Menteri Perhubungan Dudy Purwaghandi di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (8/5/2025). Foto: Widya Islamiati/kumparan
Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi merespons kabar mengenai rencana merger GoTo dan Grab. Menurutnya jika kedua perusahaan memiliki rencana merger maka keterbukaan informasi harus disampaikan.
Sebelumnya, PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) merespons isu merger dengan Grab Holding Ltd. Sekretaris Perusahaan GOTO, R.A. Koesoemohadiani, mengaku memang GoTo menerima penawaran-penawaran dari berbagai pihak.
"Keduanya harus menyampaikan keterbukaan informasi. Baik yang mau diakuisisi ataupun yang mengakuisisi. Ada keterbukaan informasi yang harus disampaikan oleh masing-masing perusahaan berkaitan dengan rencana tersebut," kata Dudy dalam diskusi Kemenhub dengan Forum Wartawan Perhubungan (Forwahub) di Restoran Aroem, Jakarta Pusat pada Senin (19/5).
Meski demikian, Dudy mengungkap rencana merger antara GoTo dengan Grab berada di luar kekuasaan pemerintah. Hal ini karena rencana itu merupakan bagian dari langkah bisnis dari masing-masing perusahaan. Persoalan teknis merger menurutnya juga menjadi kewenangan untuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Dua-duanya ada yang ngatur berkaitan dengan akuisisi (OJK). Jadi saya tidak mau ngatur yang bukan wilayah saya untuk mengatur," ujar Dudy.
"Mereka punya syarat-syarat apabila sebuah perusahaan akan diakuisisi seperti apa syarat-syaratnya. Itu pasti mereka harus melalui itu," lanjutnya.
Dia melanjutkan, produk dari GoTo dan Grab erat kaitannya dengan layanan masyarakat, yaitu transportasi, maka hal terpenting dari wanaca merger adalah memberikan dampak positif ke masyarakat.
Tapi yang paling penting adalah kita perlu menjaga bahwa apa pun transaksi bisnis itu, yang mereka ini (sasar) kan adalah masyarakat. Jadi dari transaksi ini yang paling penting dilihat adalah dampaknya terhadap masyarakat," kata Dudy.
Sebelumnya, kabar merger antara Grab Holding Ltd dengan GOTO sempat berembus sejak Februari lalu. Bloomberg mengabarkan isu ini dengan menyebut potensi merger kedua perusahaan transportasi online ini senilai USD 7 miliar.
Meski kabar tersebut sudah beredar, Koesoemohadiani mengungkap kabar tersebut tidak menimbulkan kerugian terhadap kegiatan operasional dan kelangsungan usaha GOTO.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar