tersebar di kawasan DPR RI, Kemenhub dan sejumlah kantor pusat aplikator.
Di patung kuda, massa aksi menyuarakan tuntutan antara lain:
Penegakan sanksi aplikator yang melanggar regulasi
Revisi sistem potongan aplikasi
Penyesuaian tarif penumpang
Penetapan tarif layanan makanan
Penyesuaian tarif layanan pengiriman barang
Di Surabaya, massa pengemudi ojol menggelar demo di depan kantor Gojek. Mereka berorasi sekitar 5 menit dan ditemui oleh Koordinator Regional Gojek Jawa Timur, Sarwo Adi.
Ia menyampaikan bahwa manajemen akan mendengarkan dan mengikuti regulasi serta akan ikut audiensi bersama stakeholder Pemprov Jatim dalam pemenuhan tuntutan massa.
Sejumlah tuntutan mereka antara lain:
Mutlak turunkan potongan aplikasi menjadi 10 persen
Naikkan tarif pengantaran penumpang
Segera terbitkan regulasi pengantaran makanan dan barang
Tentukan tarif bersih yang diterima mitra
Mendesak pemerintah untuk segera terbitkan UU Transportasi Online Indonesia
Secara terpisah, Direktur PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk Catherine Hindra Sutjahyo sebelumnya sempat merespons soal isu aplikator mengambil komisi 20 persen dari mitra. Sebaliknya, ia menyebut bahwa komisi digunakan Gojek untuk program promo mereka.
Ribuan ojol menggelar aksi di depan Kantor Gojek Jalan Ngagel, Surabaya, Selasa (20/5/2025). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
"Kalau dilihat di sana itu besar proporsi dari 20 persen itu adalah untuk promo pelanggan, promo pelanggan itu adalah komposisi yang paling besar dari potongan 20 persen itu, anggaplah kita investasi kembali ke pelanggan itu," kata Catherine dalam diskusi Kemenhub dengan Forum Wartawan Perhubungan (Forwahub) di Restoran Aroem, Jakarta Pusat pada Senin (19/5).
Skema 20:80 persen antara aplikator dan mitra diambil dari biaya perjalanan dan di luar biaya jasa aplikasi. Lebih lanjut, untuk biaya jasa aplikasi sbagai tambahan diambil langsung dari pengguna layanan ojol di luar biaya perjalanan.
Hal ini membuat mitra tetap mendapat keuntungan 80 persen dari total biaya perjalanan, bukan dari total biaya yang dibayar pengguna.
Senada dengan Gojek, Chief of Public Affairts Grab Tirza R. Munusamy mengatakan pihaknya tak mengambil komisi lebih dari 20 persen dari biaya perjalanan. Meski demikian, ia tak menampik ada biaya jasa aplikasi yang dibebankan pada pengguna layanan ojol, sama seperti Gojek.
Logo Gojek dan Grab Foto: Istimewa
Tirza merasa bahwa hal inilah yang banyak disalahpahami oleh mitra ojol. Hal ini membuat aplikasi seolah memotong komisi lebih dari 20 persen.
Saat ini, sumber pendapatan usaha Grab adalah dari komisi dan jasa aplikasi. Komisi 20 persen yang diambil Grab juga dipakai untuk pengembangan teknologi, keamanan, asuransi serta membantu mitra pengemudi misalnya bantuan ganti oli sampai tambal ban.
Aplikator lain seperti Maxim juga tak mengambil komisi lebih dari 20 persen dari mitra. Meski begitu, Maxim tetap terbuka untuk mengkaji ulang besaran komisi untuk pengembangan usaha Maxim di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar